Jumat, 01 November 2013

Terhindar dari Azab Kubur karena Sering Wudhu

Berita Alam Kubur malam sebagai renungan semoga kita bisa tetap suci dengan seringnya berwudhu. Juga selain menambah keindahan wajah, wudhu juga dapat menghindarkan diri dari siksa kubur nantinya. seperti halnya kisah di bawah ini.

Kisahnya.
Ada seorang insan yang bernama Sulaiman bin Mihrain Al-A'masy.
Beliau ini selalu menjaga kesucian dirinya dari hal-hal yang membatalkan wudhu. Ketika ia batal dari wudhunya, cepat-cepat ia mengambil air wudhu lagi.
Pakaiannya terlihat begitu sederhana saja, bahkan teramat sederhana. Ketika seorang tabi'in menghadiri majelis, penampilannya menjadi perhatian banyak orang. Dialah Sulaiman bin Mihram, seorang uama yang tak begitu memperhatikan penampilannya.

Sosok Sulaiman ini unik hingga sering kali membuat orang lain bingung, bahkan tidak sedikit pula yang meremehkannya.
Pernah pada suatu ketika Sulaiman menghadiri majelis bersama Ibnu Abi Laila, semua pandangan orang tertuju kepada Sulaiman yang pakaiannya lusuh tak bernilai.

Salah seorang yang hadir di majelis itu bertanya kepada Ibnu Abi,
"Wahai Ibnu Abi, kamu menghadiri majelis fikih dan membawa seorang yang seperti ini (berpakaian gembel)?"
Ibnu Abi menjawab,
"Inilah guru kita, Sulaiman Al A'masy."

Sulaiman sang Ahli Hadits.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Ibnu Abi Laila, seluruh peserta majelis menjadi tertunduk malu. Mereka merasa bersalah karena telah meremehkan sosok Sulaiman yang merupakan ahli hadits, yang telah menghafal kurang lebih 4 ribu hadits.

Sulaiman ini hampir tujuh tahun lamanya tidak pernah ketinggalan takbiratul ikhram rakaat pertama dalam shalat berjamaah. Juga beliau ini ada pada posisi terdepan alias shaf pertama dalam shalat berjamaah.

Begitu pula dalam hal berwudhu, hampir tak pernah Sulaiman melupakan wudhu jika telah batal wudhunya. Bahkan kalau ia tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan tidak sempat mengambil air wudhu, beliau selalu bertayamum.
(Diriwayatkan ulama Fudhail bin Iyadh).

Nikmat Kubur.
Ulama kelahiran Thabaristan ini meninggal dunia pada usia 87 tahun, bulan Rabi'ul Awal tahun 148 hijriyah.

Diriwayatkan oleh Jarir.
Dia berkata,
Setelah kematian SUlaiman, aku pernah melihatnya dalam mimpi, lalu aku bertanya kepadanya,
"Wahai Abu Muhammad, bagaimanakah keadaanmu?"

Beliau mengatakan,
"Kami selamat dengan pengampunan Allah SWT dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam."

Rupanya Sulaiman Al A'masy telah mendapatkan nikmat kubur karena sejumlah amal ibadahnya semasa hidupnya. Dan salah satunya adalah beliau selalu mempertahankan diri dalam keadaan suci.
Subhanallah.


Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh Isma'il Hamidaddin Bin Syeikh Muhammad Hamidaddin Al - Hasany ( Sayyid Jibril )

Seorang Auliya Besar
Tuan Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Muhammad Al - Hasany  (SAYYID JIBRIL) adalah keturunan dari Syekh Ibrahim Taba-Taba'i Bin Syekh Ismail Addibaj Al - Hasany, Pulau Penang Bukit Martajam Malaysia.

Tuan Syekh Ahmad Jibril ( Sayyid Jibril ) lahir di Kuala Lumpur - Malaysia
Beliau wafat  dan makamkan ,  terletak di pal 7 jalan Pemurus, perbatasan kecamatan Kertak Hanyar dengan Kelurahan Pemurus Dalam Gg.Amanah Kuburan Muslimin.

Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Muhammad Bin Isma'il Bin Al-Mumenin  Al-Mutawakkil 'Ala Allah Rab ul-Alamin Imam Yahya Bin Al-Manshur Bi'llah Ahmad ud-din Muhammad Hamid ud-in Alhasany Al - Hasany Beliau di Anurgrahkan Allah Swt hal  luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki beliau, oleh karena itu setiap orang yang bertanya tentang hal ilmu pengetahuan apapun kepada beliau dengan begitu mudahnya beliau untuk menjelaskannya dan sangat mudah difahami orang yang bertanya kepada beliau maupun dalam hal ilmu Fiqih,Balaghah,Hadist,Tauhid,Tasawuf dan beliau pun banyak di berikan ke karamahan yang nampak disebut khariqol adat oleh Allah SWT, Dan itu suatu anurgrah yang sangat besar diberikan Allah Swt kepada beliau.
semoga beliau senantiasa di Rahmati Allah swt. Amin


Saudara-saudara Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Al-Mumenin  Al-Mutawakkil 'Ala Allah Rab ul-Alamin Imam Yahya Bin Al-Manshur Bi'llah Ahmad ud-din Muhammad Hamid ud-in Alhasany
Laki-laki :
1. Sayyid Hasan Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany

Perempuan :
1. Sayidah Khadijah Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
2. Sayidah Amnah    Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany

Saudara-saudara Syekh Isma'il Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
Laki-laki :
1. Sayyid Abdullah Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
2. Sayyid Yusuf Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
3. Sayyid Firas  Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
4. Sayyid Yahya Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
5. Sayyid  Sharafudin Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
6. Sayyid Ahmad  Bin Syekh Muhammad Bin Syekh Isma'il Bin Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany

Perempuan :
1. Sayidah Fadwa  Binti Syekh Muhammad Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
2. Sayidah Tagreed Binti Syekh Muhammad Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
3. Sayidah Wejdan Binti Syekh Muhammad Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany
4. Sayidah Afnan   Binti Syekh Muhammad Binti Syekh Isma'il Binti Syekh Almutawakkil Yahya Alhasany 


Adapun Tuan Syekh Ahmad Jibril Bin Ismail Al- Hasany mempunyai anak 7 putera dan 6 Perempuan yang ada di Indonesia :
Anak Putera :
1. Sayyid Ahmad Zakaria Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany , tinggal di Kasin Kulon Malang - Jawa Timur. ( wafat ) ada memiliki keturunan.
2. Sayyid Muhammad Arsyad  Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany , tinggal di Jakarta ( wafat )tidak ada keturunan
3. Sayyid Yahya Bin Syekh Ahmad Al - Hasany Jibril , tinggal di Banjarmasin - Kalimantan Selatan.( wafat )juga ada memiliki keturunan.
4. Sayyid  Salim  Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany , tinggal di Semarang - Jawa Tengah.( wafat )tidak ada keturunan
5. Sayyid  Sulaiman  Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany , tinggal di Banjarmasin - Kalimantan Selatan.( wafat )tidak ada keturunan
6. Sayyid  Bukhori  Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany ,( wafat )tidak ada keturunan
7. Sayyid  Syafi'i  Bin Syeikh Ahmad Jibril Al - Hasany ,  tinggal di Kertak Hanyar Km. 7 Kabupaten Banjar  -  Kalimantan Selatan.( wafat ) ada memiliki keturunan.

Anak Perempuan :
1. Sayidah Siti Sabariyah Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.( wafat )
2. Sayidah Siti Mariyam Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.( wafat )
3. Sayidah Siti Ramlah / Bintang Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.( wafat )
4. Sayidah Siti Rahmah / Bulan Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.( wafat )
5. Sayidah Siti Hafsah Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.( wafat )
6. Sayidah Siti Nuritah Binti Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany.

Sayiyd Ahmad Zakaria Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany,(pada masa hidup beliau adalah seorang tokoh pergerakan PERINDRA). Beliau mempunyai beberapa anak putera dan puteri, tetapi yang diketahui baru dua orang, yang lainnya masih dalam penelusuran, yaitu :

1. Sayyid Hanafiah bin Sayyid Zakaria bin Syekh Ahmad Jibril Al- Hasany (wafat) beliau tinggal
     diBalikpapan, dan mempunyai keturunan, tetapi masih dalam penelusuran.
2. Sayyid Husin bin Sayyid Zakaria bin Syekh Ahmad Jibril Al- Hasany (wafat) beliau tinggal di Malang, dan
      mempunyai keturunan tetapi masih dalam penelusuran.
3. Sayyid  Syafi'i  Bin Syekh Ahmad Jibril Al - Hasany  Mempunyai anak yang di ketahui 3 Putera dan 7
       Perempuan.   

Anak Putera :
1. Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid  Syafi'i Bin Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh Ismail Bin Syeikh
     Muhammad Al - Hasany   (.tinggal di Kertak Hanyar Km. 7 Kabupaten Banjar  -  Kalimantan Selatan )
2. Sayyid Zainal abdin Bin Sayyid Syafi'i Bin Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh isma'il bin
    Syekh Muhammad Al-Hasany   (Tempat Tinggal tidak diketahui)
3. Sayyid Irfani Bin Sayyid Syafi'i Bin Syeikh Ahmad Jibril Bin Syekh Ismail Bin Syekh Muhammad Al -Hasany.
   ( wafat )

Anak Perempuan :
1. Sayidah Nur Aina Binti Sayyid Syafi'i Al - Hasany                 ( Tinggal di Banjarmasin )
2. Sayidah Rusminah Binti Sayyid Syafi'i Al - Hasany                 ( Tinggal di Surabaya     )
3. Sayidah Nahdimah Laili Binti Sayyid Syafi'i Al - Hasany.        ( Tinggal di Banjarmasin )
4. Sayidah Halimatus Sadiah Binti Sayyid  Syafi'i Al - Hasany.     ( Tinggal di Banjarmasin )
5. Sayidah Sri Kasiani Binti Sayyid  Syafi'i Al - Hasany.               ( Tinggal di Banjarmasin )
6. Sayidah Raihani Binti Sayyid Syafi'i Al - Hasany.                     ( Tinggal di Banjarmasin )
7. Sayidah Hauli Binti Sayyid Syafi'i Al - Hasany.                        ( Tinggal di Banjarmasin )


Adapun Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid  Syafi'i Bin Syekh Ahmad Jibril Bin Syekh Ismail Hamidaddin Bin Syeikh Muhammad Hamidaddin Al - Hasany Mempunyai anak 6 Putera dan 3 Perempuan :
Anak Putera :
1. Sayyid Hakim Fadillah Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany ( wafat )
2. Sayyid Ahmad Taqwa Zadana Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany sudah
    menikah dengan  Syarifah Nur Binti Syech Binti Hamid Binti Husen Alhasni Dari Gorontalo
3. Sayyid Muhammad Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany   ( wafat )
4. Sayyid Ahmad Bizikri Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i  Al - Hasany
5. Sayyid Muhibuddin Subahani Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany
6. Sayyid Ahmad Hawari Noor Bin Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany

Anak Perempuan :
1. Sayidah Helwa Latifah Sari Binti Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i - Hasany sudah menikah
   dengan  Habib Abu Bakar Bin Muhammad Al - Haddad, sekarang tinggal di Bondowoso - Jawa Timur.
2. Sayidah Nur Yuliana Putri Binti Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany
3. Sayidah Najwa Alya Rahman Binti Sayyid Abdurrahman Bin Sayyid Syafi'i Al - Hasany

Pada saat saya telusuri  Syekh Ahmad Jibril (Sayyid Jibril) Bin Syekh Isma'l Hamidaddin Alhasany beliau adalah keturunan dari Al-Qasim bersambung nasab beliau kepada  Syekh Ibrahim Taba-taba'i Bin Syekh Isma'il Addibaj sampai kepada Sayyidina Hasan Musanna terus sampai kepada Rasulullah SAW.
data ini saya peroleh dalam :  KITAB  MUKHTASHAR TUHFATUL AZHAR WAZILALIL ANHAR FI NASABIL A IMMATIL AT HAR DISUSUN OLEH DHAMIN BIN SYADQAM  ALHUSAINI AL MADANY DISIMPULKAN OLEH SAYYID YUSUF BIN ABDULLAH JAMALULLAIL 
 
Al-Qasimi Dinasti Yemen. :
Sayyid  Ahmad Jibril (Sayyid Jibril) bin Isma'il Hamidaddin bin Muhammad Hamidaddin bin Isma'il Hamidaddin bin Al-Mumenin  Al-Mutawakkil 'Ala Allah Rab ul-Alamin Imam Yahya Bin Al-Manshur Bi'llah Ahmad ud-din Muhammad Hamid ud-in Alhasany

Dengan adanya data  yang ini, beliau bukanlah keturunan dari Yusuf bin Abid Alhasani melainkan keturunan dari Ibrahim Taba-Taba'i Alhasany

Syed Muhammad Naquib al-Attas

lahir September 5, 1931) adalah seorang filsuf muslim kontemporer terkemuka dan pemikir dari Malaysia. Dia adalah salah satu dari beberapa ulama kontemporer yang benar-benar berakar pada ilmu-ilmu Islam tradisional dan yang sama kompeten dalam teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan sastra. Dia adalah pelopor dalam mengusulkan gagasan Islamisasi pengetahuan. Filsafat Al-Attas 'dan metodologi pendidikan memiliki satu tujuan: Islamisasi pikiran, tubuh dan jiwa dan dampaknya pada kehidupan pribadi dan kolektif umat Islam serta yang lain, termasuk lingkungan non-manusia rohani dan jasmani. Dia adalah penulis dari dua puluh tujuh karya otoritatif tentang berbagai aspek pemikiran dan peradaban Islam, terutama tentang tasawuf, kosmologi, metafisika, filsafat dan bahasa Melayu dan sastra.
Awal kehidupan dan pendidikan [sunting ]
                                                                 
Syed Muhammad Naquib al - Attas lahir di Bogor , Jawa [ Indonesia ] dalam sebuah keluarga dengan sejarah nenek moyang terkenal , orang-orang kudus [ 1 ] pohon silsilah -Nya dapat otentik ditelusuri lebih dari seribu tahun melalui Ba'Alawi sayyid dari Hadramaut dan . sepanjang perjalanan kembali ke Imam Hussein , cucu Mohamed [ rujukan? ] . Dia adalah anak kedua dari tiga putra , kakaknya , Syed Hussein Alatas kemudian menjadi academian dan politisi , dan juga memiliki adik, Syed Zedal [ 2 ] Ia juga memiliki setidaknya satu sepupu dikenal , yaitu akademisi Ungku Abdul Aziz . .
Syed Naquib menerima pendidikan menyeluruh dalam ilmu-ilmu Islam , bahasa Melayu , sastra dan budaya . Pendidikan dasar formal dimulai pada usia 5 di Johor , Malaya ( kemudian dikenal sebagai Malaysia ) , tapi selama pendudukan Jepang di semenanjung itu, ia pergi ke sekolah di Jawa , di Madrasah Al - ` Urwatu'l - Wuthqa , belajar dalam bahasa Arab .
Setelah Perang Dunia II , pada tahun 1946 ia kembali ke Johor untuk menyelesaikan pendidikan menengah . Dia terkena sastra Melayu , sejarah , agama , dan klasik Barat dalam bahasa Inggris , dan dalam suasana sosial berbudaya mengembangkan kepekaan estetika tajam . Hal ini dipelihara dalam al - Attas gaya indah dan kosa kata yang tepat yang unik untuk tulisan Melayu dan bahasa.
Setelah al - Attas menyelesaikan sekolah menengah pada tahun 1951 , ia memasuki Resimen Melayu sebagai kadet perwira no. 6675 . Di sana ia terpilih untuk belajar di Eaton Hall , Chester , Inggris dan kemudian di Royal Military Academy di Sandhurst , Inggris ( 1952-1955 ) . Ini memberinya wawasan semangat dan gaya masyarakat Inggris . Selama waktu ini ia tertarik pada metafisika sufi , khususnya karya Jami , yang ia temukan di perpustakaan Akademi. Dia telah secara luas , dibuat terutama Spanyol dan Afrika Utara di mana warisan Islam memiliki pengaruh yang mendalam pada dirinya . Al - Attas merasa perlu untuk belajar , dan secara sukarela mengundurkan diri dari Komisi Raja untuk melayani di Royal Melayu Resimen , untuk melanjutkan studi di Universitas Malaya di Singapura ( 1957-1959 ) .
e:14.� ? l n ��e c 115%'>Sementara sarjana di University of Malaya , ia menulis Rangkaian Ruba ` iyat , sebuah karya sastra , dan Beberapa Aspek tasawuf sebagai Dipahami dan Practised antara Melayu . Ia dianugerahi Kanada Council Fellowship selama tiga tahun belajar di Institut Studi Islam di McGill University di Montreal . Ia menerima gelar MA dengan perbedaan dalam filsafat Islam pada tahun 1962 , dengan tesis Raniri dan Wujudiyyah dari abad ke-17 Aceh . Al - Attas melanjutkan ke Sekolah Studi Oriental dan Afrika , Universitas London di mana ia bekerja dengan Profesor AJ Arberry dari Cambridge dan Dr Martin Lings . Tesis doktornya ( 1962) adalah karya dua volume pada mistisisme Hamzah Fansuri .

Pada tahun 1965 , al- Attas kembali ke Malaysia dan menjadi Kepala Divisi Sastra di Departemen Studi Melayu di Universitas Malaya, Kuala Lumpur . Dia adalah Dekan Fakultas Seni dari tahun 1968 sampai tahun 1970 , di mana ia mereformasi struktur akademik Fakultas mengharuskan setiap departemen untuk merencanakan dan mengatur kegiatan akademik dalam konsultasi dengan satu sama lain , daripada independen , seperti yang telah praktek sampai sekarang .
Setelah itu ia pindah ke Universitas Nasional baru Malaysia , sebagai Kepala Departemen Bahasa dan Sastra Melayu dan kemudian Dekan Fakultas Seni . Dia sangat menganjurkan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di tingkat universitas dan mengusulkan metode terintegrasi belajar bahasa Melayu , sastra dan budaya sehingga peran dan pengaruh Islam dan hubungannya dengan bahasa dan budaya lain akan dipelajari dengan kejelasan . Dia mendirikan dan memimpin Institut Bahasa Melayu , Sastra , dan Budaya ( IBKKM ) di National University of Malaysia pada tahun 1973 untuk melaksanakan visinya .
Pada tahun 1987 , dengan al - Attas sebagai pendiri dan direktur , Institut Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam ( ISTAC ) didirikan di Kuala Lumpur . Lembaga ini berusaha untuk membawa Islamisasi terintegrasi ke dalam kesadaran mahasiswa dan fakultas . Al - Attas membayangkan rencana dan desain setiap aspek ISTAC , dan telah memasukkan prinsip-prinsip seni dan arsitektur Islam di seluruh kampus dan alasan.
Sastra Melayu dan tasawuf [sunting ]

Dia menulis Rangkaian Ruba'iyyat sebuah karya sastra yang merupakan salah satu pertama yang pernah diterbitkan pada tahun 1959 dan karya klasik , Beberapa Aspek tasawuf sebagai Dipahami dan Practised antara Melayu , pada tahun 1963 . Tesis doktor dua volume pada The Mistisisme dari Hamzah Fansuri , yang adalah yang paling penting dan komprehensif pekerjaan to date pada salah satu yang terbesar dan mungkin para ulama Sufi paling kontroversial di dunia Melayu membuatnya mendapatkan gelar Ph.D di Inggris pada tahun 1965 .
Al - Attas terlibat dalam polemik pada mata pelajaran sejarah Islam , filologi , dan sejarah sastra Melayu , yang telah menghasilkan pembukaan jalan baru untuk dikenal sebagai Sha'ir , dan telah menetapkan bahwa Hamzah Fansuri adalah pencetus Melayu Sha ' ir . Dia juga telah menetapkan ide-idenya pada kategorisasi sastra Melayu dan periodisasi sejarah sastra . Dia telah memberikan kontribusi penting terhadap sejarah dan asal bahasa Melayu modern.
Komentar-komentar tentang ide-ide Fansuri dan al- Raniri adalah yang definitif pertama pada sufi Melayu awal didasarkan pada 16 - dan abad ke-17 naskah . Bahkan ia ditemukan dan dipublikasikan penelitian yang cermat pada tertua yang masih ada naskah Melayu , dimana antara hal-hal penting lainnya , ia juga memecahkan teka-teki pengaturan yang benar dari siklus kalender Melayu - Islam. Ia juga bertanggung jawab untuk perumusan dan konseptualisasi peran bahasa Melayu dalam pembangunan bangsa selama debat dengan para pemimpin politik pada tahun 1968 . Formulasi ini dan konseptualisasi adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan konsolidasi Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia . Sebagai Dekan Fakultas Seni , Universitas Malaya , ia secara pribadi dimulai pelaksanaannya dan memobilisasi Fakultas dan organisasi mahasiswa terhadap implementasi sistematis Melayu sebagai bahasa intelektual dan akademis . Bahkan , tulisan-tulisan al- Attas dalam Melayu pada mata pelajaran Islam yang unik dalam prosa puitis mereka , dan melayani sebagai model sastra untuk para ulama dan penulis Malaysia yang berorientasi Islam . Ini menandai pertama kalinya bahwa bahasa Melayu modern digunakan secara intelektual dan filosofis , sehingga menciptakan gaya baru bahasa
Penghargaan dan prestasi 

Al - Attas mengembangkan gaya dan kosa kata yang tepat yang secara unik ditandai tulisan Melayu dan bahasa. Pada tahun 1970 , al- Attas adalah salah satu pendiri senior dari National University of Malaysia , yang berusaha untuk mengganti bahasa Inggris dengan bahasa Melayu sebagai pengantar pada tingkat tersier pendidikan . Pada tahun 1973 , ia mendirikan dan memimpin Institut Bahasa Melayu , Sastra , dan Budaya ( IBKKM ) di Universitas baru.
Al - Attas telah memenangkan pengakuan internasional dengan daftar orientasi dan sarjana peradaban Islam dan Melayu . Dia telah memimpin panel tentang Islam di Asia Tenggara pada tanggal 29 Kongres Internasional des Orientalistes di Paris pada tahun 1973 . Pada tahun 1975 , ia diberikan Fellow dari Imperial Academy Iran Filsafat untuk kontribusi luar biasa di bidang filsafat perbandingan . Dia adalah seorang Konsultan Utama kepada Dunia Islam Festival yang diselenggarakan di London pada tahun 1976 , dan menjadi pembicara dan delegasi pada Konferensi Islam Internasional yang diadakan secara bersamaan di tempat yang sama . Dia juga menjadi pembicara dan peserta aktif pada
 Sementara sarjana di University of Malaya , ia menulis Rangkaian Ruba ` iyat , sebuah karya sastra , dan Beberapa Aspek tasawuf sebagai Dipahami dan Practised antara Melayu . Ia dianugerahi Kanada Council Fellowship selama tiga tahun belajar di Institut Studi Islam di McGill University di Montreal . Ia menerima gelar MA dengan perbedaan dalam filsafat Islam pada tahun 1962 , dengan tesis Raniri dan Wujudiyyah dari abad ke-17 Aceh . Al - Attas melanjutkan ke Sekolah Studi Oriental dan Afrika , Universitas London di mana ia bekerja dengan Profesor AJ Arberry dari Cambridge dan Dr Martin Lings . Tesis doktornya ( 1962) adalah karya dua volume pada mistisisme Hamzah Fansuri .
Pada tahun 1965 , al- Attas kembali ke Malaysia dan menjadi Kepala Divisi Sastra di Departemen Studi Melayu di Universitas Malaya, Kuala Lumpur . Dia adalah Dekan Fakultas Seni dari tahun 1968 sampai tahun 1970 , di mana ia mereformasi struktur akademik Fakultas mengharuskan setiap departemen untuk merencanakan dan mengatur kegiatan akademik dalam konsultasi dengan satu sama lain , daripada independen , seperti yang telah praktek sampai sekarang .
Setelah itu ia pindah ke Universitas Nasional baru Malaysia , sebagai Kepala Departemen Bahasa dan Sastra Melayu dan kemudian Dekan Fakultas Seni . Dia sangat menganjurkan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di tingkat universitas dan mengusulkan metode terintegrasi belajar bahasa Melayu , sastra dan budaya sehingga peran dan pengaruh Islam dan hubungannya dengan bahasa dan budaya lain akan dipelajari dengan kejelasan . Dia mendirikan dan memimpin Institut Bahasa Melayu , Sastra , dan Budaya ( IBKKM ) di National University of Malaysia pada tahun 1973 untuk melaksanakan visinya .
Pada tahun 1987 , dengan al - Attas sebagai pendiri dan direktur , Institut Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam ( ISTAC ) didirikan di Kuala Lumpur . Lembaga ini berusaha untuk membawa Islamisasi terintegrasi ke dalam kesadaran mahasiswa dan fakultas . Al - Attas membayangkan rencana dan desain setiap aspek ISTAC , dan telah memasukkan prinsip-prinsip seni dan arsitektur Islam di seluruh kampus dan alasan.
Sastra Melayu dan tasawuf [sunting ]

Dia menulis Rangkaian Ruba'iyyat sebuah karya sastra yang merupakan salah satu pertama yang pernah diterbitkan pada tahun 1959 dan karya klasik , Beberapa Aspek tasawuf sebagai Dipahami dan Practised antara Melayu , pada tahun 1963 . Tesis doktor dua volume pada The Mistisisme dari Hamzah Fansuri , yang adalah yang paling penting dan komprehensif pekerjaan to date pada salah satu yang terbesar dan mungkin para ulama Sufi paling kontroversial di dunia Melayu membuatnya mendapatkan gelar Ph.D di Inggris pada tahun 1965 .
Al - Attas terlibat dalam polemik pada mata pelajaran sejarah Islam , filologi , dan sejarah sastra Melayu , yang telah menghasilkan pembukaan jalan baru untuk dikenal sebagai Sha'ir , dan telah menetapkan bahwa Hamzah Fansuri adalah pencetus Melayu Sha ' ir . Dia juga telah menetapkan ide-idenya pada kategorisasi sastra Melayu dan periodisasi sejarah sastra . Dia telah memberikan kontribusi penting terhadap sejarah dan asal bahasa Melayu modern.
Komentar-komentar tentang ide-ide Fansuri dan al- Raniri adalah yang definitif pertama pada sufi Melayu awal didasarkan pada 16 - dan abad ke-17 naskah . Bahkan ia ditemukan dan dipublikasikan penelitian yang cermat pada tertua yang masih ada naskah Melayu , dimana antara hal-hal penting lainnya , ia juga memecahkan teka-teki pengaturan yang benar dari siklus kalender Melayu - Islam. Ia juga bertanggung jawab untuk perumusan dan konseptualisasi peran bahasa Melayu dalam pembangunan bangsa selama debat dengan para pemimpin politik pada tahun 1968 . Formulasi ini dan konseptualisasi adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan konsolidasi Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia . Sebagai Dekan Fakultas Seni , Universitas Malaya , ia secara pribadi dimulai pelaksanaannya dan memobilisasi Fakultas dan organisasi mahasiswa terhadap implementasi sistematis Melayu sebagai bahasa intelektual dan akademis . Bahkan , tulisan-tulisan al- Attas dalam Melayu pada mata pelajaran Islam yang unik dalam prosa puitis mereka , dan melayani sebagai model sastra untuk para ulama dan penulis Malaysia yang berorientasi Islam . Ini menandai pertama kalinya bahwa bahasa Melayu modern digunakan secara intelektual dan filosofis , sehingga menciptakan gaya baru bahasa
Penghargaan dan prestasi [sunting ]

Al - Attas mengembangkan gaya dan kosa kata yang tepat yang secara unik ditandai tulisan Melayu dan bahasa. Pada tahun 1970 , al- Attas adalah salah satu pendiri senior dari National University of Malaysia , yang berusaha untuk mengganti bahasa Inggris dengan bahasa Melayu sebagai pengantar pada tingkat tersier pendidikan . Pada tahun 1973 , ia mendirikan dan memimpin Institut Bahasa Melayu , Sastra , dan Budaya ( IBKKM ) di Universitas baru.
Al - Attas telah memenangkan pengakuan internasional dengan daftar orientasi dan sarjana peradaban Islam dan Melayu . Dia telah memimpin panel tentang Islam di Asia Tenggara pada tanggal 29 Kongres Internasional des Orientalistes di Paris pada tahun 1973 . Pada tahun 1975 , ia diberikan Fellow dari Imperial Academy Iran Filsafat untuk kontribusi luar biasa di bidang filsafat perbandingan . Dia adalah seorang Konsultan Utama kepada Dunia Islam Festival yang diselenggarakan di London pada tahun 1976 , dan menjadi pembicara dan delegasi pada Konferensi Islam Internasional yang diadakan secara bersamaan di tempat yang sama . Dia juga menjadi pembicara dan peserta aktif pada Konferensi Dunia Pertama tentang Pendidikan Islam yang diselenggarakan di Mekah pada tahun 1977 , di mana ia memimpin Komite Tujuan dan Definisi Pendidikan Islam . Dari 1976-77 , dia adalah seorang Profesor Tamu Islam di Temple University , Philadelphia , Amerika Serikat . Pada tahun 1978 . Dia memimpin rapat UNESCO ahli sejarah Islam diadakan di Aleppo , Suriah , dan pada tahun berikutnya Presiden Pakistan , Jenderal Muhammad Zia ul - Haq , yang diberikan kepadanya Iqbal Centenary Commemorative Medal . [ Rujukan? ]
Dia menempati posisi keunggulan intelektual di negaranya sebagai pemegang pertama dari Ketua Bahasa Melayu dan Sastra di National University of Malaysia ( 1970-1984 ) , dan sebagai pemegang pertama dari Tun Abdul Razak Ketua Studi Asia Tenggara di Ohio University , USA ( 1980-1982 ) dan sebagai Pendiri - Direktur Institut Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam ( ISTAC ) , Malaysia ( sejak 1987 ) . Ia telah memberikan lebih dari 400 ceramah di seluruh Eropa , Amerika Serikat , Jepang , dan Timur Jauh dan dunia Muslim . Dan pada tahun 1993 , sebagai pengakuan atas banyak kontribusi penting dan jauh jangkauannya ke pemikiran Islam kontemporer , Anwar Ibrahim , sebagai Ketua ISTAC dan Presiden International Islamic University Malaysia telah menunjuk al - Attas sebagai pemegang pertama dari Abu Hamid al- Ghazali Ketua Pemikiran Islam di ISTAC . Raja Hussein dari Yordania membuatnya Anggota dari Royal Academy of Jordan pada tahun 1994 , dan pada bulan Juni 1995 Universitas Khartoum diberikan kepadanya Derajat Kehormatan Doktor of Arts ( D. Litt . ) .
Ia juga seorang kaligrafer mampu , dan karyanya dipamerkan di Tropenmuseum di Amsterdam pada tahun 1954 . Dia juga telah menerbitkan tiga Basmalah penafsiran pada subjek hidup ( kingfisher , 1970; Chanticleer , 1972; ikan , 1980) di beberapa buku-bukunya . Dia juga direncanakan dan dirancang bangunan ISTAC ( 1991 ) , gulungan unik dari Ketua al- Ghazali ( 1993 ) , auditorium dan masjid ISTAC ( 1994 ) , serta lansekap dan dekorasi interior , merendamnya dengan Islam , tradisional , dan kosmopolitan karakter yang unik
Silsilah [sunting]

Syed Naquib adalah keturunan campuran, Ayahnya, Syed Ali al-Attas, adalah anak dari seorang pendeta Arab Hadhrami dan bangsawan Sirkasia. Di sisi ayahnya, Syed Naquib adalah putra seorang Hadhrami Arab dan seorang wanita bangsawan Sunda

Syech Abdullah Al Khayat

nama lengkap yang adalah Abdullah bin Mohammed Abdul-Ghani Khayat, adalah orang besar keagamaan, diberkahi dengan rasa yang sangat baik perfeksionisme, dan dengan penyebaran bermazmur melalui semua semenanjung Islam.

Abdullah Al Khayat adalah imam terkenal, dari Arab Saudi. Dia saat ini pendeta dan imam besar Masjid Al Haram Almasjid, terletak di kota suci, Mekah El Mouharama. Besar Sheik Abdullah Al Khayat lahir di 29 dari bulan Syawal tahun 1326 Hijriyah Al, Mekkah di Arab Saudi.
Besar Sheikh Abdullah Al Khayat, karena usianya termuda, belajar dan menghafal Al-Quran, dengan harga yang sangat berkurang. Kemudian, ia tertarik pada ilmu-ilmu Islam dan memutuskan untuk mempelajarinya dan untuk menyempurnakan ilmunya di sekolah kehormatan.

Kemudian, besar Sheikh Abdullah Al Khayat membuat keputusan untuk bergabung dengan lembaga ilmiah di rumahnya kota Mekkah. Finishing dengan pendidikan menengah, agung Sheikh Abdullah Al Khayat memperoleh gelar, pada tahun 1360 dalam kalender Islam.
Selain itu, lebih lanjut untuk mendapatkan ini, The great Sheikh Abdullah Al Khayat bernama seorang imam dan pendeta, tahun 1367 Al Hijriyah, di sebuah masjid besar di Mekkah, kota di mana ribuan peziarah mengunjungi setiap tahun. Penunjukan ini, memberinya ketenaran dan selebriti di dunia muslim. Masjid ini Masjid El mouharam.

Beberapa tahun, agung Sheikh Abdullah Al Khayat mengejar rute sebagai seorang imam dan pendeta di sebuah masjid di Mekkah, pada 1404. Tidak nyaman, itu adalah tanggal ketika dia memberikan sayangnya kepada Raja Saudi, karena masalah kesehatan. Jadi, agung Sheikh Abdullah Al Khayat mendesah pada hari Minggu, 7 dari bulan Chaabane tahun 1415 Al Hijriyah.

http://www.almuqorrobin-ungaran.blogspot.com/2012/10/abdullah-al-khayat.html

Sultan Yusuf Alqadrie

Sultan kelima,Syarif Yusuf ibni Sultan Hamid alqadrie

Sultan Syarif Yusuf Alqadrie (1872 – 1895).

Putera tertua Sultan Syarif Hamid Alqadrie dari isterinya Syarifah Fatimah, yang bernama Syarif Yusuf Alqadrie, lahir 1850 dan wafat 15 Maret 1895 dalam usia 45 tahun, diangkat sebagai Sultan Pontianak Kelima menggantikan ayahdanya beberapa bulan setelah ayahdanya meninggal pada tahun 1872.

Sultan Syarif Yusuf bin Syarif Hamid Alqadrie merupakan satu-satunya sultan di Kesultanan Qadriah yang paling sedikit mencampuri urusan pemerintahan, sangat kuat berpegang pada aturan agama, dan merangkap pula sebagai penyebar agama Islam. Oleh karena itu, sultan ini sangat terkenal dan dihormati oleh raja-raja di kawasan Kalimantan, Nusantara, bahkan sampai di luar negeri, sebagai kepala negara dari kerajaan Islam yang disegani kawan maupun lawan.

Seperti kebiasaan Belanda sebelum-sebelumnya, begitu ayahdanya wafat dan ia naik tahta, 22 Agustus 1872, Belanda mengadakan lagi perjanjian baru dengan Sultan Syarif Yusuf Alqadrie. Perjanjian itu antara lain mengatur bahwa kekuasaan kepolisian terhadap penduduk pribumi di luar kuasa Belanda diserahkan lagi kepada kesultanan. Dengan persetujuan pejabat tinggi pemerintahan Belanda (Bestuur Ambenaar) untuk pertama kalinya kesultanan Pontianak diperkenankan memungut pajak di wilayahnya.

Penyerahan kekuasaan polisi kepada kesultanan didasarkan pada fakta bahwa selama dipegang oleh Belanda, penduduk pribumi hanya mau tunduk dan mentaati kekuasaan kesultanan. Ketika mereka melakukan apa yang disebut sebagai “pelanggaran” hukum, mereka menghilang dan bersembunyi ke hutan atau ke kawasan pedalaman, sehingga hanya fihak kesultanan yang dapat membujuk mereka untuk diadili.

Penyerahan pemungutan pajak kepada kesultanan juga didasarkan pada pertimbangan teknis untuk kepentingan Belanda, karena hasil pajak itu tidak dinikmati sendiri oleh kesultanan tetapi dibagi dua dengan Belanda.

Dimasa pemerintahan Sultan Syarif Yusuf, banyak pendatang (imigrants) Bugis/Makasar gelombang kedua berdatangan. Mereka bermata pencaharian sebagai nelayan, petani dan pekebun, dan memilih bermukim di kawasan kesultanan, yaitu Kampung Dalam Bugis, Jungkat, Peniti, Wajok (sekarang termasuk kecamatan Siantan), dan Sungai Kakap serta sepanjang Sungai Jawi (sekarang bagian dari Kabupaten Potianak dan kota Pontianak). Pendatang lain berasal dari Banjar, Serasan, Sampit, Pulau Bangka, Belitung, Tambelan, Melaka, dan Kamboja sehingga kawasan pemukiman mereka masing-masing dinamai Kampung Banjar, Sampit, Bangka, Belitung, Serasan, Tambelan dan Kampung Kamboja. Para pendatang dari Banjar yang sangat terkenal adalah Haji Muhammad Kahfi datang tahun 1846 dan Haji Muhammad Yusuf tahun 1884 yang masing-masing mendirikan Kampung Banjar Serasan dan Kampung Saigon (Alqadrie, 1984:80) , karena isterinya adalah seorang wanita Vietnam.

Kedatangan mereka sangat menguntungkan kesultanan baik secara psikologis, sosial, ekonomi dan politik, karena mereka dan keturunan mereka adalah pendukung setia kesultanan, mengindentifikasikan diri sebagai Melayu Pontianak, maupun secara material dan finansil merupakan sumber ekonomi berupa penghasilan atau pendapatan kesultanan. Mereka, terutama Bugis Makasar, datang ke kawasan kesultanan ini dimotivasi oleh faktor budaya (cultural factor), yaitu siri’ masiri’ (Alqadrie dalam Latif Usman, 2000:146-161), sehingga mereka menjadi petani sangat produktif dan pekebun yang mengusahakan tanam-tanaman tahunan (year-round trees) yang cepat menghasilkan uang (cash crops) sebagai tabungan hari depan.

Paling kurang tiga hal penting terjadi pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Alqadrie. Pertama, Belanda mengeluarkan Undang-Undang Boemi tahun 1870 yang mengizinkan pemilik modal membuka perkebunan dan mengelola hutan.

Sejak saat itu sub sektor perkebunan karet di kawasan kesultanan ini mulai mengalami primadona, dan eksploitasi hutan mulai dilakukan. Modal swasta Belanda mulai berdatangan ke dalam dua sub sektor ini. Alasan utama keluarnya UU tersebut adalah bahwa Belanda memerlukan dana untuk biaya perang Aceh (1873-1907) dan perang Lombok (1894), dan bahwa UU itu merupakan alat kontrol dan penghancur mobilisasi, soliditas dan solidaritas rakyat, terutama sub kelompok etnis Melayu, Dayak, Bugis, Banjar, keturunan Arab, yang dicurigai terpusat di luar kota kesultanan (luar bandar) khususnya di kawasan hutan dan pedesaan, dengan memasukkan penduduk dari Pulau Jawa, Ambon dan Nusa Tenggara Timur. Kedua, Sultan Yusuf semakin kehilangan kekuatan dan kekuasaannya, karena ia tidak memiliki kekuatan maritim, seperti kapal perang dan persenjataan lengkap yang dapat dihandalkan. Padahal secara geopolitik dan geostrategis, pertahanan dan kekuatan Kesultanan Pontianak terletak pada maritimnya yang didukung oleh armada kapal perangnya.

Ketiga, pada 10 Agustus 1886 dibuat pula perjanjian perbatasan Kesultanan Pontianak dan kerajaan Landak ditandatangani oleh Sultan Yusuf Alqadrie dan Pangeran Kusuma Dinata, Wakil Panembahan Landak, dengan disaksikan oleh Residen Belanda. Perjanjian itu mengkhiri pertikaian antara kedua kerajaan itu.

http://alqadrie.com/index.php/2013/01/16/periode-sultan-yusuf-alqadrie/

Syaikhi al-Muhaddits Abdullah al-Talidi

Nama, Nasab dan Asal
Beliau adalah Abu Muhammad dan Abu al-Futuh, Abdullah bin Abd al-Qadir bin Muhammad al-Talidi. Nasab beliau sampai kepada wali agung Abdullah bin Maulay Idris atau Maulay Idris al-Shaghir yang ditanam di Fes yang merupakan anak kepada Maulay Idris al-Akbar Pembuka Tanah Maghrib, bin Maulay Abdillah al-Kamil, bin Maulay al-Hasan al-Mutsanna, bin al-Hasan al-Sabti, bin Sayyidina Ali KR. dan Sayyidatina Fatimah al-Zahra' binti Rasulillah SAW.

Dilahirkan di kampung "al-Shaf" yang termasuk dari kabilah "Bani Jarfath", sebuah daerah di Tetouan, Maghribi, pada hari Sabtu kelima belas dari bulan Sya'ban pada tahun 1347 H. Beliau berhijrah bersama bapanya dan seluruh keluarganya ke kota Tangier dan umurnya tidak sampai 10 tahun.

Langkah Awal Menuntut Ilmu

Untuk mempersiapkan diri beliau sebagai ulama yang akan datang, maka perkara pertama yang dilalui adalah  menghafal al-Qur'an dan beliau berhasil menghafal al-Qur'an ketika umur beliau belum baligh lagi di bawah bimbingan Syaikh Abd al-Salam al-Syaqaf dan kadangkala diganti oleh al-Muqri' Abd al-Salam Azuz. Setelah menghafal al-Qur'an beliau juga tidak berhenti untuk mentashih hafalan beliau dari semua kemungkinan kesalahan terjadi sehingga menjadikan beliau betul-betul itqan dengan al-Qur'an.

Ini adalah sebuah adat orang-orang Maghrib Aqsha (Tunisia-Al-Jazair-Maghribi-Andalusia-Maurintania) seperti yang direkodkan oleh Ibn Khaldun bahwa anak-anak mereka harus mendalami hafalan al-Qur'an dan bacaan dahulu sebelum mempelajari ilmu yang lain. Oleh itu keluarlah banyak huffaz dari Barat Islam yang ketika itu umur mereka belum mencapai baligh lagi (al-Muqaddimah Ibn Khaldun, 3:220).

Beliau memulakan mencari ilmu, diawali di Tanjah dengan menghafal beberapa mutun juga menghadiri pelajaran seperti al-Ajurumiyyah dengan syarah al-Azhariyyah, Matan Ibn Asyir dengan Syarah Miyarah sehingga beliau merasakan manisnya ilmu. Ini semua dilakukan dibawah bimbingan seorang Faqih bernama al-Sayyid Ibn A'isyah.

Setelah itu, beliau melanjutkan pelajarannya di sebuah Madrasah Agama di kota Tanjah yang terkenal dengan banyak ulama serta syuyukh yang mengajar di situ. Madrasa tersebut ketika itu diketuai oleh seorang tokoh besar Morocco yaitu al-Marhum Sayyidi Abdullah Ganun, pengarang kitab sastra Arab: al-Nubugh al-Maghribi. Termasuk guru-guru beliau ketika ini adalah al-Nahwi al-Muqri' al-Sayyid Abd al-Salam al-Khannus, al-Sayyid al-Faqih Abdullah bin Abd al-Shadiq al-Timsamani, al-Sayyid al-Musyarik Abd al-Hafiz Ganun, al-Nahwi al-Hasan al-Lamtuni, al-Sayyid al-Mufassir Ahmad Buhusain, al-Falaki Muhammad al-Sukairaij, al-Faqih Muhammad al-Wasini al-Sahili, al-Faqih al-Mubarak al-Wasini, al-Mudir al-Adib Abdullah Ganun, al-Allamah Abd al-Qadir al-Jazairi, dan banyak lagi.

Dalam proses menuntut ilmu ini, terlihat bahwa guru-guru beliau sangat bersungguh dalam mendidik beliau sehingga suatu ketika sedang membaca bab Haji, masuklah pembahasan menziarahi Maqam Nabi Muhammad SAW, maka seketika itu juga salah satu dari gurunya menangis sehinggakan jangutnya basah. Maka serentaklah para murid pun nangis merindui dan mencintai Nabi Muhammmad SAW.

Penghijrahan Ke Fes

Setelah beliau selesai pendidikan Ibtida' dan Tsanawi, dan merasa sudah memiliki sifat malakah maka beliau pun berhasrat untuk menuntut ilmu di kota Fes tepatnya di University al-Qarawiyyin yaitu university tertua di dunia yang telah mengeluarkan beribu ulama sejak abad ketiga hijrah lagi dan lebih tua daripada al-Azhar di Mesir. Sehingga beliau menukil sebuah pepatah: "Seseorang tidak akan dianggap alim di Maghribi selagi dia belum pernah menuntut di Fes".

Ketika beliau ingin berhijrah menuntut di Fes, Morocco ketika itu sedang dijajah oleh Perancis, sedangkan Tanjah dan wilayah utara Morocco pula dikuasai oleh Penjajah Spanyol. Maka beliau terpaksa mengunakan kerata api dan turun di Qashr Kabir dan berjalan kaki sehingga melintasi batas wilayah. Lalu beliau bertemu dengan sebuah masjid di kampung tersebut dan Imam masjid tersebut itupun memuliakan beliau dan menunjukkan jalan yang selamat ke Fes.

Waktu pertama kali beliau melihat kota Fes, beliau sangat kagum setelah sekian lama hanya mendengar cerita guru-guru beliau akan terkenalnya kota ini dengan ulama. Juga terlihat banyak sekali kubur-kubur para ulama dan wali-wali yang tersebar di bukit dan lembah sekitar kota lama Fes ini. Termasuk dari mereka adalah para ulama yang lari dari Andalus ketika jatuhnya Andalus di tangan pihak Kafir Katolik Spanyol. Maka benarlah cerita yang diceritakan oleh Guru kepada Guru-guru beliau yaitu al-Sayyid al-Muhaddits Muhammad bin Ja'far al-Kattani RH dalam kitabnya Silwatu al-Anfas fi Man Halla min al-Ulama wa al-Shalihin bi Madinah Fes.

Syaikh al-Talidi menceritakan bahwa ketika memasuki Masjid al-Qarawiyyin, terlihatlah banyaknya kursi-kursi ulama dan tersebarnya pelajar-pelajar yang berbeza dari segi ilmu dan umur mereka. Ketika itu, jumlah pelajar adalah 5000 murid, dan ini adalah dikecualikan pelajar yang di luar nidzam rasmi yang mengikuti pengajian secara bebas. Beliau menceritakan bahwa suasana indah seperti ini sudah hilang ketika datangnya kemerdekaan. Bayangkan bagaimana ketika dijajah kita boleh giat menuntut ilmu agama, akan tetapi justru setelah kemerdekaan orang muslim tambah malas dan hilangnya rasa manisnya ilmu serta ditimpa musibah kekayaan yang mengkhayalkan.
Di sini, beliau sempat mengaji Muqaddimah Jam'i al-Jawami' di bawah bimbingan al-Allamah Abd al-Aziz bin al-Muhaddits Syaikh al-Jama'ah al-Sayyid Ahmad bin al-Khayyath. Bab al-Ibadat dari Mukhtashar al-Khalil Syarah al-Dardir dan al-Hikam Ibn Atho'illah bersama al-Allamah Idris al-Iraqi. Beliau mengaji ilmu tauhid bersama Abu al-'Abbas Banani. Juga pada beberapa ulama yang beliau lupa nama mereka seperti Ibn Abi al-Syita' al-Shanhaji. Beliau sempat menadah ilmu nahwu seperti Alfiyyah, ilmu hadis seperti Baiquniyyah, dan beberapa pelajaran dalam ilmu falak dan sastra.

Akan tetapi, beliau tidak lama tinggal di Madrasah Agung ini melihat ia sudah berada pada jalan keruntuhan, di mana ketika itu banyak terjadi mogok dari belajar oleh para murid dan terjadinya demonstrasi. Ditambah lagi, penjajah mula mempersimpitkan peluang-peluang emas menuntut ilmu di Madrasah ini. Melihat kenyataan ini, beliaupun mengambil keputusan untuk pulang ke kota beliau yaitu Tanjah.

Ketika beliau pulang dari Fes, beliau berkenalan dengan beberapa murid. Mereka meminta kepada beliau untuk dibacakan kitab Alfiyyah Ibn Malik dengan syarah al-Makudi. Pengajian tersebut dilakukan di rumah seorang lelaki wali yang soleh yaitu al-Sayyid al-Ghali bin Ajibah RH.

Madrasah al-Siddiqiyyah (al-Ghumariyyun)

Sampai satu ketika, Syaikh al-Talidi terfikir di dalam benaknya untuk pergi menuntut di Madrasah al-Siddiqiyyah yang terkenal sebagai pusat hadis dan berbeza pandangan dengan sifat taklid mazhab Maliki yang dianuti oleh orang Maghribi.

Pertama sekali beliau mengaji bersama al-Allamah al-Atsari al-Syaikh Muhammad al-Zamzami (yang nantinya di akhir hayatnya berubah menjadi seorang berfahaman salafi yang menolak tasawwuf) kitab Bulugh al-Maram dan Lubb al-Usul oleh Imam Zakariya al-Anshari.

Lalu beliau menadah dengan al-Allamah al-Usuli Abd al-Hay bin al-Siddiq kitab al-Jawahir al-Maknun, Nukhbat al-Fikr, Miftah al-Wusul, dan Syarah Bulugh al-Maram Subul al-Salam oleh al-Shan'ani. Juga sempat bertemu dengan al-Allahamah al-Muhaddits Abd al-Aziz bin al-Siddiq dan mengaji kitab Alfiyyah al-'Iraqi, Jami' al-Turmizi, Nukhbah al-Fikr, Tafsir Jalalain, sampai beliau meninggal. Lalu beliau juga sempat bertemu di sini dengan al-Syarif al-Muhaddist Muhammad al-Muntashar al-Kattani.

Pada ketika inilah terbuka luasnya pemikiran ilmiah dan hilangnya sifat jumud taklid yang ta'ashub dalam diri beliau kerana mencintai hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Beliau juga mulai menyukai untuk beramal dengan sunnah dan dalil. Ketika ini jugalah beliau merasa seperti orang yang duduk di dalam bilik yang sempit dan keluar darinya ke ruang yang luas dan selesa. Pada ketika ini jugalah terjadi fitnah kepada beliau sehingga beliau dituduh telah berpaling dari jalan yang hak, sehingga beliau dipulau oleh kawan-kawannya.

Perjalanan Menemui  al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq di Sala

Setelah mendengar khabar bahwa al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq menetap di Sala yaitu sebuah bandar di utara Rabat, beliau pun berangkat ke Sala menggunakan kereta api dari kota Tanjah ke Sala. Beliau sampai di Sala sebelum Maghrib dan bertemu dengan al-Hafiz Ahmad di antara Maghrib dan Isyak. Ketika itu kebahagiaannya tidak terhingga sehingga tidak dapat dibayangkan kerana bertemu dengan seorang Muhaddits al-Dunya ketika itu. Beliau seperti tertakut-takut ketika mencium tangan Alim besar tersebut.

 Pada pertemuan awal tersebut, beliau mendapatkan hadis al-Rahmah al-Musalsal bi al-Awwaliyyah, lalu pembacaan Sahih Muslim, sesi Q&A, dan beliau berhasil mendapatkan ilmu dari berbagai jenis ilmu, tapi yang utama adalah ilmu hadis dan mempraktikkan cara untuk beramal dengan hadis-hadis itu. Kecintaan beliau terhadap al-Hafiz sangatlah kuat sehinggakan beliau sangat terkesan dengan caranya serta pemikirannya, seperti halnya beliau terkesan juga dengan adik-adik al-Hafiz yang lain. Akan tetapi terkesan kepada al-Hafiz adalah lebih banyak, kerana dapat mensahihkan banyak pemahaman yang terkeliru sebelum ini, dan beliau menemukan sesuatu yang tidak ditemukan sebelum ini. al-Hafiz Ahmad-lah yang mengajarkan beliau untuk menjauhkan diri dari ta'ashub dan taklid buta dengan qaul-qaul fuqaha'.

Syaikh al-Talidi mendapatkan ijazah khusus daripada al-Hafiz Ahmad dari semua bacaan, riwayat hadis dan lain-lain, dengan tulisannya sendiri, begitu juga dengan mentalqinkan tarikat al-Shaziliyyah, menijazahkan tarikat tersebut, serta memberi izin untuk mengembangkannya dan mengajarkannya. Malah al-Hafiz Ahmad pernah berkata kepada beliau: "Sesungguhnya tarikat kita adalah terbina dengan al-Quran dan a-Sunnah dan beramal dengan keduanya".

Kemerdekaan Morocco

Kepulangan Syaikh al-Talidi dari Sala ke Tanjah adalah masih merupakan zaman jajahan Perancis di Morocco, dan Raja Morocco Muhammad V masih dibuangan di Madagascar. Maka ketika ini, beliau menghabiskan waktu dengan membaca kitab al-Muhalla karangan Ibn Hazm al-Zahiri. Tidak sampai setahun dari ini, merdekalah Morocco dari jajahan Perancis, dan pulanglah Raja Muhammad V ke tanah air dan kedaulatan beliau. Maka al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq pun dapat pulang dari buangannya oleh pemerintah Spanyol di Tanjah. Ketibaan beliau di Lapangan Terbang Tanjah diraikan dengan sebuah perayaan oleh murid-murid beliau dan ahli bandar Tanjah. Maka ketika ini, al-Hafiz telah mengangkat Syaikh al-Talidi sebagai khatib Jumaat di rumah beliau.

al-Hafiz adalah orang yang sangat tegas dalam menetapkan hukum. Dengan ini beliau sangat kuat melawan parti-parti politik di tanah air yang mengajak kepada budaya Perancis, kerusakan, kebebasan wanita, dan pergaulan mereka dengan para lelaki. Ini menyebabkan al-Hafiz melawan tokoh-tokoh politik tersebut sampai pada derajat mengkafirkan mereka kerana telah meningkari sesuatu yang ijmak. Dari sini, beliau berniat untuk berhijrah dari negara ini. Ketika itu, Syaikh al-Talidi telah menghantar al-Hafiz ke al-Qashr al-Kabir untuk menaiki kereta api ke Casablanca untuk melanjutkan perjalanan ke Port Said, Mesir. Di al-Qashr al-Kabir inilah Syaikh al-Talidi kali terakhir melihat al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq al-Ghumari RH. Semua ini berlaku pada tahun 1377 H bersamaan dengan 1957 M.

Setelah kejadian ini, Syaikh al-Talidi telah mengasingkan diri di rumah untuk belajar serta menyunsun sebuah kitab yang mengandungi semua perkara yang diajarkan oleh al-Hafiz Ahmad kepadanya. Kitab inilah nanti yang terkenal dengan nama: "Darru al-Ghamam al-Raqiq bi Rasail al-Sayyid Ahmad bin al-Siddiq" juga dengan beberapa risalah lain yang belum diterbitkan.
Permulaan Mengajar dan Mendirikan Rumah Tangga

Ketika ini, datanglah beberapa murid yang meminta beliau untuk mengajarkan ilmu kepada mereka. Maka Syaikh al-Talidi pun mula membacakan kitab-kitab penting seperti Alfiyyah Ibn Malik, Bulugh al-Maram, Tafsir al-Jalalain, di beberapa masjid di Tanjah, seperti masjid Marshan. Ketika ada masalah, maka beliau mengajar di rumah beliau.

Pada ketika ini juga Allah SWT telah mentakdirkan beliau untuk mendirikan rumah tangga. Pada suatu ketika, beliau seang duduk bersama kawannya ditempat beliau biasa berbelanja. Maka tiba-tiba ada seorang anak perempuan yang datang dan meminta untuk membeli sesuatu. Maka beliaupun melihat kepada anak perempuan tersebut. Akan tetapi anak perempuan tersebut tiba-tiba merasa malu dan berbalik dan tidak mengulangi perbicaraan. Maka ketika anak perempuan tersebut pergi, berkatalah Syaikh al-Talidi kepada kawannya: "Anak siapakah perempuan tersebut? Sesunggunya perempuan tersebut sangat berbeza!" (ini disebabkan wanita Morocco pada waktu ini terlalu mengikuti budaya Perancis yang mengajarkan kebebasan serta kurang memiliki sifat malu). Ketika beliau tau siapa perempuan tersebut, maka beliau pun terus berkata: "Kalau Allah mentakdirkan aku untuk berkahwin, maka dialah istriku", maka terjadilah apa yang dikatakan.

Beliaupun berkahwin dengannya ketika umurnya masih belum baligh. Allah memberkati perkahwinan ini sehinggakan sampai detik ini, yang sudah mencapai setengah kurun. Dengan pernikahan ini, beliau mendapatkan zuriat yang juga merupakan ulama sama ada di Morocco maupun di Eropah.

Ketika awal mula beliau dalam membina rumah tangga, beliau tidak memiliki apa-apa, tidak ada rumah, katil, perabot. Berpindah-pindah dari satu bilik sewa ke satu bilik yang lain. Akhirnya beliau dapat tumpang di rumah adik perempuannya selama 5 tahun. Paa waktu ini, beliau terpaksa menjahit jalabah dan mendapatkan 2 dirham bagi setiap jalabah yang dijahitnya sebagai upah untuk menyara hidup.

Pada waktu pernikahan ini juga, beliau telah dinasihati oleh guru beliau al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq RH: "Janganlah engkau sibukkan diri engkau dengan istri sehingga mengalahkan perjalanan ilmu engkau. Ingatlah kata-kata Imam al-Syafi'i RH yang dikisahkan juga dari Basyar al-Hafi RH: Ilmu akan sia-sia diantara paha para wanita". Maka beliaupun mematuhi wasiat gurunya ini.

Kemangkatan al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq

Pada petang 2 Jumadi al-Akhirah 1380 H, datanglah kabar bahwa al-Hafiz Abu al-Faidl Ahmad bin al-Siddiq RH telah dijemput ruhnya kehadapan Allah SWT. Maka pengikut-pengikut al-Hafiz pun pergi ke Masjid Jami' Kabir untuk melakukan solat ghaib dengan diimami oleh adiknya yaitu al-Syaikh Muhammad al-Zamzami.

Para hadirin pun ada yang sedih menangis akan kehilangan al-Hafiz. Lalu diadakan sebuah majlis yang menceritakan hayat al-Hafiz Ahmad. Maka dikumandangkanlah berbagai qasidah dan kalimat memuji beliau yang kuat membela sunnah, dan menentang kafirin, sekularis, dan lain-lain.

Mengasas Ma'ahad Menghafal al-Qur'an dan Pengajian Ilmu

Setelah beliau disempitkan untuk berdakwah di berbagai masjid dan dilarang memberikan pelajaran di masjid-masjid tersebut, seperti juga ulama lain yang dilarang kecuali dengan izin rasmi (tauliah) maka beliau pun mengajarkan ilmu di rumah beliau.

Lalu beliaupun ingin membina sebuah Yayasan yang terdapat madrasah ilmiah untuk menghafal al-Qur'an, dan mengajarkan ilmu agama serta melakukan jama'ah solat 5 waktu dan solat Jumaat dicampur dengan rumah untuk ditinggali, maka beliaupun melontarkan hasrat ini kepada beberapa kawan beliau sehingga beliau berhasil mendapatkan tanah untuk itu. Akhirnya dengan terbina madrasah ini, maka pengajian pun dijalankan dengan penuh semangat dan terus-terusan.

Perjalanan Haji Berkali-kali
Pada bulan Ramadhan tahun 1383 H, datanglah berita ayahnya meninggal dunia di kampung halaman beliau. Umur ayah beliau ketika itu adalah sekitar 80 tahun. Pada tahun itu juga, Allah telah memberi nikmat kepada beliau untuk melakukan Haji ke rumah Allah SWT untuk pertama kalinya.

Awal keberangkatan haji itu ditunjukkan Allah SWT dalam mimpi gembiranya (Tabsyir). Beliau melihat dalam mimpinya seolah-olah beliau di Madinah Munawwarah. Bersamanya sekumpulan jamaah. Maka keluarlah Sayyidatina Aisyah, Ummu al-Mukminin RA untuk menemui beliau. Maka Sayyidah Aisyah pun berkata: "Marhaban!". Maka dari mimpi ini, beliau pun tahu bahwa waktu melakukan haji sudah saatnya.

Alhamdulillah, dengan haji beliau yang pertama, Allah telah membuka jalan untuk beliau sehinggakan beliau dapat melakukan haji atau umrah pada setiap tahun untuk menziarahi rumah Allah SWT dan menziarahi kubur Rasulullah SAW.

Dalam perjalanan haji ini, banyak pengalaman emas yang dirasai oleh beliau. Alhamdulillah, beliau berkesempatan bertemu dengan berbagai ulama agung pada masa itu dan ini, seperti al-Muhaddits Abd al-Fattah Abu Ghudah, al-Muhaddits Muhammad Zahid al-Kautsari, al-Muhaddits Ahmad Syakir, al-Muhaddits al-Musnid Muhammad Yasin al-Fadani, al-Syaikh Muhammad Bakhit al-Muthi'i, al-Syaikh Abd al-Halim Mahmud, al-Syahid Hasan al-Banaa, al-Allamah Abu Hasan al-Nadwi dan lain-lain.

Bahkan beliau juga sempat bertemu dengan tokoh-tokoh yang berbeza pendapat dengan beliau yang mana beliau tetap mensifati mereka dengan adab keilmuan mereka seperti al-Allamah al-Sayyid Sabiq, al-Muhaddits Nashir al-Din al-Albani, dan al-Muhaddits Abd al-Qadir al-Arnauth. Ini menunjukkan bahwa beliau memiliki akhlak yang mulia serta menghormati orang yang alim walaupun berbeza pendapat.

Pertemuan dengan al-Muhaddits Nashir al-Din al-Albani

Malah, salah satu cerita yang menarik yang perlu untuk diceritakan di sini yaitu pertemuan beliau dengan al-Muhaddits Nashir al-Din al-Albani pada haji yang keenam. Pada ketika itu, beliau sedang berjalan-jalan bersama kawan-kawan, lalu mereka bertemu dengan salah seorang murid al-Albani yang bernama Mahmud Mahdi al-Istanbuli. Maka Mahmud tersebut pun mengajak mereka untuk datang pada malam hari di rumahnya sebagai tamu. Maka ketika waktu yang ditetapkan sudah sampai, maka mereka pun masuk ke dalam rumah yang dimaksud. Ketika mereka duduk, maka masuklah Syaikh Nashir al-Din al-Albani dan bersalaman dengan semua tetamu termasuk beliau. Maka al-Albani pula bertanya kepada beliau keadaan akidah para tamu yang hadir. Maka beliau pun menjawab bahwa mereka ini adalah orang awam.

Lalu Syaikh al-Albani pun memulakan pembicaraan tentang haramnya bertawassul pada zat seperti yang dijelaskan Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah di dalam kitab "Qaidah al-Tawassul wa al-Wasilah". Maka Syaikh al-Talidi pula menjawab bahwa tawassul dengan zat yang utama adalah disyariatkan mengikut hadis al-Dlarir yang sahih lagi masyhur dan lain-lainnya. Dengan hadis itu, banyak ulama menghalalkannya, lalu al-Albani pula melarang dan perdebatan pun menjadi panjang.

Lalu masuklah pula pembahasan dengarnya para mayat akan ucapan orang yang masih hidup. Maka al-Albani meningkarinya secara mutlak sehinggakan dari Nabi Muhammad SAW pun tidak mendengarnya. Lalu Syaikh al-Talidi pula menjawab dengan menggunakan hadis Anas RA yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim: "Sesungguhnya hamba ketika diletakkan di dalam kuburnya dan pengantarnya sama berpergian maka dia mendengar pergerakan selipar mereka". Akan tetapi, al-Albani menolaknya dan mentakwilnya. Begitu juga dengan hadis Umar RA yang menceritakan ucapan Nabi Muhammad SAW bersama kuffar Quraisy yang mati di al-Qalib, maka al-Albani mentakwilnya juga. Terakhir beliau mengeluarkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah SAW: "Hidupku lebih baik bagimu, kamu melakukan sesuatu dan kamu diberi keterangan hadis. Matiku juga lebih baik untukmu, amal perbuatanmu di tampakkan kepadaku. Apa yang aku lihat baik, aku memuji kepada Allah dan apa yang ku lihat buruk, aku mina ampun kepada Allah untukmu" (riwayat al-Bazzar dan perawinya adalah Sahih seperti yang disebutkan di dalam Majma' al-Zawaid, 9:24). Maka al-Albani pun mendaifkannya lagi, lalu Syaikh al-Talidi berkata padanya bahwa hadis ini sahih dan telah disahihkan oleh banyak para Huffaz. Akan tepai, al-Albani tetap berkeras bahwa ia adalah daif. Maka ketika beliau melihat bahwa al-Albani tidak insaf, maka beliau pun berpaling darinya dan diam serta tidak diulang lagi pertentangan.

Maka ketika selesai majlis, merekapun beransur. Lalu sekarang Syaikh al-Talidi melihat bahwa ternyata al-Albani telah mensahihkan hadis menampakkan amal kepada Rasulullah SAW tersebut di dalam al-Silsilah al-Shahihah (walaubagaimanapun, penulis tidak berhasil menemukan pernyataan al-Albani yang mensahihkan hadis ini, Wa Allahu a'lam!).

Pertemuan dan Kepulangan al-Muhaddits Abdullah bin al-Siddiq al-Ghumari

Pada haji yang keenam ini juga, beliau sempat bertemu denagn al-Muhaddits al-Usuli al-Faqih Abdullah bin al-Siddiq al-Ghumari (adik kepada al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq) di Mesir, setelah 11 tahun dizalimi dan difitnah oleh President Jamal Abd al-Nashir. Maka al-Muhaddits Abdullah juga telah pulang ke tanah air setelah meninggalkan tanah halaman selama 40 tahun yang dihabiskan umurnya di kota Cairo. Kepulangannya adalah sebuah hari yang bersejarah!

Haflah Bersama al-Muhaddits Muhammad Yasin al-Fadani

Pada haji yang ke 15, beliau telah berangkat haji bersama rombongan besar yang juga diikuti oleh adik beradik Abdullah dan Abd al-Aziz bin al-Siddiq. Pada haji kali inilah al-Allamah al-Muhaddits al-Sayyid Muhammad Yasin al-Fadani RH mengadakan haflah yang penting!
Pada waktu ini, terkumpulah banyak ulama di kalangan ahli ilmu dan terhormat di Madrasah Dar al-Ulum al-Diniyyah di Mekkah al-Mukarramah. al-Muhaddits Abd al-Fatah Abu Ghudah telah diberi penghormatan untuk memberikan sebuah pengajian dengan hadis: "Barangsiapa yang berkata Aku meridhai Allah sebagai Tuhan, dan Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi, maka wajiblah baginya syurga".

Adanya malam tersebut merupakan malam yang bersejarah penuh barakah, yang tidak akan dapat dilupakan sama sekali. Benar-benar telah hilanglah wajah-wajah mereka yang alim dijemput Allah SWT dalam keadaan yang mukmin. Semoga kami dikumpulkan bersama mereka dari kalangan para nabi, wali-wali, pada syuhada', dan orang-orang yang soleh.

Akidah dan Fiqh Syaikh al-Talidi

Pada awalnya, beliau berakidah dengan mazhab al-Asya'irah yang mutaakhir yang mencampur akidah al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari yang hak dengan beberapa akidah muktazilah. Akan tetapi hatinya seperti ada kecondongan kepada mazhab al-Salaf disebabkan bacaan yang dibacanya pada waktu menjadi penuntut ilmu seperti kitab al-Risalah Ibn Abi Zaid al-Qayrawani berkali-kali dan akidah tersebut dalam risalahnya merupakan akidah Salaf yang murni.

Ketika bertemu dengan guru beliau al-Hafiz Ahmad bin al-Siddiq al-Ghumari RH, beliau memberinya kitab al-Tauhid oleh Ibn Khuzaimah, al-I'tiqad oleh al-Baihaqi agar dibaca olehnya. Beliau juga sempat membaca bersama kitab al-'Uluwwu li al-Aliyyi al-Ghaffar dan Ijtima' al-Juyush  al-Islamiyyah, dan al-Ibanah oleh al-Asy'ari, al-Thahawiyyah, Lum'at al-I'tiqad yang akhirnya menghasilkan kepada akidah mazhab al-Salaf. Maka jadilah beliau yang beri'tiqad dengan akidah Salaf yang murni. Dan bertambah kukuhlah lagi keyakinan tersebut dari membaca kitab-kitab tafsir, syarah hadis, yang memperbahaskan mazhab salaf dan khalaf.

Maka beliau menasihati para penuntut ilmu untuk membaca akidah Ibn Abi Zaid al-Qayrawani, al-Thahawiyyah, al-I'tiqad, dan al-Ibanah.

Dari segi fiqh pula, beliau pada awalnya bermazhab Maliki kerana beliau mempelajarinya dari kitab-kitab Maliki sama ada yang kecil sampai yang besar. Setelah beliau bertemu dengan Ahli Hadis dan mengkaji secara mendalam kitab-kitab Ayat Ahkam dan Hadis Ahkam dibawah bimbingan mereka, seperti kitab al-Muhalla oleh Ibn Hazm, al-Majmu' oleh Imam Nawawi, Subul al-Salam, Nail al-Authar, dan lain-lain, sehingga menyebabkan beliau mengambil suatu hukum langsung dari sumber dalil yaitu al-Qur'an dan al-Sunnah yang Sahih, menjadikan beliau tidak terikat dengan mana-mana mazhab fiqh. Kecuali ketika terjadi pertentangan dalil dan pelbagai pendapat ulama, maka beliau akan memilih yang paling selamat seperti yang disebut oleh para ulama.

Ini adalah senada dengan tuntutan mazhab Salaf bahwa adalah wajib bagi semua orang alim dalam ilmu dan kaedah yang diperlukan agar mengambil hukum langsung dari sumbernya. Akan tetapi, beliau juga bersetuju bahwa tidak terlarang bagi orang awam dan ahli ilmu yang masih kurang untuk melakukan taklid terhadap mana-mana mazhab yang masyhur selagi tidak bertentangan dengan Sunnah yang jelas! Beliau juga menetapkan bahwa bertaklid kepada mana-mana mazhab empat atau lainnya adalah perkara ijtihad yang tiak ada nas menafikan atau menetapkan perkara tersebut.

Lalu beliau tetap berkepercayaan bahwa sesungguhnya semua para ulama yang berijtihad itu berada pada landasan hidayah Allah SWT keseluruhannya. Mereka boleh benar dan salah dalam ijtihad mereka. Seumpama salah mereka diampun seperti yang terkenal di kalangan ahli ilmu, dan tidak boleh menyesatkan mereka, juga mengutuk salah satupun dari mereka.

Beliau juga berkepercayaan bahwa semua golongan yang berusaha mencari kebenaran tetap di kalangan Ahli Sunnah seperti golongan al-Hanabilah, al-Asya'irah, al-Maturidiyyah, semuanya dalam landasan hidayah Allah SWT walaupun kemungkinan mereka tersalah dalam pencarian mereka. Kita tidak boleh membid'ahkan mereka, mengkafirkan mereka kerana mereka semua memiliki sandaran kemungkinan dan tujuan mereka tidak lain adalah satu yaitu mentauhidkan Allah SWT, dan bukanlah berniat untuk mengingkari sifat-sifat Allah SWT.

Akan tetapi, beliau tetap setuju bahwa golongan yang telah keluar dari landasan di atas, seperti Syi'ah Rafidah, Khawarij, Muktazilah, Musyabbihah, Mujassimah, Murji'ah, dan sebahagian Sufiyyah, mereka semua adalah sesat. Ada dari mereka yang kafir seperti sebahagian pelampau Syi'ah Rafidah dan Khawarij.

Pendapat beliau tentang aliran sufi pula adalah bahwa ia merupakan sebuah aliran yang sangat besar yang bercampur sama ada Sunni, Syi'ah, Salafi, atau lainnya. Maka selagi seseorang itu meletakkan asas-asas tasawwuf yang sebenar seperti taubat, zuhud, wara', mahabbah, ridha, dan lain-lain, dan menjauhi sifat riya', namimah, hasad, maksiat dan lain-lain; maka mereka adalah sufi sebenar, seorang Sunni, Salafi, Sholeh, dan Wali. Terserahlah nak menamakan apa pun itu! Maka barangsiapa yang bertentangan dengan ini, maka ia adalah Mulhid, Zindiq, ahli Bid'ah, walaupun dia mendakwa dirinya seorang Sufi atau Salafi, atau Sunni maka sesungguhnya dia adalah Dajjal!

Akan tetapi, menurut penulis, bahwa kita perlu ingat, amalan-amalan para Sufi yang memiliki sandaran hukum sama ada khusus maupun umum seperti zikir dan hizib-hizib ulama, perayaan maulid yang bebas dari maksiat seperti percampuran antara lelaki dan perempuan, maupun tariakt-tarikat sufi, serta tawassul dan ziarah kubur orang soleh dan beristighasah dengan mereka; semua ini adalah termasuk dalam jenis Sufi yang mendapat hidayah Allah seperti yang dimaksudkan oleh Syaikh al-Talidi. Ini disebabkan penulis sendiri sudah mengalaminya ketika menuntut dengan Syaikh Abdullah al-Talidi. Penulis juga sudah membaca pendapat-pendapat Syaikh Abdullah al-Talidi di dalam kitab-kitabnya seperti Bidayah al-Wushul bi Lubb Sahih al-Ummahat wa al-Usul.
Karya-Karya Abdullah al-Talidi

Sepertimana Madrsah al-Siddiqiyyah mengajarkan murid-murid mereka bahwa ulama haruslah mengkritik perkara yang wajib dikritik. Dan kritikan ini haruslah direkodkan di dalam bentuk tulisan agar menjadi warisan kepada generasi yang datang kelak. Sebagaimana tradisi yang telah dilakukan oleh adik beradik al-Ghumariyyin, yang telah mengarang berpuluh kitab dalam membahas berbagai jenis isu, Syaikh Abdullah al-Talidi juga telah mengarang lebih dari 50 kitab pada saat ini. Salah satu yang teragung adalah karyanya Bidayah al-Wushul bi Lubb Sahih al-Ummahat wa al-Usul yang berjumlah 12 jilid. Juga kitab al-Mutrib yang menceritakan wali-wali agung di Maghribi, Jawahir al-Bihar kumpulan hadis yang sahih menurut beliau disertai dengan syarah beliau, dan lain-lain lagi.’
Penutup

Berikutlah ringaksan yang penulis dapat ambil setelah membaca Biografi Syaikh Abdullah al-Talidi yang berjudul Zikriyat min Hayati dengan pena Syaikh Abdullah bin Abd al-Qadir al-Talidi sendiri, cetakan Dar al-Qalam Damascus pada tahun 2004 M / 1425 H. Semoga tulisan ini bermanfaat kepada diri penulis dan para pembaca, Amin Ya Rabb al-Alamin.

Posted by akitiano
http://akitiano.blogspot.com/2013/03/biografi-syaikhi-al-muhaddits-abdullah.html

Syaikh Sidi Hamza al Qadiri al Boutchich

Emisi spiritual dari kita tercinta Nabi Muhammad ( damai dan berkah Allah atasnya ) tidak pernah berhenti hati mencerahkan sepanjang tahun , melalui ahli waris spiritualnya , guru besar Islam . Mereka yang percaya pada transmisi rohani mereka , dalam mediasi rohani mereka , menemukan diri mereka melekat pada kita tercinta Nabi Muhammad , berkat dan damai dari Allah atasnya , melalui perantara mereka. Syaikh Sidi Hamza al Qadiri al Boutchich adalah salah satu ahli waris spiritual Nabi Muhammad ( berkat dan damai dari Allah atasnya ) saat ini dan usia .
Lahir di Madagh , utara - timur dari Maroko pada tahun 1922 Sidi Hamza al Qadiri al Boutchich menunjukkan tanda-tanda bertubuh spiritual sangat awal dalam hidupnya . Dia dengan cepat menarik perhatian Majdubs ( orang-orang yang mabuk kepada Allah ) dari pasar Ahfir , yang terkenal karena persepsi spiritual mereka . Mereka memeluknya dan mengatakan Sidi al- Hajj Abbas ( ayahnya ) untuk merawat dirinya . Sidi Abu Madyan ( Syaikh Sidi Hamza ) juga telah mengatakan kepadanya bahwa Sidi Hamza akan menjadi orang yang luar biasa . Ia menghabiskan masa kecil biasa untuk satu lahir dalam keluarga pedesaan. Waktunya adalah , seimbang, antara kegiatan di atas tanah dan agama . Ayahnya akan membawanya ke ladang sehingga ia mungkin akrab dengan pertanian. " Di masa saya menerima pendidikan agama . Saya dibesarkan dimaksudkan untuk menghormati orang-orang dan prinsip-prinsip Al-Quran " , kata Sidi Hamza .
Syaikh Sidi Hamza al Qadiri al Boutchich adalah keturunan Moulay Syaikh ' Abd al Qadir Al Jilani ( 470H-559H/1077-1166 ) , salah satu dari orang-orang kudus Sufi paling populer Islam dan yang dirinya adalah keturunan Nabi Muhammad ( berkat dan damai Allah besertanya) , oleh cucu-cucunya Hassan ibn al Imam Ali bin Abu Thalib dan Hussien bin Al Imam Ali bin Abu Thalib ( semoga Allah memberkati mereka dan menjadi baik senang dengan mereka ) .
Kegiatan pendidikan dan otorisasi nya :
Sidi Hamza mengejar studinya sepanjang garis pendidikan tradisional saat di Zawiya di Madagh dan Quran School. Disiplin awal-Nya mensyaratkan empat kegiatan utama :
¨ Belajar Quran ( dari usia 3/4 tahun sampai 8/9 tahun )
¨ ilmu-ilmu agama ( Mutun ) tata bahasa ( Nahu ) , yurisprudensi ( Fiqh ) selama enam tahun .
¨ Setelah kematian pamannya dan guru , Sidi al - Makki tahun 1936 , Sidi Hamza pergi ke Oujda untuk melanjutkan studi di Universitas Oujda ( 1937-1940 )
¨ Dia kembali ke Zawiya di Madagh , di mana selama empat tahun ia memperdalam pengetahuannya di perusahaan dua ulama ( ' Ulama ) dari kota Fes .
Dia belajar ilmu-ilmu tradisional Hadis , menguraikan dari Quran , Fikih , Teologi , Matematika , Retorika dan Logika , dalam semua yang ia unggul dan menguasai . Dari ilmu Exoteric , ia melanjutkan untuk menguasai ilmu Esoterik .
Sidi Hamza selalu mengutip kata-kata dari guru prinsipnya banyak di antaranya juga anggota keluarganya dan dari Beni Snassen seperti Sidi Ali Qadiri keturunan Sidi Moulay Abdul Qadir al Jilani . Setelah bertahun-tahun dikhususkan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama , Sidi Hamza kemudian mengalihkan perhatiannya kepada ilmu-ilmu esoteris di tangan Sidi Abu Madyan , seorang paman jauh, yang menjadi guru spiritual , tetapi yang sampai sekarang sedikit dikenal kepadanya . Itu setelah kematian salah satu saudara Sidi Hamza bahwa keduanya ditakdirkan untuk bertemu .
Dalam waktu satu bulan bertemu Sidi Abu Madyan , baik Sidi Hamza dan ayahnya Sidi Haji al Abbas menjadi murid Sidi Abu Madyan . Mereka akan tetap begitu selama empat belas tahun ke depan . Pada saat itu , Sidi Al Hajj Abbas adalah 40 , secara tradisional usia diperlukan . Sidi Hamza hanya 19 , dan hampir tidak menyelesaikan pendidikannya . Dalam perjalanan empat belas tahun di perusahaan guru spiritual mereka, mereka mencatat semua kata tuan itu dan setiap detail hodeng dan tindakannya . " Selama empat belas tahun kami tinggal dekat untuk menguasai spritual , kami tekun mengikuti ibadah kami yang terutama terdiri dari pembacaan Quran dan mengingat Allah ( dzikir ) . Aku sangat menyayanginya dan sangat mengagumi keagungan sederhana sopan santun dan nya kata-kata " , catatan Sidi Hamza .
Sebelum meninggal , Sidi Abu Madyan ditunjuk Sidi Haji Abbas sebagai penggantinya dan pewaris warisan spiritualnya , yang Sirr ( rahasia spiritual ) . Sidi al- Hajj Abbas melalui alam yang sederhana yang tidak diinginkan ini selama lima tahun . Dia hanya mengambil arahnya ditakdirkan pada tahun 1960 setelah ia tiga kali memiliki pertanda mimpi yang sama . Dalam malaikat mimpi mendesak dia untuk mengambil pengangkatan menjadi Syaikh ( Idhn - Otorisasi ) serius dan bahwa jika ia tidak ia akan dihapus dari kitab Suci ( Awliya ) . Bahkan , Sidi Hamza juga menerima penunjukan ( Idhn ) dari Sidi Abu Madyan pada saat yang sama ayahnya lakukan , tapi setelah Sidi Abu Madyan meninggal , Sidi Hamza membuat setia kepada ayahnya dan menjadi muridnya selama tujuh tahun .
Ketika Sidi al- Hajj Abbas meninggal, dia mewariskan semua otoritas spiritualnya ke Sidi Hamza dan mendesak murid-muridnya ( fuqara ) untuk mengikuti Sidi Hamza . Hari Sidi Hamza dianggap di Maroko dan di tempat lain di dunia di mana murid-muridnya , seorang Guru Sufi hidup saat itu, seorang wakil otentik dari tradisi hidup Tasawwuf . ( Tasawuf ) .
Pembaharuan tasawuf ( tassawuf )
Sidi Hamza melanjutkan pekerjaan ayahnya menuju pembaharuan tasawuf . Proses pembaharuan berasal dari orientasi spiritual lebih halus dibandingkan dengan tasawuf tradisional yang dikenal untuk praktek dan disiplin yang ketat . Hal ini dicontohkan oleh transisi dari megah ( Jalal ) aspek ke indah ( Jamal ) aspek orientasi spiritual . " Sufisme telah berubah " Di masa lalu para empu dikenakan murid-murid mereka untuk tes yang ketat dan latihan untuk membantu mereka untuk mengalahkan jiwa mereka sendiri dan untuk menghormati rahasia spiritual bahwa mereka dengan demikian akan mengakuisisi . Sidi Hamza mengatakan , " Dzikir mengambil tempat tes dan latihan . Dan saat ini terserah kepada guru ( Syaikh ) berkat berdiri spiritualnya untuk meningkatkan murid-muridnya untuk tingkat kemungkinan mereka tertinggi pencapaian spiritual dengan cara cinta ( Mahubba ) dan orientasi ( tawwajjuh ) . "
Alasan untuk perubahan ini / atraksi sejarah dan sosial, terutama laki-laki perempuan alami untuk dunia materi dan ketidakseimbangan spiritual dan aspek fisik kehidupan yang telah mengubah kesadaran keagamaan . Di satu sisi , manusia modern rentan terhadap array beberapa gangguan dari kesadaran spiritual dan di sisi lain , telah terjadi kerusakan besar dari semua itu adalah agama dan nilai spiritual di zaman modern . Sufisme telah demikian disesuaikan dengan realitas baru ini lazim di dunia modern .
Kami menyaksikan tiga perubahan penting .
Pada waktu sebelumnya , guru spiritual ditujukan pesannya kepada elit mencari pencerahan spiritual , dan agak khawatir dengan "biasa " Muslim. Saat ini karena keadaan krisis spiritual di dunia modern , di mana bahkan praktek lima pilar terancam , Sidi Hamza alamat dirinya kepada setiap orang pada tingkat individu mereka. Hubungan antara guru dan murid juga telah berubah . Sebelumnya itu adalah murid yang mencari master . Sekarang adalah penguasa yang berusaha keluar murid . Gagasan murid ( murid ) berasal dari kata ' kehendak ' ( irada ) . Diwujudkan dalam kehendak ini adalah pencarian untuk pencapaian spiritual , aspirasi yang mencari kepuasan dan rasa haus yang harus dipadamkan .
Memang sebelumnya , itu sering hanya setelah bertahun-tahun mencari dan sulit perjalanan yang akan menjadi murid - akan menemukan tuannya dan guru . Hari ini pencarian dan kesulitan fisik disederhanakan atau bahkan dihilangkan dan murid , para pencari , menjadi murad itu, dicari . Para desirers sebagai murid Sidi Abu Madyan menjadi diinginkan sebagai murid Sidi Hamza .
Penghematan ( Takhalli ) . Kecantikan ( Tahalli )
Secara tradisional tasawuf menekankan diri kekurangan dan pengupasan jauh dari struktur ego daripada perhiasan.
Murid harus terlebih dahulu membatalkan / nya keburukan nya baik dalam dan luar seperti pengantin muda yang membuang pakaian tuanya mengenakan segar, baru dan pakaian yang paling indah. Untuk membebaskan diri dari keburukan seseorang membutuhkan tingkat tinggi ketulusan dan kekuatan karakter yang sulit untuk menemukan saat ini . Oleh karena itu , kita memiliki gagasan terbalik keindahan yang harus didahulukan dari penghematan . Sidi Hamza membandingkan hati pemula dengan ruangan yang gelap dalam gangguan . Baginya dalam rangka menciptakan ketertiban yang pertama harus membawa cahaya .
Sidi Hamza pertama memancarkan cahaya di jantung pemula ( dengan Remembrance Nama-Nama Ilahi ) , sehingga ia / dia mungkin merasakan kecantikan ini jiwa . Kemudian setelah inisiatif spiritual telah disita , murid siap untuk tahap kedua: pengupasan bawah dari struktur spiritual diri ke minimum keras . Reformasi ini tidak merupakan perubahan dalam sifat tasawuf . Repositori dan sumber daya Quran dan rahasia spiritual ( sirr ) Nabi Muhammad ( damai dan berkah Allah atasnya ) mempertahankan status penting dan kepentingan mereka. Itu hanya metode dan cara itu ditularkan , khususnya master hidup ( Syaikh ) yang telah berubah .
Sidi Hamza al Qadiri al Boutchich mengatakan , "Cara kami adalah cara ketulusan dan cinta , yang merupakan cara Muhammadan berdasarkan Quran dan Sunnah . Ini adalah stasiun of Excellence . Ini reuni semua kebajikan . Cukuplah bahwa orang datang ke sini , dengan niat yang tulus dan baik / kebaikan untuk mendapatkan segala sesuatu yang dia / dia inginkan , dan menjadi salah satu orang beruntung / senang / senang . Karena ada dengan cara ini ( Tarekat Qadiriyyah Boutchichiyya ) sebuah Otorisasi ( IDHN ) , yang Ilahi , rahasia spiritual ( as- Sirr ) Nabi ( damai dan berkah Allah atasnya ) dan jaminan Rakyat Allah ( Ahlel - Allah ) dibawa bersama-sama . Ini mengembalikan ( tuslihu ) makhluk yang lebih baik , memurnikan jiwa mereka dan hati mereka . Orang yang melayani dengan cara ini , Allah akan muncul pada mereka berdua manfaat dari dunia ini dan dunia lain , dan bahwa salah satu yang diatur oleh pengabdian , mewarisi dari akhlak dan jiwa diringankan " .
Nabi Muhammad
(Berkah dan Doa Allah besertanya)

Sidi al-Imam Ali bin Abi Thalib
Sidi al-Hassan al-Basri
Sidi Habib al-Ajami
Sidi Suleiman Tai
Sidi Maruf al-Karkhi
Sidi Abul Hassan Saqti
Sidi Abulqasim al-Junaid
Sidi Abu Bakar Shibli
Sidi Raziuddin Abdulwahid
Sidi Youssef Tartusi
Sidi Ali Ahmad al-Hankari
Sidi Mubarak al-Mukhrami
Moulay Syaikh Sidi Abd el Qadir al-Jilaani
Silsilah keluarga Sidi Abdul Qadir adalah melalui
  Sayedina Hassan dan Sayeidna Hussien
  (saw), cucu dari Nabi Muhammad
(berkat dan damai Allah besertanya)
Sidi Abderrazaq Pertama
sidi Ismail
Sidi Abderrazaq Kedua
Sidi Muhammad
Sidi Muhammad
Sidi Abd al Qadir
Sidi Ali Sidi Chûayb
Sidi al Hassan
Syaikh Abu Dakhil
Sidi Muhammad
Sidi Muhammad
Sidi Muhammad
Abu Dchîch
Sidi Ali Qadiri
(The Qadiri pertama datang ke Maroko)
Sidi Muhammad
Syaikh al-Mokhtar pertama
Haji al-Mokhtar
Haji Muhyi Addin
Sidi Al Mokhtar The Grand ayah Sidi Hamza
Inilah Silsilah Tharekat Qadiriyah