Ketika
saya masih kecil, saya terbiasa memunguti sisa-sisa roti kering
Dia adalah Jamalludin Abdul-Faraj Abdurrahman bin Ali Bin
Muhammad bin Ali bin’Ubaidillah bin Abdullah bin Hammadi bin Ahmad bin Muhammad
bin Ja’far bin Abdullah bin al-Qasim bin an-Nadr bin al- Qasim bin Muhammad bin
Abdullah al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar ash-Shaddi Al-Quraysi at -
Taimi al- Bakri al- Baghdadi al-Hambali al- Faqih al- Hafizh al- mufassir
al-waizh al-mu’arrikh al-adib, yang terkenal dengan nama Ibnul Jauzi.
Beliau lahir di Darbu Habib yang terletak di Baghdad, ada yang
mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 507 H. ada pula yang mengatakan pada
tahun 509 H atau tahun 510 H. Pendapat yang mungkin paling tepat adalah dia di
lahirkan sesudah tahun 510 H.
Dalam bukunya Shaidul Khathir beliau menuturkan kisah
perjalanannya yang penuh penderitaan dan kesulitan dalam mencari ilmu dan
bagaimana beliau menghadapi semua itu dengan penuh kesabaran. Ia berkata,
“Sungguh, dalam perjalanan mencari ilmu banyak sekali kesulitan yang saya
hadapi. Semua itu saya rasakan lebih manis daripada madu. Sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah syair:
“Barangsiapa yang cita-cita tingginya mengalahkan nafsunya, maka
apapun yang menimpanya semua tetap ia cintai“.
Ketika saya masih kecil, saya terbiasa memunguti sisa-sisa roti
kering, kemudian saya keluar untuk mencari hadis. Saya biasanya duduk di
pinggir sungai Isa di Baghdad, karena saya tidak bisa memakan langsung roti itu
kecuali dengan air. Tentunya karena kerasnya. Setiap kali satu suapan pasti
saya ikuti dengan minum air.
Dan naluri saya tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dalam
menuntut ilmu itu, meskipun secara lahir orang melihatnya cukup menderita. Saya
sudah cukup bersyukur dengan keadaanku. Dan benar, akhirnya jerih payah ini
membuahkan pengetahuan luas. Saya dikenal sebagai orang yang banyak menghafal
hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, riwayat keadaan beliau, para
shahabat dan tabi’in.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar