Sabtu, 28 Desember 2013

KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK KYAI NYELENEH)

Gus Miek seorang hafizh (penghapal) Al-Quran. Karena, bagi Gus Miek, Al-Quran adalah tempat mengadukan segala permasalahan hidupnya yang tidak bisa dimengerti orang lain. Dengan mendengarkan dan membaca Al-Quran, Gus Miek merasakan ketenangan dan tampak dirinya berdialog dengan Tuhan ,beliaupun membentuk sema’an alquran dan jama’ah Dzikrul Ghofilin.

gus miek selain dikenal sebagai seorang ulama besar juga dikenal sebagai orang yang nyeleneh beliau lebih menyukai da’wah di kerumunan orang yang melakukan maksiat seperti discotiq ,club malam dibandingkan dengan menjadi seorang kyai yang tinggal di pesantren yang mengajarkan santrinya kitab kuning. hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di jawa timur keluar masuk club malam, bahkan nimbrung dengan tukang becak, penjual kopi di pinggiran jalan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada mereka yang sedang dalam kegelapan. Ajaran-ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau dalam bahasa indonesianya pemikiran jalan pintas.

Pernah di ceritakan Suatu ketika Gus Miek pergi ke discotiq dan disana bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras, Gus Miek menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu memasukkannya ke mulut Gus Miek salah satu dari mereka mengenali Gus Miek dan bertanya kepada Gus Miek.” Gus kenapa sampeyan ikut Minum bersama kami ? sampeyankan tahu ini minuman keras yang diharamkan oleh Agama ? lalu Gus Miek Menjawab “aku tidak meminumnya …..!! aku hanya membuang minuman itu kelaut…!hal ini membuat mereka bertanya-tanya, padahal sudah jelas tadi Gus Miek meminum minuman keras tersebut. Diliputi rasa keanehan ,Gus miek angkat bicara “sampeyan semua ga percaya kalo aku tidak meminumnya tapi membuangnya kelaut..? lalu Gus Miek Membuka lebar Mulutnya dan mereka semua terperanjat kaget didalam Mulut Gus miek terlihat Laut yang bergelombang dan ternyata benar minuman keras tersebut dibuang kelaut. Dan Saat itu juga mereka diberi Hidayah Oleh Alloh SWt untuk bertaubat dan meninggalkan minum-minuman keras yang dilarang oleh agama. Itulah salah salah satu Karomah kewaliyan yang diberikan Alloh kepada Gus Miek.

jika sedang jalan-jalan atau keluar, Gus Miek sering kali mengenakan celana jeans dan kaos oblong. Tidak lupa, beliau selalu mengenakan kaca mata hitam lantaran lantaran beliau sering menangis jika melihat seseorang yang “masa depannya” suram dan tak beruntung di akherat kelak.

Ketika beliau berda’wak di semarang tepatnya di NIAC di pelabuhan tanjung mas.Niac adalah surga perjudian bagi para cukong-cukong besar baik dari pribumi maupun keturunan ,Gus Miek yang masuk dengan segala kelebihannya mampu memenangi setiap permainan, sehingga para cukong-cukong itu mengalami kekalahan yang sangat besar. Niac pun yang semula menjadi surga perjudian menjadi neraka yang sangat menakutkan

Satu contoh lagi ketika Gus miek berjalan-jalan ke Surabaya, ketika tiba di sebuah club malam Gus miek masuk kedalam club yang di penuhi dengan perempuan-perempuan nakal, lalu gus miek langsung menuju watries (pelayan minuman) beliau menepuk pundak perempuan tersebut sambil meniupkan asap rokok tepat di wajahnya, perempuan itupun mundur tapi terus di kejar oleh Gus miek sambil tetap meniupkan asap rokok diwajah perempuan tersebut. Perempuan tersebut mundur hingga terbaring di kamar dengan penuh ketakutan, setelah kejadian tersebut perempuan itu tidak tampak lagi di club malam itu.

Pernah suatu ketika Gus Farid (anak KH.Ahamad Siddiq yang sering menemani Gus Miek) mengajukan pertanyaan yang sering mengganjal di hatinya, pertama bagaimana perasaan Gus Miek tentang Wanita ? “Aku setiap kali bertemu wanita walaupun secantik apapun dia dalam pandangan mataku yang terlihat hanya darah dan tulang saja jadi jalan untuk syahwat tidak ada”jawab Gus miek.

Pertanyaan kedua Gus Farid menayakan tentang kebiasaan Gus Miek memakai kaca mata hitam baik itu dijalan maupun saat bertemu dengan tamu…”Apabila aku bertemu orang dijalan atau tamu aku diberi pengetahuaan tentang perjalanan hidupnya sampai mati. Apabila aku bertemu dengan seseorang yang nasibnya buruk maka aku menangis, maka aku memakai kaca mata hitam agar orang tidak tahu bahwa aku sedang menagis “jawab Gus miek

Adanya sistem Da’wak yang dilakukan Gus miek tidak bisa di contoh begitu saja karena resikonya sangat berat bagi mereka yang Alim pun Sekaliber KH.Abdul Hamid (pasuruan) mengaku tidak sanggup melakukan da’wak seperti yang dilakukan oleh Gus Miek padahal Kh.Abdul Hamid juga seorang waliyalloh.

Tepat tanggal 5 juni 1993 Gus Miek menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah sakit Budi mulya Surabaya (sekarang siloam). Kyai yang nyeleneh dan unik akhirnya meninggalkan dunia dan menuju kehidupan yang lebih abadi dan bertemu dengan Tuhannya yang selama ini beliau rindukan.

http://sachrony.wordpress.com/2007/10/30/khhamim-djazuli-gus-miek/

Karomahnya menghidupkan dan mematikan orang

Syekh Muhammad Bahauddin An Naqsabandiy Ra. Adalah seorang Wali Qutub yang masyhur hidup pada tahun 717-791 H di desa Qoshrul ‘Arifan, Bukhara, Rusia. Beliau adalah pendiri Thoriqoh Naqsyabandiyah sebuah thoriqoh yang sangat terkenal dengan pengikut sampai jutaan jama’ah dan tersebar sampai ke Indonesia hingga saat ini.

Syekh Muhammmad Baba as Samasiy adalah guru pertama kali dari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. yang telah mengetahui sebelumnya tentang akan lahirnya seseorang yang akan menjadi orang besar, yang mulia dan agung baik disisi Allah Swt. maupun dihadapan sesama manusia di desa Qoshrul Arifan yang tidak lain adalah Syekh Bahauddin.

Di dalam asuhan, didikan dan gemblengan dari Syekh Muhammad Baba inilah Syekh Muhammad Bahauddin mencapai keberhasilan di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. sampai Syekh Muhammad Baba menganugerahinya sebuah “kopiah wasiat al Azizan” yang membuat cita-citanya untuk lebih dekat dan wusul kepada Allah Swt. semakin meningkat dan bertambah kuat. Hingga pada suatu saat, Syekh Muhammad Bahauddin Ra. melaksanakan sholat lail di Masjid. Dalam salah satu sujudnya hati beliau bergetar dengan getaran yang sangat menyejukkan sampai terasa hadir dihadapan Allah (tadhoru’). Saat itu beliau berdo’a, “Ya Allah berilah aku kekuatan untuk menerima bala’ dan cobaanya mahabbbah (cinta kepada Allah)”.

Setelah subuh, Syekh Muhammad Baba yang memang seorang waliyullah yang kasyaf (mengetahui yang ghoib dan yang akan terjadi) berkata kepada Syekh Bahauddin, “Sebaiknya kamu dalam berdo’a begini, “Ya Allah berilah aku apa saja yang Engkau ridloi”. Karena Allah tidak ridlo jika hamba-Nya terkena bala’ dan kalau memberi cobaan, maka juga memberi kekuatan dan memberikan kepahaman terhadap hikmahnya”. Sejak saat itu Syekh Bahauddin seringkali berdo’a sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Syekh Muhammad baba.

Untuk lebih berhasil dalam pendekatan diri kepada Sang Kholiq, Syekh Bahauddin seringkali berkholwat menyepikan hatinya dari keramaian dan kesibukan dunia. Ketika beliau berkholwat dengan beberapa sahabatnya, waktu itu ada keinginan yang cukup kuat dalam diri Syekh Bahauddin untuk bercakap-cakap. Saat itulah secara tiba-tiba ada suara yang tertuju pada beliau, “He, sekarang kamu sudah waktunya untuk berpaling dari sesuatu selain Aku (Allah)”. Setelah mendengar suara tersebut, hati Syekh Bahauddin langsung bergetar dengan kencangnya, tubuhnya menggigil, perasaannya tidak menentu hingga beliau berjalan kesana kemari seperti orang bingung. Setelah merasa cukup tenang, Syekh Bahauddin menyiram tubuhnya lalu wudlu dan mengerjakan sholat sunah dua rokaat. Dalam sholat inilah beliau merasakan kekhusukan yang luar biasa, seolah-olah beliau berkomunikasi langsung dengan Allah Swt.

Saat Syekh Bahauddin mengalami jadzab1 yang pertama kali beliau mendengar suara, “Mengapa kamu menjalankan thoriq yang seperti itu ? “Biar tercapai tujuanku’, jawab Syekh Muhammad Bahauddin. Terdengar lagi suara, “Jika demikian maka semua perintah-Ku harus dijalankan. Syekh Muhammad Bahauddin berkata “Ya Allah, aku akan melaksanakan semampuku dan ternyata sampai 15 hari lamanya beliau masih merasa keberatan. Terus terdengar lagi suara, “Ya sudah, sekarang apa yang ingin kamu tuju ? Syekh Bahauddin menjawab, “Aku ingin thoriqoh yang setiap orang bisa menjalankan dan bisa mudah wushul ilallah”.

Hingga pada suatu malam saat berziarah di makam Syekh Muhammad Wasi’, beliau melihat lampunya kurang terang padahal minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang. Tak lama kemudian ada isyarat untuk pindah berziarah ke makam Syekh Ahmad al Ahfar Buli, tetapi disini lampunya juga seperti tadi. Terus Syekh Bahauddin diajak oleh dua orang ke makam Syekh Muzdakhin, disini lampunya juga sama seperti tadi, sampai tak terasa hati Syekh Bahauddin berkata, “Isyarat apakah ini ?”

Kemudian Syekh Bahauddin, duduk menghadap kiblat sambil bertawajuh dan tanpa sadar beliau melihat pagar tembok terkuak secara perlahan-lahan, mulailah terlihat sebuah kursi yang cukup tinggi sedang diduduki oleh seseorang yang sangat berwibawa dimana wajahnya terpancar nur yang berkilau. Disamping kanan dan kirinya terdapat beberapa jamaah termasuk guru beliau yang telah wafat, Syekh Muhammad Baba.

Salah satu dari mereka berkata, “Orang mulia ini adalah Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy dan yang lain adalah kholifahnya. Lalu ada yang menunjuk, ini Syekh Ahmad Shodiq, Syekh Auliya’ Kabir, ini Syekh Mahmud al Anjir dan ini Syekh Muhammad Baba yang ketika kamu hidup telah menjadi gurumu. Kemudian Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang dialami Syekh Muhammad Bahauddin, “Sesunguhnya lampu yang kamu lihat tadi merupakan perlambang bahwa keadaanmu itu sebetulnya terlihat kuat untuk menerima thoriqoh ini, akan tetapi masih membutuhkan dan harus menambah kesungguhan sehingga betul-betul siap. Untuk itu kamu harus betul-betul menjalankan 3 perkara :

1. Istiqomah mengukuhkan syariat.

2. Beramar Ma’ruf Nahi mungkar.

3. Menetapi azimah (kesungguhan) dengan arti menjalankan agama dengan mantap tanpa memilih yang ringan-ringan apalagi yang bid’ah dan berpedoman pada perilaku Rasulullah Saw. dan para sahabat Ra.

Kemudian untuk membuktikan kebenaran pertemuan kasyaf ini, besok pagi berangkatlah kamu untuk sowan ke Syekh Maulana Syamsudin al An-Yakutiy, di sana nanti haturkanlah kejadian pertemuan ini. Kemudian besoknya lagi, berangkatlah lagi ke Sayyid Amir Kilal di desa Nasaf dan bawalah kopiah wasiat al Azizan dan letakkanlah dihadapan beliau dan kamu tidak perlu berkata apa-apa, nanti beliau sudah tahu sendiri”.

Syekh Bahauddin setelah bertemu dengan Sayyid Amir Kilal segera meletakkan “kopiah wasiat al Azizan” pemberian dari gurunya. Saat melihat kopiah wasiat al Azizan, Sayyid Amir Kilal mengetahui bahwa orang yang ada didepannya adalah syekh Bahauddin yang telah diwasiatkan oleh Syekh Muhammad Baba sebelum wafat untuk meneruskan mendidiknya.

Syekh Bahauddiin di didik pertama kali oleh Sayyid Amir Kilal dengan kholwat selama sepuluh hari, selanjutnya dzikir nafi itsbat dengan sirri. Setelah semua dijalankan dengan kesungguhan dan berhasil, kemudian beliau disuruh memantapkannnya lagi dengan tambahan pelajaran beberapa ilmu seperti, ilmu syariat, hadist-hadist dan akhlaqnya Rasulullah Saw. dan para sahabat. Setelah semua perintah dari Syekh Abdul Kholiq di dalam alam kasyaf itu benar–benar dijalankan dengan kesungguhan oleh Syekh Bahauddin mulai jelas itu adalah hal yang nyata dan semua sukses bahkan beliau mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Jadi toriqoh An Naqsyabandiy itu jalur ke atas dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al Ghojdawaniy ke atasnya lagi dari Syekh Yusuf al Hamadaniy seorang Wali Qutub masyhur sebelum Syekh Abdul Qodir al Jailaniy. Syekh Yusuf al Hamadaniy ini kalau berkata mati kepada seseorang maka mati seketika, berkata hidup ya langsung hidup kembali, lalu naiknya lagi melalui Syekh Abu Yazid al Busthomi naik sampai sahabat Abu Bakar Shiddiq Ra. Adapun dzikir sirri itu asalnya dari Syekh Muhammad Abdul Kholiq al ghojdawaniy yang mengaji tafsir di hadapan Syekh Sodruddin. Pada saat sampai ayat, “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan cara tadhorru’ dan menyamarkan diri”…

Lalu beliau berkata bagaimana haqiqatnya dzikir khofiy /dzikir sirri dan kaifiyahnya itu ? jawab sang guru : o, itu ilmu laduni dan insya Allah kamu akan diajari dzikir khofiy. Akhirnya yang memberi pelajaran langsung adalah nabi Khidhir as.

Pada suatu hari Syekh Muhammad Bahauddin Ra. bersama salah seorang sahabat karib yang bernama Muhammad Zahid pergi ke Padang pasir dengan membawa cangkul. Kemudian ada hal yang mengharuskannya untuk membuang cangkul tersebut. Lalu berbicara tentang ma’rifat sampai datang dalam pembicaraan tentang ubudiyah “Lha kalau sekarang pembicaraan kita sampai begini kan berarti sudah sampai derajat yang kalau mengatakan kepada teman, matilah, maka akan mati seketika”. Lalu tanpa sengaja Syekh Muhammad Bahauddin berkata kepada Muhammad Zahid, “matilah kamu!, Seketika itu Muhammad Zahid mati dari pagi sampai waktu dhuhur.

Melihat hal tersebut Syekh Muhammad Bahauddin Ra. menjadi kebingungan, apalagi melihat mayat temannya yang telah berubah terkena panasnya matahari. Tiba-tiba ada ilham “He, Muhammad, berkatalah ahyi (hiduplah kamu). Kemudian Syekh Muhammad Bahauddin Ra. berkata ahyi sebanyak 3 kali, saat itulah terlihat mayat Muhammad Zahid mulai bergerak sedikit demi sedikit hingga kembali seperti semula. Ini adalah pengalaman pertama kali Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan yang menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Wali yang sangat mustajab do’anya.

Syekh Tajuddin salah satu santri Syekh Muhammad Bahauddin Ra berkata, “Ketika aku disuruh guruku, dari Qoshrul ‘Arifan menuju Bukhara yang jaraknya hanya satu pos aku jalankan dengan sangat cepat, karena aku berjalan sambil terbang di udara. Suatu ketika saat aku terbang ke Bukhara, dalam perjalanan terbang tersebut aku bertemu dengan guruku. Semenjak itu kekuatanku untuk terbang di cabut oleh Syekh Muhammad Bahauddin Ra, dan seketika itu aku tidak bisa terbang sampai saat ini”.

Berkata Afif ad Dikaroniy, “Pada suatu hari aku berziarah ke Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Lalu ada orang yang menjelek-jelekkan beliau. Aku peringatkan, kamu jangan berkata jelek terhadap Syekh Muhammad Bahauddin Ra. dan jangan kurang tata kramanya kepada kekasih Allah. Dia tidak mau tunduk dengan peringatanku, lalu seketika itu ada serangga datang dan menyengat dia terus menerus. Dia meratap kesakitan lalu bertaubat, kemudian sembuh dengan seketika. Demikian kisah keramatnya Syekh Muhammad Bahauddin Ra. Rodiyallah ‘anhu wa a’aada a‘lainaa min barokaatihi wa anwaarihi wa asroorihii wa ‘uluumihii wa akhlaaqihi allahuma amiin.

http://simpandihati.blogspot.com/2012/02/karomahnya-menghidupkan-dan-mematikan.html

Karomah Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani

Berikut ini merupakan salah satu karomah yang pernah saya dengar dari Guru :
Orang yang tercatat atau diakui sebagai murid Tuan Syekh Abdul Qodir Jailani (selanjutnya disebut Tuan Syekh) adalah "di bawah tanggungan" Tuan Syekh. Kalau sudah "di bawah tanggungan" Tuan Syekh adalah jaminan keselamatan dunia dan akhirat.

Tersebutlah di suatu jaman setelah wafatnya Tuan Syekh, ada seorang yang beragama majusi (penyembah api) tetapi anehnya setiap Peringatan Haul (hari kematian) Tuan Syekh, ia selalu ikut berpartisipasi dengan cara menghias rumahnya serta mengundang warga sekitar rumahnya untuk di jamu, singkatnya ia cinta dan hormat kepada Tuan Syekh.

Tidak berapa lama orang majusi tersebut meninggal. Sebagaimana biasanya orang majusi, jika meninggal jasadnya di bakar. Terjadi keanehan ketika jasad orang tersebut dibakar ternyata tidak hangus dimakan api tapi tetap utuh. Orang-orang yang mengadakan upacara pembakaran mayat-pun menjadi bingung mau diapakan mayatnya. Setelah berembug akhirnya disepakati mayatnya dibuang saja ke sungai. Mereka-pun pulang ke rumah masing-masing sambil tetap membawa kebingungan tentang keanehan yang terjadi terhadap diri orang tersebut.

Pada malam setelah kejadian tersebut, ada seorang ulama yang bermimpi didatangi oleh Tuan Syekh, beliau berkata bahwa ada seorang muridnya yang dibuang ke sungai, Beliau minta kepada ulama tersebut untuk mencari dan menguburkannya secara layak. Ulama tersebut kaget, seingat dia, jasad yang dibuang ke sungai tadi siang adalah orang yang beragama majusi tetapi kenapa Tuan Syekh mengakuinya sebagai murid. Tuan Syekh menjelaskan kepada ulama tersebut bahwa kenapa orang majusi itu dicatat sebagai muridnya adalah dikarenakan semasa hidupnya orang itu cinta terhadap Tuan Syekh, hal itu dibuktikan dengan setiap Perayaan Haul, orang tersebut ikut merayakannya, selain itu ketika menjelang sakaratul mautnya ia menyebut-nyebut nama Tuan Syekh, maka tercatatlah ia sebagai murid Tuan Syekh Abdul Qodir.

Keesokan harinya, ulama tersebut melaksanakan perintah Tuan Syekh untuk mencari jasad orang majusi tersebut, lalu kemudian dikuburkan secara layak.

Demikian kisah pecinta Tuan Syekh, walaupun ia beragama majusi, tetapi karena percaya dan cintanya yang tulus kepada Tuan Syekh orang tersebut diaku murid oleh Beliau. Sedangkan Allah SWT telah memberikan buku catatan yang panjangnya sejauh mata memandang kepada Tuan Syekh untuk mencatat orang-orang yang menjadi murid beliau untuk dapat diselamatkan oleh Tuan Syekh di dunia dan akhirat kelak.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah diatas adalah orang majusi saja diaku menjadi murid Beliau, apa lagi kita, orang muslim yang di dalam dada tersimpan Lafadz La Ilaaha Illallah. Maka Cintailah Nabi Muhammad SAW dan Al Muhyiddin Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jailani Qoddasallahu Sirrohul Aziz Al Ghautsul A'adzom.

http://kisahtakberujung.blogspot.com/2011/02/karomah-tuan-syekh-abdul-qodir-jailani_15.html

Karomah Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jailani Qoddasallahu Sirrohul Aziz II

Di jaman Tuan Syekh, ada seorang yang berasal dari negeri Mesir meragukan pangkat kewalian beliau.
Tapi karena penasaran, orang itu pergi menemui Tuan Syekh di Madrasah tempat beliau mengajar. Ketika sampai di suatu gang orang itu berpapasan dengan Tuan Syekh, karena belum pernah ketemu dengan beliau dan tidak mengetahui bagaimana rupa Tuan Syekh, orang itu pun menanyakan kepada beliau, dimana rumah Abdul Qodir (karena saking tidak percayanya dengan pangkat kewalian Tuan Syekh orang itu hanya menyebut nama beliau tanpa gelar apapun). Tuan Syekh menjawab bahwa ia sendiri yang dia cari.Karena kebetulan saat itu hari Jum'at, Tuan Syekh pun mengajak orang itu untuk shalat Jum'at dan kebetulan pula yang menjadi khotib Tuan Syekh itu sendiri. Masuklah orang itu ke mesjid. Bertepatan dengan saat Tuan Syekh naik ke mimbar untuk memulai khotbah, orang Mesir tersebut ingin buang air yang sangat tidak tertahankan. Saking tidak tertahankannya sampai-sampai orang itu berikrar bahwa jika Tuan Syekh Abdul Qodir adalah benar seorang wali maka tentu beliau dapat menyembuhkan mulas perut yang ia derita, karena mulas perutnya sudah sangat tidak tertahankan kalau tidak ada pertolongan maka orang Mesir tersebut bisa-bisa buang air besar di dalam mesjid (ia duduk di shaf paling depan, sehingga kesulitan untuk keluar dari shaf untuk buang air besar di luar).

Dengan ijin Allah SWT, Tuan Syekh dapat melihat kesulitan dari orang Mesir tersebut, ia pun ditolong oleh beliau. Setelah berikrar dalam hati sebagaimana tersebut diatas, orang itupun tertidur, di dalam mimpinya ia berada di WC yang nyaman dan ia-pun leluasa membuang hajat bahkan ia sempat mandi di WC tersebut. Begitu selesai mandi, ia pun terbangun. ia pun kaget ketika ia memegang rambutnya yang masih ada tersisa air tanda ia baru saja mandi. Ia pun takjub dengan keanehan yang baru saja dialami, karena tidak mungkin ia keluar dan buang air di WC apalagi sampai sempat mandi. Ia pun menunggu selesai shalat Jum'at, kemudian ia menemui Tuan Syekh untuk menceritakan kejadian aneh dan luar biasa yang baru saja dialaminya. Tuan Syekh pun lalu mengajak orang itu ke rumahnya. Sesampainya di rumah Tuan Syekh ia pun menanyakan dimana lokasi WC tempat ia membuang hajat dan mandi tersebut (ia menanyakan hal tersebut karena ketika ia mandi dan menggantungkan pakaiannya, ia juga menggantungkan kunci rumah dan tokonya tertinggal di WC tersebut). Tuan Syekh dengan tenang menjawab bahwa silakan ia ke bagian belakang rumahnya. Benar saja ketika orang tersebut ke belakang rumah Tuan Syekh ia pun menemukan WC yang sama dengan yang ada di mimpinya tadi, ia pun masuk ke dalamnya untuk mengambil kunci-kunci miliknya yang tertinggal. Kemudian ia kembali menemui Tuan Syekh dan dengan penuh takjub ia pun mengajak Tuan Syekh untuk ke WC dimaksud, tapi anehnya WC tersebut menghilang tanpa bekas. Orang itu-pun makin yakin dengan kewalian Tuan Syekh Abdul Qodir Al Jailani. Setelah kejadian tersebut ia pun kembali ke Mesir dan ia pula yang paling getol menyiarkan bahwa Tuan Syekh adalah seorang wali.

http://kisahtakberujung.blogspot.com/2011/02/di-jaman-tuan-syekh-ada-seorang-yang.html

Karomah Seorang Syekh Mampu Mendeteksi Malam Lailatul Qadar

Syekh Abu Hasan Asy Syadzili dikenal akan ketinggian ilmu dan kesufiannya. Dari perjalanan hidupnya, beliau juga dikaruniai beberapa karomah yang mengagumkan. Salah satu diantaranya adalah mampu mendeteksi turunnya lailatul qadar di bulan ramadhan.

Syekh Abu Hasan Asy Syadzili Ra merupakan ulama yang lahir di suatu desa di benua Afrika yang bernama Syadziliyah. Sejak kecil, Syekh Abu Hasan sudah menampakkan tanda-tanda kewalian. Ia sangat terpuji akhlaknya, gemar menolong dan dermawan.

Ia belajar ilmu tarikat dan hakikat yang akar dari keduanya adalah syariat. Dalam setiap kesempatan, tokoh sufi ini tdak pernah terkalahkan jikalau berdialog dengan ulama-ulama ahli fikih pada masa itu. Dalam mempelajari ilmu hakikat, Syekh Abu Hasan berguru kepada wali qutub yang agung dan masyhur, yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Basyisy. Akhirnya ia yang meneruskan quthbiyah-nya dan menjadi Imam Al Auliya'.

Syekh Abu Hasan merupakan seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak oleh Allah SWT. Tidak ada yang bisa menghitung jumlah karomahnya kecuali Allah SWT. Yang sangat istimewa dari sosok Syekh Abu Hasan adalah
karomahnya yang mampu berulang-ulang tanpa putus melihat/menjumpai lailatulqadar sejak usia balig hingga wafatnya
Sehingga Syekh Abu Hasan berkata, "Apabila awal puasa ramadhan jatuh pada hari ahad, maka lailatulqadarnya jatuh pada malam 29. Awal puasa pada hari senin, lailatulqadarnya malam 21. Awal puasa pada hari selasa, lailatulqadarnya malam 27. Awal puasa pada hari rabu, lailatulqadarnya malam 19. Awal puasa pada hari kamis, lailatulqadarnya malam 25. Awal puasa pada hari jum'at, maka lailatulqadarnya pada malam 17. Sedangkan bila awal puasa pada hari sabtu, maka lailatulqadarnya jatuh pada malam 23." 

Wallahu a'lam bish-shawabi.

http://www.catatankecilku.net/2013/07/kapan-datangnya-malam-lailatul-qadar.html

Karomah Mbah Wali Hasan bin KH. Abd Mun'im Buntet Pesantren

Pada Zaman revolusi fisik, di Buntet Pesantren ada seorang Kyai Sepuh bernama KH.Abdul Mun'im. Beliau adalah adik KH. Abdul Jamil dan mertua KH.Abbas. Di masa muda Abdul Mun'im kecil melanglang buana menuntut ilmu diantaranya di Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhuna Kholil. Sehingga beliau menjadi ulama besar yang kharismatik dan sempat menggantikan posisi kakaknya menjadi pengasuh Pondok Buntet Pesantren sebelum akhirnya diserahkan kepada keponakannya yang notabene adalah menantunya sendiri yaitu : KH.Abbas bin KH.Abdul Jamil. Akhirnya beliau menjadi kyai sepuh dan meninggal dunia ketika beliau sedang melaksanakan Sholat dalam keadaan bersujud kepada Allah swt.

Kyai Abd. Mun'im meninggalkan keturunan para kyai , ulama dan nyai-nyai yang shalihah. Diantaranya adalah MBAH HASAN.  Beliau semasa kecil dipanggil dengan nama Mas'ud, namun sepulang dari Mukim di tanah suci Mekkah di kenal dengan nama Mbah Hasan. Selama Puluhan tahun beliau menimba ilmu di tanah suci dan praktis tidak bertemu keluarga, pada akhirnya beliau pulang ke tanah air untuk melepaskan rindu yang terpendam bertahun tahun. Namun setelah pulang ke Buntet, beliau lebih memilih tinggal di luar Buntet yang mungkin dirasakan oleh beliau telah banyak kyai dan ulama diBuntet pesantren.

Kemudian Mbah Hasan memilih daerah Ciledug, Cirebon (+25 km dari Buntet Pesantren) untuk menetap dan berda'wah. Di Ciledug, beliau berda'wah dengan santun dan sopan dengan menggunakan AKHLAQULKARIMAH, sehingga masyarakat menyambut da'wahnya dengan sukacita. Beliau berda'wah dengan halnya yang baik (da'wah bilhal) dan beliau beternak puluhan ekor sapi. Masyarakat Ciledug pada sa'at itu tidak habis fikir,mengapa sapi-sapi mbah Hasan tidak digembalakan. Bahkan dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri. Namun anehnya sapi-sapi mbah Hasan cukup beretika dan beradab, dikarenakan tidak pernah memakan dan merusak tanaman masyarakat, sehingga masyarakat berterima kasih kegirangan bila melihat sapi sapi Mbah Hasan yang hanya membersihkan rumput rumput yang mengganggu tanaman. Beberapa tahun kemudian Mbah Hasan pergi entah kemana, namun sebelum pergi beliau sempat membagi-bagikan seluruh sapi-sapinya kepada masyarakat.

Tahun demi tahun berlalu, akhirnya mbah Hasan yang sebaya dengan sepupunya KH.Abbas bin Ky.Abdul Jamil (wafat th 1947 di usia 60 tahunan) dengan mengejutkan datang di Buntet pesantren. Beberapa orang kyai sempat cemas dengan kedatangan beliau, sebab kedatangannya adalah pertanda akan ada mushibah (kematian kyai besar atau serangan belanda) diBuntet. Meskipun begitu sanak famili dan masyarakat saling berebut cium tangan barokah mbah Hasan. Mbah Hasan mengunjungi beberapa kyai dan kerabat. Diantaranya beliau berkunjung ke KH.Anas bin Kyai Abd Jamil (kakak sepupunya). Kyai Anas menyambut gembira dengan kedatangan mbah Hasan yang sdh lama tidak ada khabar beritanya, hingga Kyai Anas mengumpulkan seluruh anggota keluarga untuk menyambut kedatangannya.

Mbah Hasan, menurut penuturan para kyai Buntet adalah seorang Kyai yang Shomut(pendiam) beliau tidak berkata apapun kecuali 2 kata saja: enggih dan boten (ia dan tidak) meskipun begitu, mulutnya selalu mengulum senyuman yang menyejukkan hati. Mbah Hasan bertemu dengan kyai Anas sepupunya yang menjadi Muqaddam (guru besar) Thariqah Tijaniyah dan org yang pertama kali membawa Thariqah Tijaniyah di Indonesia, sebuah pertemuan yang mengharukan dan merapatkan 'alaqah ruhiyah dan jasadiyah diantara dua orang wali tsb. Pertemuan terakhir di dunia. Saat itu kyai Anas meminta oleh2 kenang-kenangan dari mbah Hasan, dia berkata "kang Hasan, mana oleh-olehnya dari Banyuwangi ?, namun mbah Hasan tidak menjawab sepatah katapun, hanya senyuman sang Wali yang menghiasi wajah mbah Hasan. Ketika Kyai Anas berkali kali memohon, akhirnya mbah Hasan mengeluarkan bungkusan kain putih dari kantong bajunya seraya berbisik "jangan dibuka kecuali didepan anak2 dan menantu".

Setelah mbah Hasan pamitan, kyai Anas membuka bungkusan tsb, ternyata berisi minyak wangi dan kapas. Kyai Anas mengerti isyarat tsb dan berucap,"anak2ku ketahuilah,bapak sebentar lagi meninggal dunia" kyai Anas mengucapkannya sambil berderai air mata haru dan bahagia sambil terus menerus menciumi kapas dan minyak wangi pemberian mbah wali Hasan. Benar saja, beberapa minggu kemudian kyai Anas wafat dengan Husnul khotimah berpulang ke rahmatullah dengan damai dan tenang, yang kuburannya sudah tergali seminggu sebelum beliau wafat. Rodhiyallahu anhu wa askanahu 'alaa farodisiljinan, amien. Bahkan juga Almarhum almaghfur lah Kyai haji Anas sempat mimpi bertemu Rosullah saw dan Sayidah Fathimah Azzahro seminggu sebelum wafat, dalam mimpi itu Kyai Anas mencium tangan mulia Baginda Rosul saw dan tangan Sayyidah Fathimah Azzahro ra. Anehnya siti fathimah memberi isyarat dengan 7 buah jari tangannya. Bangun dari mimpi, Kyai Anas terperanjat tiba2 tangan beliau harum wangi semerbak hingga hari ke tujuh, ribuan santri dan kerabat pun terheran-heran dengan bau wangi yang khas dan beraroma lain dari minyak wangi pada umumnya. SUBHAANALLOH...

Disamping Kyai Anas dan lainnya Mbah Hasan mengunjungi adiknya yang bernama KH. Moh Imam. Menurut para kyai Buntet, Mbah Hasan bertamu dan bershilaturrahmi berjam-jam, namun ajaibnya kedua orang kyai tersebut tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Adiknya Kh. Imam adalah seorang kyai yang ahli bermacam macam ilmu terutama ahli dibidang ilmu falak, saking ahlinya sampai beliau bisa menghitung kapan sebuah daun akan jatuh dengan disaksikan puluhan orang. Beliau berdua duduk asyik medang dan njabur, namun tanpa berkata sedikitpun, sehingga isteri kyai Imam Ny. Maryam (puteri kyai Abbaas) menegur Suaminya,"mengapa kakang diam saja? Diajak ngobrol apa gimana", kyai Imam menjawab: "itu semua gak perlu, habis mau tanya apa..? wong sudah jelas kok, sehat apa tidak, jelas sehat, kapan datangnya ? Kita semua sudah tahu, dari sana jam berapa? Sudah tahu juga", jawaban sang suami membuat istri terdiam dan manggut manggut. Beberapa waktu kemudian mbah Hasan menghilan entah kemana...? beliau melanglang buana namun hanya Allah yg tahu.

MBAH HASAN DI BANYUWANGI

Menjelang beliau wafat, beliau berwashiyat kepada murid satu-satunya yg merangkap sebagai khodim yaitu kyai Khozin yg berasal dari Garut, bahwa dia diperintahkan untuk menghubungi adiknya di Buntet Pesantren Cirebon yang bernama kyai Muh. Zen. Kyai Khozin yg bertahun- tahun berkhidmat kepada beliau terheran- heran, ternyata mbah Hasan berasal dari Buntet Pesantren. Apalagi masyarakat Banyuwangi yang hingga kini banyak yang belum tahu asal usul mbah wali Hasan.

DA'WAH DAN KAROMAH MBAH HASAN

Menurut penuturan masyarakat Sumber kepuh dan sekitarnya, cara da'wah mbah Hasan terbilang unik, sebab beliau memang tidak seperti ulama yang lainnya, beliau sangat pendiam bahkan hampir tidak pernah berkata sepatah kalimat pun. Beliau tiap pagi hari selalu keliling kampung bersilaturrahmi dengan masyarakat, mengunjungi rumah rumah yang empunya belum mau masuk islam atau berprofesi sebagai bajingan, perampok, penjahat dan semacamnya, maklumlah pada saat itu Banyuwangi masih diliput oleh pemeluk Hindu dan Budha. Namun mbah Hasan mampir ke rumah rumah mereka disambut dengan hangat.karena mereka tahu bahwa mbah Hasan seorang yang mempunyai nilai lebih atau mungkin sakti mandraguna, mbah Hasan hanya duduk sebentar dan melakukan shalat dhuha di rumah seorang dari mereka, anehnya setiap mbah Hasan mampir ke rumah salah seorang dari masyarakat pada sore harinya mereka mendatangi mbah Hasan untuk mengucapkan syahadat atau bertaubat atau belajar melakukan shalat....subhaanallooh, dan begitulah da'wah mbah Hasan setiap harinya...

http://mkaryo.blogspot.com/2012/08/karomah-mbah-wali-hasan-bin-kh-abd.html

KAROMAH KH. HASYIM ASY'ARI

Pernah beberapa kali penjajah hendak menghacurkan Pondok Pesantren Tebu Ireng. Dengan berkali-kali menghujankan bom di pesantren tersebut, tapi bom itu tidak pernah ada yang meledak satupun.

Pondok Pesantren Tebu Ireng selain sebagai tempat belajar para santri, juga sebagai salah satu markas pasukan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Pada waktu terjadi perang kemerdekaan, semua orang yang akan pergi berperang menghadapi penjajah, akan dikumpulkan terlebih dahulu oleh sang panglima KH. Hasyim Asy’ari. Mereka diberi air minum sambil dibacakan: “Ya Allah Ya Hafidz, Ya Allah Ya Muhith, Fanshurna ‘ala Qaumil Kafiriin.”

Semua orang yang dikumpulkan tersebut, oleh KH. Hasyim Asy’ari diberi beberapa pantangan yang tidak boleh mereka langgar selama berperang. “Siapapun yang melanggar pantangan tersebut, maka pasti akan terkena tembakan musuh!” tegas Mbah Hasyim. Pak Si’in, adalah salah seorang saksi sejarah atas kejadian itu yang masih hidup.

Atas izin Allah Swt., KH. Hasyim Asy’ari mampu mengetahui apa yang sedang terjadi di tempat lain, meskipun dirinya berada jauh dari tempat itu. Serupa dengan riwayat yang mengkisahkan tentang karomah sahabat Umar bin Khaththab Ra., yang mana beliau dapat mengetahui apa yang sedang terjadi pada pasukannya di medan perang dan cukup beliau memberi perintah dari atas mimbar.

Waktu itu KH. Hasyim Asy’ari sedang mengajar di hadapan para santrinya di pondok (Tebu Ireng). Pada saat yang sama beliau dapat mengetahui keadaan para pasukannya yang sedang melawan penjajah di daerah Pare, sebuah daerah yang jauhnya kira-kira 30 km dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. Disamping mampu melihat suasana perang yang sedang berlangsung dari jarak 30 km, KH. Hasyim Asy’ari pun cukup memberi perintah kepada para pejuang itu dari tempat mengajarnya.

Jikalau KH. Hasyim Asy’ari ingin memberi suatu amalan kepada santrinya, maka dipanggillah 3 orang santri, lalu dilihat dengan mata hatinya. Dari bashirah itu, beliau lalu memilih salah seorang dari ketiga santri tersebut yang benar-benar memiliki kemampuan melaksanakan amalan yang akan beliau berikan. Berikutnya, dua orang santri yang tidak beliau pilih, mereka disuruh keluar dari ruangan tempat mereka dipanggil.

Bukan hanya kyainya yang hebat, tapi para santrinya pun memiliki nilai keramat. Terbukti saat Jepang menjajah Indonesia, di daerah Jombang terdapat para tentara Jepang yang siap menindas. Namun setiap kali tentara Jepang mendatangi Pondok Pesantren Tebu Ireng, kendaraan yang mereka pakai selalu tidak bisa berjalan jika bannya disentuh oleh para santri KH. Hasyim Asy’ari.

Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, disamping dikenal sebagai tokoh Islam dan pendiri NU, beliau juga dikenal sebagai Pahlawan Nasional. Salah satu dari jasa beliau adalah mengenai peran serta beliau ketika terjadi perang kemerdekaan di Surabaya. Ketika itu, KH. Hasyim Asyari mengeluarkan Resolusi Jihad yang mewajibkan setiap orang Islam yang tempat tinggalnya berjarak di bawah 96 km dari Surabaya, mereka wajib datang ke Surabaya untuk berperang melawan penjajah. Akhirnya masyarakat Islam berbondong-bondong datang ke Surabaya dan tidak sedikit dari mereka datang dari daerah yang jauh.

Meskipun para pasukan pejuang kemerdekaan Indonesia hanya menggunakan senjata seadanya seperti bambu runcing, namun atas berkat doa para ulama, Allah menurunkan pertolonganNya sehingga tentara penjajah menderita kerugian besar. Peperangan bersejarah itulah yang terjadi pada tanggal 10 November yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh Bangsa Indonesia.

http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2013/09/karomah-kh-hasyim-asyari-seperti.html

Karomah Abuya Dimyati

Salah satu cerita karomah yang diceritakan Gus Munir adalah, dimana ada seorang kyai dari Jawa yang pergi ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani di Irak. Ketika itu, kyai tersebut merasa sangat bangga karena tak banyak kyai di Indonesia yang mengunjungi Irak, paling jauh mereka ziarah adalah makam Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dia dapat menziarahi sampai ke Maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani. ketika sampai di maqam tersebut, maka penjaga makam bertanya padanya, “darimana kamu (Bahasa Arab)”.
Si Kyai menjawab, “dari Indonesia”.
Maka penjaganya langsung bilang, “oh di sini ada setiap malam Jum’at seorang ulama Indonesia yang kalau datang ziarah dan duduk saja depan maqam, maka segenap penziarah akan diam dan menghormati beliau, beliau membaca al-Qur’an, maka penziarah lain akan meneruskan bacaan mereka.”
Maka Kyai tadi kaget, dan berniat untuk menunggu sampai malam Jum’at agar tahu siapa sebenarnya ulama tersebut. Ternyata pada hari yang ditunggu-tunggu, ulama tersebut adalah Abuya Dimyati.
Maka kyai tersebut terus kagum, dan ketika pulang ke Jawa, dia menceritakan bagaimana beliau bertemu Abuya Dimyati di maqam Syeikh Abdul Qadir al-Jailani (ketika itu Abuya masih di pondok dan mengaji dengan santri-santrinya).
Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya.

HIZIB AL BAHR

As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh.

Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut : Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalannapun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara imla’ (dikte) kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo, berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang “, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil ‘adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata: Seandainya hizibku (Hizib Bahri, Red.) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar,Wallahu a’lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada entri kata Hizb). Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. Namun untuk mengamalkan Hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Seseorang yang tidak mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya ataupun memberikan hizib ini kepada orang lain. Hal ini merupakan adabiyah atau etika dilingkungan dunia thariqah.

Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :

1. Surat Al Maaidah ayat 56 :

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

“Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu) Alloh-lah sebagai pemenang”.

2. Surat Al Kahfi ayat 12 :

ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا

“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu”

3. Surat Ar Ruum ayat 32 :

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan (HIzbin) mereka”

4. Surat Al Fathiir ayat 6 :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.

5. Surat Al Mujaadalah ayat 19 :

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan (Hizba) setan lah yang merugi”.

6. Surat Mujadalaah ayat 22 :

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah ta’ala dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung”.

Masih segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).

Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at; yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at. Untuk selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri. Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung. Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”. Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”. Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili: 1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya. 2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling darh dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak. Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya. SEJARAH HIZIB BAHR Hizb al-bahr ini adalah hizib yang termasyhur disamping dua hizib lagi iaitu hizib an-Nawawi dan Ratib Hadad. Ketiga-tiga ini adalah milik wali-wali Qutub. Wali Qutub ialah ketua para wali atau pusat para wali di dunia ini pada zamannya. Yang mana mereka ini adalah orang yang amat bertakwa kepada Allah secara zahir dan batin. Tujuan asal amalan hizib-hizib adalah untuk membawa diri seseorang itu menjadi dekat dengan Allah S.W.T. Dalam arti kata lain, Mengharapkan redha Allah dalam mengamalkannya disamping melakukan amalan-amalan wajib seperti solat fardu, puasa, mengeluarkan zakat, jauhi maksiat dan sebagainya. Ini kerana Hizib adalah juga kategori doa atau zikir yang bertujuan memperkuat tauhid pengamal tersebut. Terdapat banyak keistimewaan @ kelebihan @ fadhilat bagi sesiapa yang mengamalkankan hizib-hizib ini. Antaranya mendapat redha Allah, sentiasa dalam keadaan hati yang tenang, terpelihara dari hasad dengki khianat orang, terpelihara dari gangguan jin, syaitan serta iblis dan sebagainya. Apapun kelebihan-kelebihan yang ada itu adalah kurniaan Allah kepada hamba yang diredhainya, maka kita sebagai hamba Allah hendaklah mengikhlaskan niat terhadap apa jua amalan yang dilakukan. Berkenaan kelebihan-kelebihan itu kita serahkan kepada Allah dan jangan mengharapkannya. Kerana setiap musihabah yang berlaku keatas kita terkadang ada hikmah disebaliknya dan terkadang menjadi kaffarah (balasan untuk menghapus dosa) atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan, cukuplah yang penting kita mengamalkannya hanya mencari redha Allah S.W.T. Kembali kepada Hizb al-Bahr, hizib inilah yang al-Imam selalu berwasiat kepada anak-anak muridnya supaya rajin dibaca, diamalkan dan diajarkan kepada anak-anak. Kerana di dalamnya mengandungi al-Ismul A’dzam (nama Allah yang Maha Agung). Hizb ini diajarkan oleh Rasulallah S.A.W melalui mimpi Imam Abu Hasan asy-Syazili sewaktu beliau berdukacita di tengah-tengah Laut Merah. Diceritakan, suatu hari Al-Imam ingin pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan fardu haji melalui jalan laut. Kapten kapalnya itu seorang nasrani (kristian). Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba angin tidak lagi bertiup, ini membuatkan kapal yang al-Imam naiki tidak boleh berlayar. Bukan setakat sehari, malah berhari-hari. Semua awak-awak kapal menjadi gelisah dan berdukacita. Dalam kegelisahan inilah, Imam Abu Hasan asy-Syazili bermimpi bertemu Rasulullah S.A.W. Baginda S.A.W mengajarkan al-Imam akan hizib ini. Apabila tiba waktu siang, al-Imam menyuruh kapten kapal itu bersiap-siap untuk berlayar. Dan ini menyebabkan kapten kapal itu kehairanan, lalu bertanya. Kapten kapal : “Mana Anginnya, tuan?”. Jawab al-Imam : ” Sudah! siap-siap, sekarang angin datang!”. Dengan Izin Allah S.W.T beberapa saat kemudian angin pun datang. Oleh kerana peristiwa yang luar biasa ini, kapten kapal yang seorang nasrani itu pun memeluk Islam. Masya Allah.


KH Kholilurrahman atau lebih dikenal Ra Lilur

seorang ulama dari Bangkalan, Jawa Timur. Ra Lilur dalam maqom jadab (suatu tahapan untuk mencapai tingkat karamah (keistimewaan) yang biasanya disebut wali,
Membakar Pondok Pesantren
Suatu ketika Ra Lilur tiba-tiba membakar bangunan pondok pesantren yang diasuh KH. Abdullah Schaal Bangkalan Madura. Pesantren yang lokasinya berdekatan dengan masjid Jami’ dan alun-alun kota Bangkalan itu pun hangus dilalap api. Anehnya, Kiai Abdullah Schaal yang dikenal sangat berpengaruh di Bangkalan itu diam saja. Ia tak bereaksi, apalagi marah.
Mungkin Kiai Abdullah Schaal paham terhadap keistimewaan Ra Lilur sehingga ia lalu diam saja, meski pondoknya dibakar Ra Lilur. Yang pasti, kiai Abdullah Schaal sendiri tampak sangat hormat terhadap Ra Lilur sebab Ra Lilur memiliki keistimewaan kasyaf luar biasa. Bahkan kabarnya Ra Lilur sering memberi isyarat-isyarat kepada Kiai Abdullah terutama tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi. Biasanya, kalau menyangkut persoalan besar, Ra Lilur minta Kiai Abdullah Schaal hati-hati.
Setelah gubuk santri di pesantrennya dibakar, pesantren Kiai Abdullah Schaal semakin maju pesat. Bilik-bilik santri yang semula berupa gubuk-gubuk kini dibangun mentereng. Bahkan pesantren putri yang menyatu dengan tempat istirahat Kiai Schaal persis hotel. Bangunannya megah dan menjulang tinggi, penuh tingkat. Siapa pun yang tak pernah ke Madura akan mengira bangunan itu hotel, karena memang didesain cukup artistik.
Wallahu A’lam Bishshowab. Setelah kejadian Ra Lilur membakar pesantren itu kemudian terjadi peristiwa naas yang menimpa bangsa ini. Banyak terjadi aksi pembakaran di mana-mana, Aksi anarki pembakaran ini terjadi mengiringi konflik politik yang terus berkepanjangan di negeri ini. Misalnya pembakaran pertokoan, kantor-kantor partai politik, dan banyak lagi. Isyarat Ra Lilur itu kian kongkrit ketika terjadi pembakaran yang dilakukan orang-orang Dayak terhadap gubuk-gubuk orang Madura yang mengungsi dari Sampit dan Sambas.

Gus Dur Diganti Megawati
Isyarat itu muncul sekitar akhir tahun 2000. Jadi jatuh sebelum Gus Dur benar-benar jatuh. Saat itu perilaku aneh Ra Lilur muncul secara tak terduga. Ia tiba-tiba selalu diikuti dan ditempel oleh istrinya (nyai) kemanapun pergi. Mau pergi kemanapun, ia terus dibuntuti oleh sang bu nyai.
Selain itu, Ra Lilur selalu tidur satu kamar dengan istrinya. Namun anehnya, Ra Lilur tidak tidur dalam satu tempat tidur (lencak, bahasa Madura, red). Ia tidur terpisah dengan istrinya, meski dalam satu kamar. Lebih aneh lagi, istrinya tidur diatas ranjang, sedangkan Ra Lilur malah selalu tidur di tanah (Ra Lilur tidur di bawah), sedang istri beliau di atas
Isyarat perilaku nyeleneh Ra Lilur itu terjawab sangat jelas. Indonesia akhirnya terjadi pergantian kepemimpinan, dari Presiden pria Gus Dur) ke Presiden wanita (Megawati). Isyarat ini masih bisa dirinci lagi dalam kontek kekeluargaan. Yaitu istri hakikatnya wakil atau pembantu suami dalam keluarga. Perilaku aneh itu merupakan isyarat pergantian kepemimpinan dari pria ke pemimpin wanita. Sayangnya, waktu itu tak ada yang tanggap terhadap isyarat yang terjadi lewat perilaku aneh Ra Lilur itu. atau karena masyarakat kurang peka atau karena isyarat aneh itu hanya diketahui kalangan terbatas. Yang pasti, isyarat itu cukup nyata dan jelas.

Mengenakan Pakaian Serba Merah
Menjelang pemilu 1999, Ra Lilur tiba-tiba mengenakan pakaian serba merah. Bajunya berwarna merah. Begitu ikat kepalanya, berwarna merah. Lebih unik lagi, ia memakai sarung wanita yang juga berwarna merah pada menjelang Pemilu. Ternyata isyarat itu kemudian terbukti. PDIP yang warna kebesarannya merah menjadi pemenang Pemilu. Kalau Ra Lilur memakai pakaian serba merah semata ingin menunjukkan bahwa pemenang pemilu 1999 adalah PDIP. Ra Lilur berasal dari keluarga fanatik NU dan PKB. Bahkan semua anggota keluarganya pengurus dan warga PKB. Begitu juga keluarga ndalem Ra Lilur, baik dari haddam (pembantu) sampai keluarga intinya, pendukung berat PKB.

Masuk Hutan Pada Bulan Puasa
Ra Lilur bersama banyak orang masuk hutan pada bulan puasa. Begitu tiba di dalam hutan ternyata adzan maghrib bergema. Orang-orang bingung. Sebab tak ada makanan sama sekali untuk buat buka. Ra Lilur mengisyaratkan agar tak resah. Tanpa diduga tiba-tiba terhampar tikar semacam permadani. Yang menakjubkan, di atas tikar itu tersedia berbagai macam makanan. Karuan saja orang-orang itu heran. Meski demikian mereka tetap saja lahap berbuka puasa.

Menguasai Ilmu Kedokteran
Seorang dokter dari Malaysia bersama seseorang yang bertindak sebagai pengantar sengaja datang untuk menemui Ra Lilur. Dokter itu diajak Ra Lilur masuk ke dalam bilik rumahnya. Pembicaraan Ra Lilur dengan Dokter itu cukup lama, sekitar satu jam. Sehingga pengantar dokter itu mengaku capek menunggu di luar.
Menurut pengakuan sang dokter, Ra Lilur ternyata menguasai ilmu kedokteran secara luar biasa. Semua ilmu kedokteran dia pahami. Yang membuat si dokter kaget, Ra Lilur memberikan sebuah foto berukuran poscard dengan pakaian putih lengkap dengan stetoskop tergantung di leher. Sang dokter heran menerima foto Ra Lilur. “Kalau dipikir, kapan beliau berpose seperti itu,” katanya.

Bersama Habib Dari Mojokerto
Habib Ali Zainal Abidin Bin Anis Al Muchdor (kelahiran Jember) pernah menyaksikan keajaiban Ra Lilur. Tiga tahun lalu, dirinya bersama istrinya, MN Hidayah, melanglang buana. Habib penasaran ingin bertemu Ra Lilur. Ketika sampai di kediaman Ra Lilur, Habib diterima ajudan Ra Lilur dan langsung mengutarakan maksud kedatangannya. Tak lama kemudian, ajudan Ra Lilur mengatakan “Kiai tidak bisa menemuinya sekarang”, kata ajudan.
Habib semakin penasaran. Namun Habib tak langsung pergi begitu saja. Sambil merenung bagaimana caranya bertemu Ra Lilur. Habib kemudian pergi ke sebelah samping rumah Ra Lilur. Saat berjalan di bawah rimbun bambu, Habib teringat pesan salah satu gurunya untuk membaca Al-Fatihah di tujukan kepada Nabi Muhammad SAW, para wali, dan Syaikhona Kholil Bangkalan. Habib itu kemudian mengamalkan perintah tersebut di tutup dengan permintaan saya, kalau kamu Ra Lilur memang cucu Kiai Kholil, keluarlah, kata Habib.
Masyaallah. Tiba-tiba pundak Habib ada yang menepuk, Karuan saja Habib terkejut dan menoleh, ternyata Ra Lilur. Ra Lilur berkata, ” Sudah lama kita tak bertemu. Kamu yang saya tunggu beberapa hari ini.” Habib Ali semakin tak percaya bahwa dirinya merasa tak pernah bertemu dengan Ra Lilur.
Setelah itu Ra Lilur mengajak Habib duduk di atas gubug di tengah sawah. Saat itu mereka ditemani salah satu ajudan Ra Lilur. Tiba-tiba Ra Lilur berkata “Silakan susunya diminum.” Padahal tak ada pelayan yang mengantarkan. Ajudan yang tadi menemani juga tak beranjak pergi.

Nelayan dan Jaringnya
Seorang nelayan di Kecamatan Sepulu sontak kaget. Karena jaring dia tebar di tengah laut tiba-tiba terasa berat ketika diangkat. Nelayan tersebut Harap-harap cemas menarik jaringnya. Dalam pikirannya, ini pasti ikan besar. Begitu jaring itu berhasil diangkat ke atas. Nelayan itu kaget dan tertegun, Masyaallah, ternyata bukan ikan, melainkan tubuh Ra Lilur yang sedang membujur. Kontan nelayan itu menceburkan kembali tubuh Ra Lilur ke laut.
Nelayan menduga, jangan-jangan Ra Lilur telah meninggal karena tenggelam di laut. Tapi dugaan nelayan itu meleset. Karena Ra Lilur sehat wal-afiat, tubuhnya tetap segar bugar sampai kini.
Menyaksikan kenyataan itu, nelayan semakin percaya bahwa Ra Lilur itu waliyullah (kekasih Allah Swt). Sejak peristiwa itu hasil tangkapan nelayan tersebut langsung melimpah. Setiap kali turun melaut, hasil tangkapannya lebih banyak dari pada nelayan lainnya. Nelayan pun yakin bahwa dirinya telah mendapat barokah. Yakni terus bertambahnya kebaikan. Bukankah orang menyebut barakah sebagai zidayatul khoir (semakin bertambahnya kebaikan).

Obat Maag Dan Puyer
Salah seorang warga pernah sakit tak komplikasi penyakit dalam stadium akut. Bahkan sang pasien sudah hampir satu bulan opname di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Karena terapi penyembuhan kedokteran tak ada perkembangan mengembirakan. Salah seorang anggota keluarga pasien memutuskan untuk minta barokah La Lilur. "Kiai memberikan obat maaq dan obat puyer sakit kepala, setelah diminum Alhamdulillah sembuh," tegas Salim, saudara si pasien menjelaskan.

Pil Mencret Atau Murus
Seorang penduduk desa terpencil sedih karena kehilangan sapi. yang merupakan satu-satunya harta paling berharga bagi keluarganya. Karena ingin sapinya kembali, dia sowan ke kediaman Ra Lilur untuk minta barokah agar sapinya bisa kembali lagi. Ra Lilur langsung menemui tamunya tersebut itu.
Padahal, tamu yang silaturrahmi ke Ra Lilur, biasanya baru bisa ketemu minimal setelah tiga kali silaaturrahmi. Tapi, kali ini aneh. Ra Lilur malah dengan senang hati membantu orang yang malang itu.
Warga yang kehilangan seekor sapi itu diberi pil mencret atau murus. Tentu saja orang itu bingung dan dongkol. Sebelum pulang pil itu tetap diminum sesuai petunjuk Ra Lilur. Meski demikian ia tetap saja pikirannya tak bisa menerima.
Di tengah perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba perutnya mules. Orang malang tersebut pergi ke sungai untuk membuang hajat.
Ajaib, orang itu melihat beberapa ekor sapi ditambatkan di semak-semak di sekitar sungai itu. Ketika diperiksa, salah satu sapi yang ditambatkan itu adalah miliknya. Ia girang bukan main. Namun di balik kegirangan itu ia juga merasa berdosa. Orang itu menyesal karena hatinya sempat dongkol pada Ra Lilur ketika diberi obat murus.

Pengusaha Besi Kapok Datang
Seorang pengusaha besi tua bernama H. Hasan yang tinggal di Cililitan Jakarta silaturrahmi ke rumah Ra Lilur. Pengusaha itu disambut ajudan sekaligus dihadapkan kepada Ra Lilur. Hasan lantas menceritakan masalahnya. Ra Lilur mendengar semua cerita Hasan. Namun yang membuat Hasan tak habis pikir, ketika hendak pulang, ia diberi obat sakit kepala Paramex.
Dengan diliputi tanda tanya, Hasan pulang ke rumahnya di Jakarta naik bus, dalam perjalanan H Hasan terus berpikir mau diapakan obat ini. Kenapa pula kiai memberi saya ini, gumam Hasan dalam hatinya.
Seminggu kemudian, H. Hasan ternyata tertimpa musibah. Usahanya rugi Rp 100 juta. Isyarat Ra Lilur itu terjawab, “Rupanya itu maksud kiai memberi obat,” kata Hasan tersenyum kecut. Sebulan kemudian, H. Hasan mendapat kabar dari saudaranya di Tanah Merah, Madura bahwa abahnya (ayah, red) terbaring sakit keras di atas pembaringan. Hasan pun bergegas pergi menemui abahnya.
Hasan lantas menemui guru abahnya, yaitu Habib Sholeh Tanggul, Jember. Habib Sholeh Tanggul meminta H. Hasan membawa tasbih. Tasbih itu, selain untuk wirid juga sangat manjur untuk mengobati orang sakit. Sesuai dengan pesan guru, tasbih itu dicelupkan ke dalam segelas air. Selanjutnya, air bekas celupan itu diminumkan kepada orang yang sakit. Semula, penyakit itu memang berkurang. Badan abahnya sedikit enakan. Tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa waktu kemudian, bapaknya kembali jatuh sakit. H. Hasan pun segera beranjak pergi meminta do’a kepada Ra Lilur. Yang tak membuat H. Hasan heran lagi, ketika Ra Lilur, memberinya kapas, berikut minyak telon. Itu diberikan ketika H. Hasan hendak pulang.
Seperti sebelumnya, dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya di Tanah Merah, hati H. Hasan, diliputi tanda tanya yang hebat. Begitu tiba di rumah abahnya, ia mendapati banyak orang menangisi kepergian orang tua lelakinya itu. Rupanya, kapas dan minyak telon itu, sebagai perlambang bahwa penyakit orang tuanya tak dapat disembuhkan. Akhirnya H. Hasan pengusaha besi tua tersebut kapok bertemu Ra Lilur lagi.

Menikahi Wanita Penjemur Ikan
Di kawasan pesisir Bangkalan ada seseorang wanita yang sehari-harinya membersihkan ikan. Wanita itu tak ubahnya seorang buruh. Ia tiap hari membersihkan dan menjemur ikan milik orang. Ia hanya dapat upah sekian rupiah dari jerih payahnya itu. Kesibukan di kawasan pesisir itu membuat orang tak pernah memperhatikan wanita itu. Apalagi wanita itu memang tampil seperti umumnya buruh. Masyarakat baru tahu wanita yang sehari-harinya membersihkan ikan dan berpenampilan seperti umumnya buruh itu dinikahi Ra Lilur.
Berita pernikahan Ra Lilur dengan wanita itu tersebar, masyarakat seolah tak percaya dan mulai bertanya-tanya, dari mana asalnya wanita tersebut. Sebab meski setiap hari bertemu dan berkumpul masyarakat di sekitar pesisir itu tak ada yang tahu asal muasal wanita tersebut. Masyarakat pun mulai geger. Wanita itu dianggap misterius karena tak diketahui asal usulnya.
Begitu masyarakat heboh tiba-tiba muncul informasi bahwa wanita tersebut berasal dari kesultanan Demak. Karuan saja masyarakat kembali ramai. Akhirnya masyarakat di sekitar pesisir itu yakin bahwa wanita itu berasal dari Demak. Yang juga unik wanita itu tetap sederhana meski dinikahi Ra Lilur. Padahal ia telah jadi istri orang terhormat dan disegani masyarakat. Bahkan Ra Lilur bukan saja disegani masyarakat tapi juga dihormati para ulama. Toh istri Ra Lilur tetap bersahaja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia berjualan es lilin. Dagangannya itu kadang dijajakan kepada para santri KH. Abdullah Schaal di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan.

Tiga Buah Korma Penawar Obat
Ra Lilur ternyata tak hanya piawai mendeteksi masa depan. Tapi ahli mengobati orang sakit. Tak aneh jika banyak tamu yang minta tolong untuk mengobati penyakitnya. Salah satunya, seorang kiai asal Surabaya yang sudah puluhan tahun mengidap penyakit aneh.
Kiai ini sudah melanglang buana berkonsultasi dengan berbagai ahli, baik ahli medis, maupun paranormal. Tapi hasilnya nol besar. Bahkan pernah juga berkonsultasi ke KH. Ghofur, pengasuh ponpes Sunan Drajat Paciran Lamongan. Juga gagal.
Namun kiai ini terus berikhtiar sembari tetap pasrah. Di tengah-tengah kepasrahan itulah, tiba-tiba timbul wisik-wisik dari seorang tamu yang agak aneh. Tamu itu menyarankan, agar meminta barokah ke Ra Lilur. Tanpa pikir panjang, maka berangkatlah rombongan kiai itu ke tempat pedepokan Ra Lilur di sebuah desa Banjar kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan. Ra Lilur langsung menemuinya. “Lenggi-lenggi pada parlo napa (mari silakan duduk, ada maksud apa ke sini),” sapanya. Kiai ini langsung mengutarakan niatnya serta menceritakan perjalanannya berobat ke mana-mana, namun hasilnya nihil.
Mendengar keluhan itu, Ra Lilur langsung memberi tiga buah korma dari dalam rumahnya. “Da’ar pa tada’ (silakan makan dihabiskan),” kata Ra Lilur.
Saat dialog itu tak begitu cair sebab Ra Lilur memang sering memperlihatkan suasana yang sulit ditebak. Kadang-kadang tertawa, tapi kadang-kadang tak banyak bicara. Mungkin saat itu, Ra Lilur paham, betapa menderitanya kiai ini lantaran merasakan sakit menahun.
Usai menyuguhkan tiga korma, Ra Lilur memberi wejangan, agar kiai tadi, berobat ke seorang dokter kiai di sebuah kawasan sekitar Pasar Turi Surabaya. Kenapa disebut dokter kiai, karena dokter itu, selain memberi obat, juga memberi bacaan-bacaan. Alhamdulillah, penyakit menahun kiai sederhana itu akhirnya berangsur-angsur sembuh.

Penolakan Sopir Terhadap Ra Lilur
Ini merupakan peringatan keras kepada siapa saja yang melakukan tindakan konyol dengan berkata kasar dan membohongi Ra Lilur. Kalau hal tersebut dilakukan, bisa-bisa naas seperti peristiwa yang dialami seorang sopir pick up.
Menurut ajudan Ra Lilur, H. Husni mengatakan, Husni bersama Ra Lilur melakukan perjalanan dari Kecamatan Sepuluh menuju Desa Banjar Galis Bangkalan Madura. Di tengah perjalanan, motor yang ditumpangi macet karena mengalami kerusakan pada bagian mesin. Karena tak bisa memperbaiki, Husni memutuskan untuk beristirahat seraya menunggu tumpangan untuk Ra Lilur. Beruntung, setelah beberapa menit beristirahat, ada sebuah mobil pick up melintas di sebuah jalan desa. Ra Lilur kemudian meminta agar ajudannya menyetop mobil itu untuk ikut. Namun setelah dicegat, sang sopir berkata kalau mobilnya tidak dibuat angkutan. “Lok muwak (tidak mau muat, red),” kata sang sopir dengan kasar.
Karena ditolak, Husni kembali istirahat sembari menunggu tumpangan yang lain. Ternyata setelah beberapa meter dari tempat istirahat, mobil yang dicegatnya tadi mengangkut beberapa karung kedondong milik pedagang. Setelah kejadian itu, Husni tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi pada sang sopir di balik kata-kata kasar dan bohong yang diucapkan kepada seorang kiai waliyullah itu.
Beberapa bulan berikutnya, Ra Lilur berniat untuk melakukan perjalanan keliling kota Bangkalan. Seperti biasa, Ra Lilur memerintahkan ajudannya untuk mencari mobil tumpangan. Tapi anehnya, sebelum diperintah mencari mobil, Ra Lilur berpesan agar memilih mobil pick up deretan ketiga dari belakang.
Perjalanan pun dilakukan, setelah sampai di daerah pesisir barat Kecamatan Socah, Bangkalan, Ra Lilur berhenti. Ia langsung melakukan perjalanan ke tengah laut. “Saya tidak tahu kemana kiai berjalan. Tapi beliau terus berjalan hingga tidak kelihatan,” kata Husni.
Ditengah penantian tersebut, Husni ngobrol dengan sopir pick up yang menjadi pilihan Ra Lilur. Ternyata, sang sopir bercerita panjang lebar soal peristiwa yang pernah dialami temannya yang juga sopir pick up itu. Dikatakan, setelah sopir pertama menolak permintaan Ra Lilur dengan kata-kata kasar dan bohong, dia terus mengalami banyak peristiwa sial. Mula-mula hasil uang dari nyopir itu selalu habis hanya untuk membayar biaya tilang polisi. Berikutnya, dia terus mengalami sakit yang tak kunjung sembuh hingga akhirnya meninggal. “Mantuan (paman haji, red), sopir pertama yang pegang mobil ini meninggal setelah menolak permintaan kiai,” kata sopir itu lirih.
Mendengar penjelasan itu, Husni teringat peristiwa yang pernah dialaminya. Ternyata, Ra Lilur memilih mobil pick up pada deret ketiga itu merupakan tebusan dari penolakan sopir yang pernah berkata kasar itu. Karena sopir yang berkata kasar itu dulu juga menyopir mobil yang sekarang dipakai itu.

Aparat Menangis
Anggota Polri berpangkat Perwira Menengah (Pamen) berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) datang ke kiai yang dikenal punya kasaf itu untuk minta tolong. Pamen rela bepergian tengah malam dengan sepeda motor menuju desa Banjar untuk menemui Ra Lilur dengan maksud minta tolong agar ditunjukkan tempat persembunyian Tommy. Namun Ra Lilur  sulit ditemui.
Sebelum menyampaikan keinginannya, selama tiga malam berturut-turut petinggi polri itu melakukan wirid dan mengaji sampai menangis ketika membaca Al-qur’an di mushallah milik H. Husni.
Ra Lilur mengatakan, untuk memburu Tommy sangat sulit, karena memang ada yang membuatnya sulit.
Dari jawaban Ra Lilur itu tersirat bahwa Tommy memang ada yang melindungi. Karena itu mudah dipahami jika beberapa pihak ragu terhadap upaya polisi menangkap Tommy. Bahkan kini muncul analisis bahwa gerakan aparat yang mau menangkap Tommy itu sekedar basa-basi belaka, yakni untuk meredam kekecewaan atau mengalihkan perhatian masyarakat dari persoalan politik di tubuh Polri sendiri maupun seputar di Mega.
Perilaku Ra Lilur kian aneh. Sudah dua minggu, Ra Lilur mengunci diri di sebuah gubuk di atas gunung. Bahkan pintu pagarnya pun digembok. Sehingga, tamu yang hendak sowan ke Ra Lilur sulit untuk bertemu. “Ra Lilur berkomunikasi hanya dengan tulisan tangan saja. Tapi kiai hanya memberikan tulisan atau barang,” ujar haddam yang sudah mengabdi sejak tahun 1989 ini.



Senin, 23 Desember 2013

Mengenal Al-Jilli, Sufi Misterius, Kaya Ilmu, dan Kreatif

Ia dikenal sebagai mistikus yang misterius tapi kaya ilmu. Beberapa karyanya dikabarkan sempat hilang

Dalam alam pemikiran Islam dikenal apa yang disebut “Insan Kamil”, alias manusia yang sempurna. Insan Kamil merupakan derajat spritual yang paling tinggi, yang menjadi dambaan setiap muslim. Bisa mencapai derajat sebagai Insan Kamil sangat berarti bagai seorang yang beriman, karena mereka benar-benar dapat merasakan makna sebagai manusia yang sesungguhnya.
Derajat sebagai Insan Kamil hanya dikenal dalam dunia tasawuf. Banyak cara atau metode untuk mencapai derajat tersebut yang dirumuskan oleh para sufi masyhur. Diantaranya, Al-Jilli, dalam kitabnya, Al-Insanul Kamil fi Makrifat al-Awakhir wa Awa’il. Ia menulis pendapatnya tentang Insan Kamil dengan cukup Mendetail – sehingga sering dikutip banyak penulis hingga kini.

Nama lengkapnya Abdul Karim ibnu Ibrahim ibnu Khalifah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Jilli. Kapan ia lahir dan wafat, dimana ia lahir dan wafat, para sejarawan dan pengamat sufi berbeda pendapat. Al-Jilli memang sufi yang misterius, karena riwayat hidupnya juga sangat sulit dilacak. Menurut pengamat sufi Ignaz Goldziher, Al-Jilli lahir di sebuah desa dekat Bagdad yang bernama Al-Jil – yang kemudian dinisbatkan di belakang namanya.

Tetapi hal itu kemudian dibantah oleh Nicholson, pengamat sufi yang lain, dalam sebuah bukunya ia menulis, Al-Jilli bisa diartikan sebagai pertalian nasab, keturunan. Jil  atau Jilan menunjukkan bahwa Al-Jilli keturunan orang Jilan, sebuah daerah di wilayah Bagdad. Argumentasi ini sejalan dengan beberapa buku mengenai karya Al-Jilli yang menyebutkan bahwa ia masih keturunan Syekh Abdul Qadir Al Jilani, pendiri tarekat Qadiriyah.

Menurut Al-Jilli, garis nasabnya tersambung dari cucu perempuan Syekh Abdul Qadir Jailani. Tapi beberapa ulama dan pengamat sufi sepakat, Al-Jilli lahir pada bulan Muharram tahun 767 H di Baghdad, Irak. Namun mengenai wafatnya para ulama dan pengamat sufi – seperti At-Taftazani, AJ. Arberry maupun Umar Ridha Kahhalah – tidak sepakat.

Ibnu Arabi

Al-Jilli kecil dididik dengan penuh disiplin oleh ayahandanya. Menginjak masa remaja – ketika Bagdad dikuasai pasukan Mongol – ia dan keluarganya hijrah ke Zabid di Yaman. Disinilah ia belajar agama secara intensif, antara lain ia berguru kepada Syekh Syarafuddin Ismail ibnu Ibrahim Al-Jabarti (W. 806 H). belakangan ia juga belajar kepada seorang sufi besar di Hindukusy, India, pada 709 H, tapi tidak ada catatan berapa lama ia tinggal di India.

Ia hanya menceritakan beberapa pengalamannya, antara lain ketika berkenalan dengan tokoh-tokoh tarekat, terutama tarekat Naqsyabandiyah, Khistiyah, dan Syuhrawardiyah. Ia juga menceritakan persahabatannya dengan teman seperguruannya. Syihabuddin Ahmad Raddad (w. 821 H). perjalanannya ke Parsi (kini Iran) untuk bertemu dengan beberapa guru sufi di sana.

Pada akhir 799 H, ia menunaikan ibadah haji. Ketika itulah sempat berdiskusi dengan beberapa ulama. 4 tahun kemudian, tahun 803 H, ia berkunjung ke Kairo, sempat mampir Universitas Al-Azhar dan bertemu dengan beberapa ulama. Ia sempat juga berkunjung ke Gaza di Palestina dan bermukim disana selama dua tahun, tapi tak lama kemudian ia kembali ke Zabid, karena ingin mendalami pengetahuannya dengan berguru lagi kepada guru lamanya, Al-Jabarti. Di kota inilah ia wafat pada tahun 805 H / 1402 M.

Seperti halnya para sufi besar lainnya, ia juga menulis kitab tasawuf. Karya-karyanya tergolong berat, salah satunya adalah “Al-Insanul Kamil fi Makrifat Al-Awakhir wa Awail – yang telah disebut dimuka, sebuah kitab yang dianggap mendapat pengaruh pemikiran Ibnu Arabi. Kitab Lainnya, Arbaun Mautian, yang memuat perjalanan mistisnya, masih tersimpan di Perpustakaan Dar el-Misriyah, Kairo, Mesir.

Kitab lainnya, Bahr al-Hudus wa al-Qidam wal Maujud wa al-Adam, naskahnya tidak ditemukan, tapi disebutkan dalam kitab Maratib al-Wujud. Sementara kitab Akidah al-Akabir al-Muqtabasah min Ahzab wa Shalawat membahasa akidah para sufi. Kitab ini tersipan di perpustakaan Tripoli, Libya.

Tapi karya Master Piece nya tetap Al-Insanul Kamil, yang diterbitkan beberapa kali dan tersebar keseluruh dunia. Beberapa penerbit kesohor dengan bangga menerbitkannya, seperti Muktabah Shabih dan Musthafa al-Babi Al- Halabi, Kairo dan El-Fiqr, Bairut. Kitab yang terdiri dari dua jilid ini memuat 63 bab, 41 bab di jilid pertama, 22 bab di jilid kedua.

Saking menariknya, kitab yang menggelar gagasan Al-Jilli tentang Insan Kamil ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Titus Burkehardt, misalnya menerjemahkan ke dalam bahasa Prancis dengan judul De I’Home Universal, yang kemudian disalin lagi oleh Angela Culme Seymour dalam bahasa Inggris dengan judul Universal Man.

Akhlak Ideal

Syarah atau komentar tentang kitab ini ditulis oleh beberapa ulama dalam beberapa kitab. Diantaranya Mudhihat al-Hal fi Sa’d Masmu’at al-Dajjal, susunan Syekh Ahmad Muhammad ibnu Madani (w. 1071 H/1660 M), yang mengomentari bab 50-54, yang naskahnya tersimpan di Liberary on India Office, New Delhi. Syarah lainnya, Kayf Al-Bayan ‘an Asrar al-Adyan fi Kitab Al-Insanul Kamil oleh Abdul Ghani An-Nablusi (w. 1159 H) dan Syekh Ali ibnu Hijazi al- Bayumi (w. 1183 H).

Kitab karangan Al-Jilli lainnya, Al-Kahf wa ar-Raqim, memuat dua naskah. Naskah pertama Al-Kahf ar-Raqim al-Kasyif al-Asrar bi Ism Allah al-Rahman al-Rahim, naskah kedua, berjudul Al-Kahf wa Raqim fi Syarh Bimillah al-Rahman al-Rahim. Belakangan kitab ini dicetak ulang oleh Dar al-Ma’arif al-Nidzamiyah, Haiderabat, India, 1917 M. kitab ini merupakan tafsir kesufian terhadap makna Basmalah. Yang menarik ia berusaha menafsirkan surat Al-Fatihah, kata demi kata, kalimat demi kalimat.

Karya Al-Jilli lainnya yang berkaitan dengan tasawuf, antara lain, Maratib al-Wujud wa Haqiqat al-Kulli Maujud, yang menguraikan secara panjang lebar beberapa hal tentang peringkat “Wujud” dalam ajaran sufi, diterbitkan oleh Maktabah Al-Jundi, Kairo. Al-Jilli juga menulis syarah atas karya Ibnu Arabi, Ar-Risalah Al-Anwar, dalam sebuah kitab yang berjudul cukup panjang: Al-Isfar ‘an al-Risalah al-Anwar fi ma Yatajalla li Ahl al-Dzikir min Asrar li Syekh Al-Akbar.

Ada satu naskah lagi, Al-Sifah al-Nataij al-Asfar, ditemukan oleh Broclemann, seorang peneliti tasawuf, di Leipzig, Austria. Ada sebuah kitab Al-Jilli lainnya yang hilang, judulnya Al-Marqum al-Sirr al-Tauhid al-Mahjul wa Ma’lum, yang membahas rahasia kemahaesaan Allah SWT. Keberadaan naskah ini disebut dalam kitab Al-Kamalat al-Ilahiyah.

Ada 28 jilid dari 30 jilid kitab yang raib hingga kini. Ke-30  jilid itu termaktub dalam kitab  AL-Daqiqah al-Haqai, dua jilid yang masih bisa ditemukan itu adalah Kitab Al-Uqtah (jilid pertama) dan kitab Al-Alif (jilid kedua). Sampai kini naskah kedua jilid tersebut tersimpan di Dar el-Kutub al-Misriyah, Kairo.

Al-Jilli juga menulis sebuah kitab tentang Akhlak yang luhur yang seharusnya ditempuh  oleh seorang sufi, judulnya, Al-Ghunyah Arbab al-Sama fi Kasyf al-Ghina ‘an wajh al-Itsma, yang ia tulis pada 803 H di Kairo. Bukan hanya mngenai akhlak ideal seorang sufi, ia juga menulis kitab mengenai pengalaman-pengalaman sufistisnya. Dalam Al-Manadzir al-Ilahiyah. Kitab ini juga menguraikan dasar-dasar akidah yang wajib diyakini orang muslim, terutama yang menempuh jalan tarekat.

Itulah beberapa kitab yang dikarang oleh Al-Jilli. Produktivitas dan gagasannya masih bisa dibaca hingga sekarang. Kekayaan intelektualnya sungguh sangat mempesona publik tasawuf di seluruh jagat. Al-Jilli meninggal tahun 805 H / 1402 M.

http://www.sufiz.com/jejak-sufi/mengenal-al-jilli-sufi-misterius-kaya-ilmu-dan-kreatif.html