Kamis, 07 November 2013

Asy-Syarif Al-Habib Umar Bin Sultan Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Idrus

Makam beliau bertempat di sebuah desa yang bernama Tarjun,Kotabaru Kal-Sel.sebuah desa yang terletak dipinggiran laut,barada tepat dipinggiran sebuah pabrik semen Tarjun,Menurut cerita beliau adalah keturunan Rasulullah yang datang untuk mnyebarkan agama.

singkat cerita, pada waktu itu sebuah pabrik pembuat semen tersebut maju dengan pesat dan ingin mmperluas area pabrik,namun saat itu sebuah makam berada terkena rencana perluasan maka perintah dari perusahaan/pabrik ingin mmindahkan makam itu namun ap yg terjadi disaat para pekerja ingin melakukan pmbongkaran dengan mnggunakan alat berat setiap hendak mnyalakan mesin hendak mndekati makam itu,tiada lah bisa hidup mesin tersebut bahkan terjadi kerusakan bahkan kejadian itu b.ulang2. dan konon ceritanya sampai ada salah satu karyawan tersebut yang meninngal dunia.sehingga setelah kjadian itu rencana perluasan pabrik pun dibatalkan dan makam beliau ttaplah berada di pinggiran pabrik dengan perawatan makam dilakukan oleh pihak perusahaan dan masyarakat setempat...SUBHANALLAH..

beliau adalah Asy-Syarif Al-Habib Umar Bin Sultan Asy-Syarif Al-Habib Ali Al-Idrus (Adik Asy-Syarif Al-Habib Mustafa Al-Idrus) , Beliau kemudian dikenal sebagai “ Pangeran Tarjun “ menyebarkan agama Islam atau Ulama di sana hingga akhir hayat beliau dan di makamkan di daerah Tarjun, yang selalu dijiarahi oleh masyarakat, karena memiliki karomah atau Waliyullah, tepatnya di dekat area pabrik semen Kotabaru.


Karomah Habib Umar Bin Hafidz

Karomah Habib Umar Bin Hafidz. Tamu berdatangan begitu banyak tak seperti hari biasanya. Hal ini membuat juru masak Rubath Darul Musthafa tampak kebingungan.

Dengan tenangnya Guru Mulia al-Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Rubath, masuk ke dalam ruang dapur. Dengan sedikit menabur dan mengadukkan sesuatu ke dalam masakan dan mendoakannya (lihat pada foto), akhirnya beliau kembali ke ruang tamu untuk menyambut datangnya para tamu.

Subhanallah, makanan yang sedikit itu tak kunjung habis hingga semua tamu menerima bagiannya masing-masing.

https://www.facebook.com/PersatuanPemudaPemudiMajelisRasulullah/posts/450647631676585

Al-Habib Umar bin Hafidz

“Dakwah Al-Habib Umar bin Hafidz di Afrika Dihadang oleh Singa!” 
Suatu saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin melakukan perjalanan dakwah ke pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani oleh seorang muallaf bernama Khomis. Khomis adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di daerahnya.

Pedalaman Afrika yang ingin dikunjungi oleh al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang mana hutan belantara Afrika terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan mantap Habib Umar bin Hafidz memberikan isyarat untuk segera berangkat.

Dimulailah perjalanan dakwah beliau. Sebelum masuk ke dalam hutan, beliau beserta rombongan dihentikan oleh beberapa orang polisi yang sedang berjaga di sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui oleh al-Habib Umar. Mereka hendak memperingatan agar al-Habib Umar tidak memasuki hutan karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan diserang oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat malam tiba.

Al-Habib Umar pun keluar dari mobil yang ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta merta al-Habib Umar memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di dekat mobil dan memerintahkan rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi (Simthud Durar). Pembacaan maulid pun dimulai. Karena para polisi yang berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka pun hanya bisa menonton dari kejauhan.

Setelah pembacaan maulid selesai, al-Habib Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam itu juga. Para polisi itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi al-Habib Umar bersikeras ingin melanjutkan perjalanannya. Para polisi pun kalah argumen dan berinisiatif untuk mengikuti al-Habib Umar dari belakang menggunakan mobil lain, takut kalau tejadi apa-apa dengan al-Habib Umar dan rombongan.

Di tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun terjadi. Di depan mobil yang ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa. Ketika itu al-Habib Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari mobil tersebut. Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan rombongan lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya.

Tak lama kemudian singa itu berhenti di depan jendela sebelah tempat duduk al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke atas jendela. Al-Habib Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan sedikitpun.  Lalu beliau berkata kepada supir: “Turunkan jendela ini!”

Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya Habib, ini singa!”

Tapi al-Habib Umar tetap ingin agar dia menurunkan jendela tersebut. Kaca jendela pun diturunkan. Suatu kejadian menakjubkan pun terjadi, al-Habib Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Saw.”

Kemudian al-Habib Umar mengambil sebuah pisang dan memberikannya kepada singa itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini mau memakan pisang yang diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu, singa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan rombongan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian al-Habib Umar dan rombongan sampai ke tempat tujuan.

Setelah menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, para polisi yang sebelumnya beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan diri mereka untuk masuk agama Islam. Ternyata kejadian yang mereka saksikan menjadi sebab hidayah Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam pelukan Islam.

Diculik dan diedit dari tulisan KH. Mukhlas Noer (Ketua Ponpes Lirboyo Kediri). Kisah ini juga pernah disinggung oleh almarhum al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.



Habib Ahmad bin Abu Bakar As - Sakran

Nasab Habib Ahmad bin Abu Bakar As – Sakran

Habib Ahmad bin Abu Bakar As-Sakran bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.

Habib Ahmad lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahnya. Beliau juga seorang yang hafal alquran yang ia pelajari dari Syaikh Muhammad bin Umar Ba'alawi. Melazimkan membaca lafadz sahadat tujuh puluh ribu kali setiap harinya. Selain ayahnya beliau dididik oleh pamannya Syaikh Umar Muhdhar. Dari pamannya beliau belajar ilmu fiqih, tasawuf dan ilmu hakikat. Di samping kepada pamannya Imam Ahmad belajar kepada Sayid Muhammad bin Hasan Jamalullail, Syaikh Said Ba'ubaid, keluarga Baqasyir dan keluarga Baharmi dan kepada saudaranya Syaikh Abdullah Alaydrus.
Beliau mahir dalam ilmu hadits, fiqih dan ushuluddin, rahasia nama-nama Allah, ilmu aufaq dan huruf. Murid-murid beliau di antaranya Abu Bakar al-Adeni , sehingga beliau berkata::Sesungguhnya Syaikh Shahabuddin al-Faqih Ahmad bin Syaikh Abu Bakar Sakran adalah berita gembira yang sempurna dan penghulu manusia yang bersih suci, cinta kepada amal kebajikan". Murid yang lainnya adalah Husin bin Abdullah Alaydrus, al-Faqih Abdullah bin Abdurahman Balahij, al-Allamah Muhammad bin Abdurahman Bilfaqih. Imam Ahmad bin Abi Bakar wafat di Lisik tahun 869 hijriyah dikuburkan di Zanbal Tarim.
Habib Ahmad bin Abu Bakar As-Sakran wafat di Tarim tahun 869 H. Beliau dikaruniai tiga orang anak laki-laki, bernama:

1. Muhammad Muglaf (wafat tahun 919 H), dikaruniai dua orang anak, bernama:
a. Umar (Abyan, Yaman, Zili' dan India)
b. Ahmad al-Musawa (India, Malabar, Semarang, Sumatra, Seiwun)

2. Alwi (wafat tahun 917 H di Zili'), dikaruniai seorang anak bernama:
Abu Bakar, dan beliau dikarunia tiga orang anak laki:
a. Muhammad (wafat di Sihir tahun 977 H, keluarganya di Aden)
b. Ahmad
c. Abdullah (kakek Ali bin Aqil bin Abdullah bin Abi Bakar)
Ali bin Aqil bin Abu Bakar bin Alwi bin Ahmad bin Abi Bakar al-Sakran, mempunyai tiga orang anak laki:
a. Aqil (keturunannya sedikit)
b. Abu bakar (keturunannya di San'a dan Zhufar)
c. Abdurahman, mempunyai empat orang anak laki, bernama:
i. Alwi (kakek Aal-Munawwar di Seiwun)
ii. Syech (kakek Aal-Saqqaf di seiwun dan Jawa)
iii. Muhammad
iv. Abdullah (Jawa).

3. Syaikh Aqil bin Ahmad wafat di Tarim tahun 896 H, dikaruniai tujuh orang anak laki
a. Abu Bakar
keturunannya terputus
b. Abdurahman
c. Ahmad (kakek keluarga Aqil bin Ahmad bin Aqil di Musyaqos Keluarga Umar bin Ahmad di India, Yaman)
d. Ali, adalah kakek dari:
i. Aal -Aqil Habarin (Sihir, Makkah dan Tiryah)
ii. Aal -Abdullah al-Abrasy (Rubat Zubaidi)
iii. Aal -Abdullah bin Abdurahman (Makkah)
iv. Aal -Abdurahman bin Muhammad (India, Bajapur, Tiryah)
v. Aal Ali bin Muhammad (Thuryah)
e. Abdullah (keturunannya di Badiyah, Tiryah)
f. Syech (Keluarga Aqil bin Ahmad, di India)
g. Zein (Keluarga Umar Quthban, di India, Benggali, Yaman dan Jawa)
Keturunan Zein bin Aqil bin Ahmad adalah:
1. Bait Sahal
2. Bait Hamudah
3. Bait Masyaikh
4. Bait Qarmush
5. Bait AlKahaly
6. Bait Aqil
7. Bait AlKhasyasy
8. Bait Muhsin
9. Bait AlAkhsaf
10. Bait Kadhum
11. Bait Dahum
http://ilovehasnibiografi.blogspot.com/2012/03/habib-ahmad-bin-abu-bakar-as-sakran.html

Biografi Harun Ar-Rasyid - Pemerintahan Emas Islam

Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 766 dan wafat pada tanggal 24 Maret 809, di Thus, Khurasan. Harun Ar-Rasyid adalah kalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang ketiga.Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.


Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmaki dari Persia (Iran). Di masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.

Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.

Di masa pemerintahannya beliau :

* Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
* Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
* Membangun tempat-tempat peribadatan.
* Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
* Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
* Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid, dan istana.

Harun Al-Rasyid Bukanlah Khalifah Yang Suka Foya-Foya!!

Banyak orang meyakini bahwa khalifah Bani ‘Abbas, Harun al-Rasyid adalah seorang yang suka hura-hura dan foya-foya, hidup dalam gelamour kehidupan.

Namun sebenarnya, tidaklah demikian. Harun al-Rasyid amat berbeda dari kondisi seperti itu sama sekali. Beliau adalah Abu Ja’far, Harun bin al-Mahdi, Muhammad bin al-Manshur, salah seorang khalifah Daulah Bani ‘Abbasiah di Iraq, yang lahir tahun 148 H.

Beliau menjadi khalifah menggantikan kakaknya, al-Hadi pada tahun 170 H. Beliau merupakan khalifah paling baik, dan raja dunia paling agung pada waktu itu. Beliau biasa menunaikan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai seorang khalifah, beliau masih sempat shalat yang bila dihitung setiap harinya mencapai seratus rakaat hingga beliau wafat. Beliau tidak meninggalkan hal itu kecuali bila ada uzur. Demikian pula, beliau biasa bersedekah dari harta pribadinya setiap harinya sebesar 1000 dirham.

Beliau orang yang mencintai ilmu dan para penuntut ilmu, mengagungkan kehormatan Islam dan membenci debat kusir dalam agama dan perkataan yang bertentangan dengan Kitabullah dan as-Sunnah an-Nabawiyyah.

Beliau berumrah tahun 179 H di bulan Ramadhan, dan terus dalam kondisi ihram hingga melaksanakan kewajiban haji. Beliau berjalan kaki dari Mekkah ke padang Arafah.

Beliau berhasil menguasai kota Hiracle dan menyebarkan pasukannya di bumi Romawi hingga tidak tersisa lagi seorang Muslim pun yang menjadi tawanan di kerajaan mereka. Beliau mengirimkan pasukannya yang kemudian menaklukkan benteng Cicilia, Malconia dan Cyprus, lalu menawan penduduknya yang berjumlah 16000 orang.

Harun al-Rasyid wafat dalam usia 45 tahun atau 46 tahun dalam perangnya di Khurasan tahun 193 H.

Semoga Allah merahmati Harun al-Rasyid.
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/12/biografi-harun-ar-rasyid-pemerintahan.html

Biografi ASSAYYED ABDULLAH BIN MUHAMMAD BIN ALWI ALKAFF

Seorang sayyid yang utama beliau diberikan ALLAH karunia dari ilmu kedudukan dan harta, dilahirkan dikota tarim (hadromawt pent.) dari kedua orangtua yang agung ayah beliau bernama habib MUHAMMAD BIN ALWI ALKAFF termasuk orang yang berilmu berkedudukan tingga serta memiliki banyak harta adapun ibu beliau bernama assyarifah AISYAH BINTI ALHABIB ABIBAKR BIN MUHAMMAD BILFAQIH.

- beliau termasuk dari pendiri JAM'IYYATULHAQ (yayasan ternama dikota tarim pent.), beliau banyak membuat seminar ilmiyyah di jam'iyyah tersebut, selain itu beliau juga sempat menjadi pengasuh setelah kepengasuhan Muhammad bin abdulmaula bin tohir oleh karena itu beliau adalah pengasuh kedua di jam'iyyah, selain mengurus program belajar mengajar beliaupun turut andil mengajar di jam'iyyah tersebut.
- Beliau juga termasuk dari 8 ulama yang ditunjuk sebagai pengurus madrasah ALKAFF yang berdiri pada tahun 1351 H, setelah madrasah JAM'IYYATULHAQ sempat dihentikan kegiatan belajar mengajar di madrasah tersebut .
- Beliau termasuk orang yang memiliki peranan penting pada mu'tamar damainya kota hadromawt di mukalla pada tahun 1346H,
- assayyid ABDULLAH juga memiliki saham dalam pelebaran dan pembangunan kota TARIM beliau dan assayyid HASAN BIN ABDULLAH memiliki tanah yang didapat dari kerajaan sultan MUHSIN BIN GHALIB ALKHATIRI panjangnya dari gunung NU'AIR sampai gunung yang sekarang terdapat padanya maqom dari MAULA AL'IRD yang jumlahnya mencapai 5000 riyal nimsawiyyah, assayyid ABUBAKR bin ALWI ALMASYHUR pernah memotong luasnya tanah tersebut, sedikit dari tanah itu bisa membangun ratusan rumah untuk penduduk kota tarim, bahkan kota tarim menjadi lebih luas terlebih bagian utara kota tersebut menjadi teramat luas dengan jasa sang sayyid.
Beliau sempat melakukan manasik haji ke baitillah pada tahun 1346 kemudian beliau melanjutkan perjalanananya ke negri MESIR dan SINGAPURA pada tahun 1347H.
Pada tahun 1350H, beliau kembali hijrah keSINGAPURA kemudian ke BETAWI (Jakarta Indonesia, pent.) dan BOGOR lalu kembali kenegri HADROMAWT..
Pada tahun 1353H beliau memutuskan untuk pindah ke SINGAPURA setelah menjual kediaman beliau dikota TARIM, dalam kisah kepindahan beliau ke SINGAPURA ini banyak kendala yang terjadi tidak lain adalah kesalah pahaman antara keluarga,
Assayyid ABDULLAH amat gemar untuk berpergian keluar kota sehingga seorang ustadz ternama MUHAMMAD BIN HASYIM pernah berkata :
Beliau (Abdullah) memiliki kemuliaan dan semangat tinggi, yang selalu berpergian keluar kota dan seorang cendikiawan, beliau telah mendatangi MESIR, SYAM untuk mempelajari kota tersebut dalam strategi kebangkitan Negara dan rahasia kemajuan kota tersebut,
Beliau memiliki hubungan yang erat dengan para ulama dan orang yang mulia terlebih alallamah assayyid HASAN bin ABDULLAH ALKAFF sehingga sebagian tidak segan2 menyebut beliau adalah satu2nya sahabat dekat alhabib HASAN .


Alhabib AHMAD bin HASAN ALHADDAD pernah berkata bahwa : assayyid ABDULLAH adalah orang yang terpilih dari keluarga alkaff.
Alhabib alallamah ABDULLAH bin HUSAIN BILFAGIH berkata :
jika keluarga besar alkaff semua diletakkan di telapak tangan dan ABDULLAH bin MUHAMMAD ditelapak yang lain maka ABDULLAH bin MUHAMMAD yang akan menang.

Banyak kisah yang menunjukkan bahwa beliau adalah insan yang berakhlak dengan akhlak para leluhurnya keluarga besar al ba'alwiy dan disini bukan waktu yang tepat untuk menceritakan kisah yang banyak tersebut .

Assayyid ABDULLAH Wafat di SINGAPURA pada tanggal 1 muharram tahun 1357H yang bertepatan pada tanggal 3 maret 1938 M, dihari wafat beliau kota tarimpun dikediaman assayyid SHODIQ bin ABIBAKR ALKAFF dipenuhi tamu yang mengucapkan rasa belasungkawa akan wafatnya sayyid mulia tersebut
Di BETAWI( Jakarta) pun banyak dari masjid jami' yang mensholatkan ghaib untuk beliau ,bahkan organisasi sastra arab di kota singapura membuat acara khusus untuk sang sayyid acara tersebut berisikan ceramah dan ucapan belasungkawa atas wafatnya sayyid Abdullah dan Koran turjuman sempat menukil salah satu khutbah di acara tersebut yang berjudul ( FAGID AL AKHLAQ) yang di terjemahkan oleh keponakan beliau assayyid hasan bin seggaf alkaff didalam kitab ( addzikr al mufid al muayyad fil hadits an alwi wa Abdullah bin Muhammad)

Ditulis oleh ASSAYID HASAN ALKAFF


Imam Junayd ibn Muhammad Abu al-Qasim al-Khazzaz al-Baghdadi

Al-Junayd bin Muhammad bin al-Junayd, Abu al-Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Baghdadi al-Nahawandi al-Shafi `i (w. 298). Imam Dunia pada zamannya, Syaikh kaum Sufi dan "Diadem dari Yang Tahu," ia menemani nya paman ibu Sari al-Saqati, al-Harith al-Muhasibi, dan lain-lain.
Ia disebut oleh sufi sebagai sayyid-ut Taifa yaitu pemimpin kelompok. Dia hidup dan mati di kota Baghdad. Ia meletakkan dasar bagi "mabuk" mistisisme dalam kontras dengan yang "mabuk Tuhan" sufi seperti al-Hallaj, Bayazid Bistami dan Abu Sa `eed Abul-Khayr.
Abu 'Abd al-Rahman al-Sulami menyatakan:

Ayahnya digunakan untuk menjual kacamata. Oleh karena itu ia disebut penjual labu (al-Qawariri). Asal keluarganya dari Nahawand, dan ia lahir dan dibesarkan di 'Iraq - itulah yang saya dengar Abu al-Qasim al-Nasrabadhi mengatakan. Dia adalah seorang sarjana ilmu hukum (faqih), setelah mempelajari sesuai dengan metode Abu Abu Tsaur [Ibrahim bin Khalid bin al-Yaman al-Kalbi]. Dia akan mengeluarkan keputusan hukum di lingkaran siswa. [Sebagai mahasiswa] dia [memiliki] berada di perusahaan (sahiba) dari Sari al-Saqati, Harith al-Muhasibi, dan Muhammad bin 'Ali al-Baghdadi al-Qassab, dan lain-lain. Dia adalah salah satu pemimpin rakyat dan di antara tuan mereka, yang dikenal baik oleh semua. "
Sulami termasuk Junayd sebagai salah satu periwayat hadits berikut: Nabi berkata, "Waspadalah terhadap kecerdasan orang percaya, karena ia melihat dengan cahaya Allah, Swt Lalu ia membacakan [yang ayat]:. Memang dalam yang merupakan tanda bagi mereka yang memiliki wawasan (Qur'an 15:75). "

Sulami menyatakan bahwa Junayd mengatakan, "Kedekatan melalui ekstasi (wajd) adalah 'dalam pengumpulan' (jam ');. Dan tidak adanya kemanusiaan melalui pemisahan (tafriqah)"

Sulami menyatakan bahwa Junayd digunakan untuk mengatakan

Kami tidak belajar (lit. mengambil) tasawuf oleh wacana, bukan karena kelaparan, meninggalkan dunia, dan pemutusan [lampiran seseorang untuk] hal-hal yang akrab dan menyenangkan; sejak tasawuf terdiri dari kemurnian hubungan [seseorang] dengan Allah. Dasarnya adalah di berpaling dari dunia, seperti Harith [al-Muhasibi] mengatakan, "My self (nafs) telah berbalik dari dunia,. Jadi saya telah menghabiskan malam saya di terjaga dan hari-hari saya rasa haus"
Sulami menyatakan bahwa Junayd berkata, "Barangsiapa mengenal Allah hanya dibuat senang oleh-Nya . "

Abu Sahl al- Su ` luki meriwayatkan bahwa sebagai anak laki-laki al- Junayd mendengar pamannya ditanya tentang syukur , dimana ia berkata : " . Ini adalah untuk tidak menggunakan nikmat -Nya untuk tujuan mematuhi -Nya "

Dia mengambil fiqh dari Abu Abu Tsaur - yang dalam lingkaran dia akan memberikan fatwa pada dua puluh tahun - dan , itu juga mengatakan , dari Sufyan al- Thawri . Dia pernah berkata : "Allah tidak membawa ilmu tunggal di bumi diakses orang kecuali dia memberi saya berbagi dalam pengetahuan . " Ia digunakan untuk pergi ke pasar setiap hari , buka tokonya , dan mulai berdoa empat ratus rak ` sebagai sampai waktu penutupan .

Di antara ucapan tentang jalan Sufi : " . Barangsiapa tidak menghafal Al-Qur'an dan hadits menulis tidak cocok untuk diikuti dalam hal ini Untuk ilmu kita dikendalikan oleh Kitab dan Sunnah . "

Untuk Ibn Kullab yang bertanya kepadanya tentang tasawwuf ia menjawab : " madzhab kami adalah singling dari pra - kekal dari kontingen , desersi persaudaraan manusia dan rumah , dan terlupa dengan masa lalu dan masa depan . " Ibnu Kullab mengatakan : "Ini semacam pidato tidak bisa diperdebatkan . "

Muridnya Abu al-' Abbas ibn Surayj akan mengatakan , setiap kali ia mengalahkan lawannya dalam perdebatan : "Ini adalah dari berkat sittings saya dengan al- Junayd
Al - Qusyairi berkaitan dari al - Junayd definisi berikut tasawwuf :

* " Bukan profesi doa dan puasa , namun keutuhan payudara dan mementingkan diri sendiri . " 1

* " Tasawwuf berarti bahwa Allah menyebabkan Anda untuk mati untuk diri Anda dan memberi Anda hidup di dalam Dia . "

* " Ini berarti bahwa Anda akan semata-mata dengan Allah tanpa lampiran . "

* " Ini adalah perang di mana tidak ada perdamaian . "

* " Ini adalah doa bersama dengan konsentrasi batin , ekstasi bersama-sama dengan pendengaran penuh perhatian , dan tindakan dikombinasikan dengan kepatuhan [ dengan sunnah ] . "

* " Ini adalah tegaknya setiap cara tinggi dan penolakan setiap orang rendah. "

Ketika pamannya memintanya untuk berbicara dari mimbar ia ditinggalkan sendiri , tapi kemudian melihat Nabi dalam mimpinya memerintahkan dia untuk berbicara .

Ibnu Kullab pernah bertanya al- Junayd mendikte baginya suatu definisi yang komprehensif dari tauhid ia baru saja mendengar dia mengatakan . Dia menjawab : " Jika saya membaca dari rekor saya akan mendikte kepada Anda . "

Mu ` The tazili al- Ka ` bi berkata : " Mataku tidak melihat seperti itu Penulis datang untuk mendengarkan dia untuk penguasaan linguistiknya , filsuf untuk ketajaman pidatonya , penyair untuk kefasihan , dan sarjana kalam untuk isi . pidatonya . "

Al - Khuldi berkata : . " Kita tidak pernah melihat , di antara Syaikh kami , siapa pun di antaranya ` ilm dan Hal yang datang bersama-sama kecuali al- Junayd Jika Anda melihat Hal nya Anda akan berpikir bahwa itu lebih diutamakan daripada nya ` ilm , dan jika ia berbicara Anda akan berpikir bahwa ia ` ilm lebih diutamakan daripada Hal nya . "

Seperti imam Sunni dari generasinya , al- Junayd membenci perdebatan seputar keagamaan tentang Allah dan Atribut -Nya : "Setidaknya [ bahaya ] yang terletak di dalam kalam adalah penghapusan kagum Allah dari hati Dan ketika jantung dibiarkan tanpa kagum Allah . , menjadi tanpa keyakinan . "

Setelah seorang Kristen muda bertanya : " Apa arti hadits Nabi : " Waspadalah visi orang percaya karena ia melihat dengan cahaya Allah ' ? " 2 Al - Junayd tetap tenggelam dalam pikiran kemudian mengangkat kepalanya dan berkata : "Kirim , untuk waktunya telah tiba bagi Anda untuk menerima Islam . " Pemuda itu memeluk Islam di tempat.
Al - Junayd didefinisikan Maha Mengetahui ( al- `arif ) sebagai" Ia yang menyapa rahasia Anda meskipun Anda diam . " Ibnu al- Jauzi mengutip contoh lain dari Kashf Junayd dalam bukunya Sifa al- Safwa :
Abu 'Amr ibn ` Alwan berkaitan : Aku pergi satu hari ke pasar al - Ruhba untuk sesuatu yang saya butuhkan . Saya melihat prosesi pemakaman dan aku mengikutinya untuk berdoa dengan orang lain . Saya berdiri di antara orang-orang sampai mereka mengubur orang mati . Mataku tanpa disadari jatuh pada seorang wanita yang diresmikan . Aku berlama-lama menatapnya . Lalu aku menahan dan mulai mengemis pengampunan Allah Ta'ala . Dalam perjalanan pulang seorang wanita tua berkata: " Tuanku , mengapa wajah Anda sepanjang gelap ? " Aku mengambil cermin dan lihatlah ! wajahku telah berubah gelap . Aku memeriksa hati nurani saya dan mencari : mana bencana menimpa saya? Aku ingat melihat Aku mengusir . Lalu aku duduk sendirian di suatu tempat , meminta ampunan Allah dengan tekun . Aku memutuskan untuk hidup austerely selama empat puluh hari . [ Selama waktu itu ] pikiran datang ke hati saya : " Anda Kunjungi Syaikh al - Junayd . " Saya melakukan perjalanan ke Baghdad . Ketika aku sampai di kamar tempat ia tinggal aku mengetuk pintu dan mendengar dia berkata : " Ayo masuk, wahai Abu 'Amr Anda dosa di dalam al- Ruhba dan kami meminta maaf untuk Anda di sini di Baghdad . " 3
Al - Junayd juga mengatakan : " Di antara tanda-tanda murka Allah terhadap hamba adalah bahwa Dia membuatnya sibuk dengan apa yang bukan urusan dia." 5

 Ibn al- Qayyim dalam al- Fawa'id menegaskan keunggulan perjuangan melawan ego ( jihad al - nafs ) atas semua perjuangan dan kutipan al- Junayd lainnya :

Allah berfirman : Mereka yang telah berjuang demi kami , Kami membimbing mereka dengan cara-cara kami ( 29:96 ) . Dia dengan demikian membuat bimbingan tergantung pada jihad . Oleh karena itu , yang paling sempurna dari orang -orang dari mereka yang berjuang paling demi Dia , dan yang paling wajib jihad ( afrad al - jihad ) adalah jihad melawan ego , jihad melawan keinginan , jihad melawan setan , dan jihad melawan dunia yang lebih rendah . Siapapun perjuangan melawan keempat , Allah akan membimbing mereka ke cara keridhaan-Nya yang menyebabkan surga-Nya , dan siapa pun yang meninggalkan jihad , maka dia meninggalkan bimbingan dalam proporsi nya meninggalkan jihad .
Al - Junayd berkata : " [ Ayat ini berarti ] Mereka yang telah berjuang melawan keinginan mereka dan bertobat demi kita , kita akan membimbing mereka dengan cara-cara ketulusan Dan satu tidak bisa berjuang melawan musuhnya lahiriah kecuali dia yang berjuang melawan musuh tersebut dalam hati . . Lalu siapa pun yang diberi kemenangan atas mereka akan menang atas musuhnya . Dan barangsiapa dikalahkan oleh mereka , musuhnya mengalahkan dia . " 6

Ibnu Abidin terkait dalam fatwanya tentang diperbolehkannya pertemuan zikir :

Imam Dua Grup , 7 kami menguasai al - Junayd diberitahu : " Orang-orang tertentu memanjakan diri dalam perilaku wajd atau gembira , dan bergoyang dengan tubuh mereka . " Dia menjawab : . . " Biarkan mereka untuk kebahagiaan mereka dengan Allah Mereka adalah orang-orang yang sayang telah dihancurkan oleh jalan dan yang dadanya telah terkoyak oleh usaha, dan mereka tidak mampu menanggungnya Tidak ada dosa bagi mereka jika mereka bernapas sementara sebagai obat bagi negara intens mereka. Jika Anda merasakan apa yang mereka rasa , Anda akan maafkan kegembiraan mereka. " 8

Dalam Kitab al - Fana ' ( " Kitab Pemusnahan Diri " ) al- Junayd menyatakan:

Adapun pilih dan pilih pilih , yang menjadi alien melalui keanehan kondisi mereka - kehadiran bagi mereka adalah kerugian , dan kenikmatan dari saksikan adalah perjuangan . Mereka telah dihapuskan dari setiap jejak dan setiap signifikasi yang mereka temukan dalam diri mereka atau bahwa mereka menyaksikan sendiri . Real telah ditundukkan mereka , mereka dihapuskan , dimusnahkan mereka dari atribut mereka sendiri , sehingga adalah Real yang bekerja melalui mereka , pada mereka , dan bagi mereka dalam segala hal yang mereka alami . Ini adalah Real yang menegaskan urgensi seperti di atas mereka dan melalui bentuk penyelesaian dan perfection
Al - Junayd melanjutkan ziarah jalan kaki tiga puluh kali .

Dalam proses persidangan al - Hallaj , mantan muridnya , Khalifah waktu yang diminta fatwanya dan ia mengeluarkan fatwa ini : " Dari penampilan luar dia mati dan kita menilai sesuai dengan penampilan luar dan Allah lebih tahu " .

Kematian Hadhrat Junayd al- Baghdadi

Di ranjang kematiannya ia membacakan Al-Qur'an tak henti-hentinya . Al - Jariri terkait bahwa ia mengatakan kepadanya : " ! . O Abu al - Qasim Tempatkan diri Anda nyaman "
Dia menjawab : " Wahai Abu Muhammad Apakah Anda tahu siapa yang lebih membutuhkan Qur'an pada saat ini , ketika rekor saya sedang melipat ! ? " Dia selesai satu Khatma kemudian mulai ulang sampai dia mengucapkan tujuh puluh ayat Sura , lalu ia mati. Ibn ` Imad al- Hanbali mengatakan : " Jika kita berbicara tentang jasa-jasanya kita bisa mengisi volume . "

Sebelum kematiannya Junayd memerintahkan bahwa semua pepatah pengetahuan dikaitkan dengannya yang orang telah ditulis harus dikubur . Ketika orang bertanya alasan dia berkata , " Ketika orang-orang memiliki pengetahuan tentang Nabi Allah dengan mereka , aku ingin agar aku dapat bertemu Allah Ta'ala di negara bagian yang tetap tidak ada dikaitkan dengan saya" .

Setelah kematiannya Syaikh Ja'far al - Khaldi melihatnya dalam mimpi . Ja'far al- Khaldi bertanya Junayd " Bagaimana Allah Ta'ala memperlakukan Anda ? "

Junayd menjawab :

طاحت تلك الاشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك العلوم ونفدت تلك الرسوم , وما نفعنا الا ركعات نركعها في الاسحار

"Mereka tanda-tanda halus selesai , frase menghilang , mereka ilmu yang dimusnahkan , mereka ilustrasi yang terhapus dan tidak membantu kami kecuali beberapa rak ` ats yang kita digunakan untuk berdoa sebelum fajar " .

http://www.sunnah.org/history/Scholars/imam_junayd.htm

Imam Al Ghazali

Imam Al Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.
Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau
Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi’iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193 dan 194).
Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu
Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”
Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”
Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).
Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/194).
Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191).
Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.
Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya
Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi.” (Majmu’ Fatawa 6/54).

Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu.” (Majmu’ Fatawa 6/54).
Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.
Adz Dzahabi berkata, “Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa.” (Siyar A’lam Nubala 19/328).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar’i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, “Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu.” (Majmu’ Fatawa 4/164).
Polemik Kejiwaan Imam Ghazali
Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, “Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami’ Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, “An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi.” (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34).
Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur’an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.
Masa Akhir Kehidupannya
Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, “Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri.”
Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, “Bawa kemari kain kafan saya.” Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, “Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut.” Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/201).



Biografi Imam Hafs [حفص]

Imam Hafsh perawi utama Imam ‘Ashim. Riwayat Hidup Imam Hafsh. Namanya Hafsh bin Sulaiman bin al-Mughirah, Abu Umar bin Abi Dawud al-Asadi al-Kufi al-Ghadliri al-Bazzaz. Beliau lahir pada tahun 90 H. Pada masa mudanya beliau belajar langsung kepada Imam ‘Ashim yang juga menjadi bapak tirinya sendiri. Hafsh tidak cukup mengkhatamkan Al-Qur’an satu kali tapi dia mengkhatamkan Al-Qur’an hingga beberapa kali, sehingga Hafsh sangat mahir dengan Qira’at ‘Ashim.
Sangatlah beralasan jika Yahya bin Ma’in mengatakan bahwa : “riwayat yang sahih dari Imam ‘Ashim adalah riwayatnya Hafsh”. Abu Hasyim ar-Rifa’I juga mengatakan bahwa Hafsh adalah orang yang paling mengetahui bacaan Imam ‘Ashim. Imam adz-Dzahabi memberikan penilaian yang sama bahwa dalam penguasaan materi Qira’at, Hafsh adalah merupakan seorang yang tsiqah (terpercaya) dan tsabt (mantap).
Sebenarnya Imam ‘Ashim juga mempunyai murid-murid kenamaan lainnya, salah satu dari mereka yang akhirnya menjadi perawi yang masyhur adalah Syu’bah Abu bakar bin al-‘Ayyasy. Hanya saja para ulama lebih banyak mengunggulkan Hafsh daripada Syu’bah. Imam Ibn al-Jazari dalam kitabnya “Ghayah an-Nihayah fi Thabaqat al-Qurra’ ” tidak menyebutkan guru-guru Hafsh kecuali Imam ‘Ashim saja. Sementara murid-murid beliau tidak terhitung banyaknya, mengingat beliau mengajarkan Al-Qur’an dalam rentang waktu yang demikian lama. Di antara murid-murid Hafsh adalah : Husein bin Muhammad al-Murudzi, Hamzah bin Qasim al-Ahwal, Sulaiman bin Dawud az-Zahrani, Hamd bin Abi Utsman ad-Daqqaq, al-‘Abbas bin al-Fadl ash-Shaffar, Abdurrahman bin Muhamad bin Waqid, Muhammad bin al-fadl Zarqan, ‘Amr bin ash-Shabbah, Ubaid bin ash-Shabbah, Hubairah bin Muhammad at-Tammar, Abu Syu’aib al-Qawwas, al-Fadl bin Yahya bin Syahi, al-Husain bin Ali al-Ju’fi, Ahmad bin Jubair al-Inthaqi dan lain-lain.
Hafsh memang seorang yang menghabiskan umurnya untuk berkhidmah kepada Al-Qur’an. Setelah puas menimba ilmu Qira’at kepada Imam ‘Ashim, beliau berkelana ke beberapa negeri antara lain Baghdad yang merupakan Ibukota negara pada saat itu. Kemudian dilanjutkan pergi menuju ke Mekah. Pada kedua tempat tersebut, Hafsh mendarma baktikan ilmunya dengan mengajarkan ilmu Qira’at khususnya riwayat ‘Ashim kepada penduduk kedua negeri tersebut.
Sanad Bacaan Hafsh , Sanad ( runtutan periwayatan) Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim berujung kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sementara bacaan Syu’bah bermuara kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud. Hal tersebut dikemukakan sendiri oleh Hafsh ketika beliau mengemukakan kepada Imam ‘Ashim, kenapa bacaan Syu’bah banyak berbeda dengan bacaannya..? padahal keduanya berguru kepada Imam yang sama yaitu ‘Ashim. Lalu ‘Ashim menceritakan tentang runtutan sanad kedua rawi tersebut. Runtutan riwayat Hafsh adalah demikian: Hafsh - ‘Ashim - Abu Abdurrahman as-Sulami- Ali bin Abi Thalib. Sementara runtutan periwayatan Syu’bah adalah demikian: Syu’bah- Ashim- Zirr bin Hubaisy-Abdullah bin Mas’ud.
Secara garis besar bisa penulis rangkum sebagai berikut :
1.Jika dilihat dari segi materi ilmiah, maka riwayat Hafsh adalah riwayat yang relatif mudah dibaca bagi orang yang non Arab mengingat beberapa hal :
Pertama : tidak banyak bacaan Imalah, kecuali pada kata : (مجراها ) pada surah Hud. Hal ini berbeda dengan bacaan Syu’bah, Hamzah, al-Kisa’i, Abu ‘Amr dan Warsy yang banyak membaca Imalah.
Kedua : tidak ada bacaan Shilah Mim Jama’ sebagaimana apa yang kita lihat pada bacaan Qalun dan Warsy. Bacaan Shilah membutuhkan kecermatan bagi pembaca, mengingat bacaan ini tidak ada tanda tertulisnya.
Ketiga : Dalam membaca Mad Muttashil dan Munfashil, bacaan riwayat Hafsh terutama thariq Syathibiyyah tidak terlalu panjang sebagaimana bacaan Warsy dan Hamzah yang membutuhkan nafas yang panjang. Bahkan dalam thariq Thayyibah, yaitu yang melalui jalur ‘Amr bin ash-Shabbah thariq Zar’an dan al-Fil bacaan Hafsh dalam Mad Munfashil bisa Qashr (2 harakat).
Keempat : dalam membaca Hamzah baik yang bertemu dalam satu kalimah atau pada dua kalimah, baik berharakat atau sukun, riwayat Hafsh cenderung membaca tahqiq yaitu membaca dengan tegas (syiddah) dengan tekanan suara dan nafas yang kuat, sehingga terkesan kasar. Hal ini berbeda dengan bacaan Nafi’ melalui riwayat Warsy, Qalun. Bacaan Abu ‘Amr melalui riwayat ad-Duri dan as-Susi. Bacaan Ibn Katsir melalui riwayat al-Bazzi dan Qunbul yang banyak merubah bacaan Hamzah menjadi bacaan yang lunak. Contohnya adalah pada Hamzah sakinah atau jika ada dua Hamzah bertemu dalam satu kalimah atau dua kalimah. Imam Hafsh mempunyai bacaan tashil baina baina hanya pada satu tempat saja yaitu pada kalimat : ( ءأعجمى ) pada surah Fushshilat : 44.
Kelima : Hafsh mempunyai bacaan Isymam hanya pada satu tempat yaitu pada kata : ( لا تأمنا ) sebagaimana juga bacaan imam lainnya selain Abu Ja’far.
Keenam: Hafsh mempunyai bacaan Mad Shilah Qashirah hanya pada kalimat : ويخلد فيه مهانا ) ) pada surah al-Furqan: 69. Hal ini berbeda dengan bacaan Ibn Katsir yang banyak membaca Shilah Ha’ Kinayah.
2.Jika dilihat dari awal kemunculan bacaan ‘Ashim yaitu di Kufah atau Iraq, secara politis, negeri Kufah (Iraq) adalah negerinya pengikut Ali (Syi’ah). Bacaan Hafsh juga bermuara kepada sahabat Ali. Kemudian Negeri Baghdad, dimana Hafsh pernah mengajar disini, adalah Ibukota negara (Abbasiyyah) pada masa itu, pusat kegiatan ilmiah, sehingga penyebarannya relatif lebih mudah. Jika kemudian Hafsh bermukim di Mekah kiblat kaum Muslimin yang banyak dihuni mukimin dari berbagai penjuru dunia dan mengajar Al-Qur’an di sini, maka bisa dibayangkan pengaruh bacaannya. Penulis juga melihat adanya hubungan yang cukup signifikan antara madzhab fikih dan Qira’at. Sebagai contoh: riwayat Warsy adalah riwayat yang banyak diikuti oleh masyarakat di Afrika Utara. Di sana madzhab fikih yang banyak dianut adalah madzhab Maliki. Masa hidup Imam Malik adalah sama dengan masa hidup Imam Nafi’. Keduanya di Madinah. Bisa jadi pada saat masyarakat Afrika Utara berkunjung ke Madinah untuk haji atau lainnya, mereka belajar fikih kepada Imam Malik dan belajar Qira’atnya kepada Imam Nafi’. Kita tahu bahwa Hafsh pernah bermukim dan mengajar Al-Qur’an di Mekah. Imam Syafi’i juga hidup di Mekah. Boleh jadi pada saat hidupnya kedua Imam tersebut kaum Muslimin memilih madzhab kedua Imam tersebut. Kemudian jika kita melihat sanad bacaan riwayat Hafsh pada guru-guru dari Indonesia, semisal sanad Kiai Munawwir Krapyak, akan kita jumpai banyak ulama madzhab Syafi’i pada sanad tersebut, seperti Zakariyya al-Anshari dan lain sebagainya.
3.Hafsh mempunyai jam mengajar yang demikian lama, sebagaimana dikatakan oleh Ibn al-Jazari sehingga murid-muridnya bertebaran di berbagai tempat. Hal ini berbeda dengan Syu’bah yang tidak begitu lama mengajar.

4.Hafsh dianggap sebagai perawi Imam ‘Ashim yang demikian piawai dan menguasai terhadap bacaan gurunya. Sebagaimana diketahui Hafsh adalah murid yang sangat setia pada ‘Ashim. Mengulang bacaan berkali-kali, dan menyebarkan bacaan ‘Ashim di beberapa negeri dalam rentang waktu yang demikian lama. Makki al-Qaisi menyebutkan bahwa ‘Ashim mempunyai kefashihan membaca yang tinggi, validitas sanadnya juga sangat kuat dan para perawinya juga tsiqah (sangat dipercaya).
 5.Ghanim Qadduri al-Hamd menyebutkan bahwa mushaf pertama yang di cetak di Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M/1106 H, diharakati dengan bacaan Hafsh yang ada di perpustakaan-perpustakaan di beberapa negeri Islam. Hal ini mempunyai banyak pengaruh pada masyarakat, dimana mereka menginginkan adanya mushaf yang sudah dicetak. Para penerbit mushaf di Hamburg sudah tentu melihat terlebih dahulu kecenderungan masyarakat Islam pada saat itu. Bahkan Blacher, seorang orientalis yang cukup terkemuka dalam bidang studi Al-Qur’an pernah mengatakan : ( ان الجماعة الاسلامية لن تعترف فى المستقبل الا بقراءة حفص عن عاصم ) artinya : kaum Muslimin pada masa yang akan datang tidak akan menggunakan bacaan Al-Qur’an kecuali dengan riwayat Hafsh dari ‘Ashim. Pernyataan Blacher yang pasti didahului oleh pengamatan yang seksama, jelas menggambarkan kecenderungan masyarakat di dunia Islam pada saat itu dan pada masa yang akan datang sehingga dia bisa memastikan hal tersebut.
6.Ghanim Qadduri juga menyebutkan dengan melansir dari kitab “Tarikh Al-Qur’an” karya Muhammad Thahir Kurdi, bahwa penulis mushaf yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Turki Usmani, adalah al-Hafizh Usman (w. 1110 H). Penulis ini sepanjang hidupnya telah menulis mushaf dengan tangannya sendiri, sebanyak 25 mushaf. Dari mushaf yang diterbitkan inilah riwayat Hafsh menyebar ke seantero negeri. Penulis melihat bagaimana hubungan antara keahlian menulis mushaf dengan khat yang indah bisa menjadi unsur yang cukup signifikan dalam penyebaran satu riwayat. Jika kemudian pemerintah Turki Usmani mencetak mushaf sendiri, dan menyebarkannya ke seantero negeri kekuasaannya, maka hal itu akan menambah pesatnya riwayat Hafsh. Dari sini penulis melihat adanya hubungan antara kekuasaan politik dengan penyebaran satu ideologi tertentu.
7.Peranan para qari’, guru, imam salat, dan radio, kaset, televisi, juga sangat berpengaruh terhadap penyebaran riwayat Hafsh. Kita tahu bahwa rekaman suara pertama di dunia Islam adalah suaranya Mahmud Khalil al-Hushari atas inisiatif dari Labib Sa’id sebagaimana diceritakannya sendiri pada kitabnya “ al-Mushaf al-Murattal atau al-Jam’ash Shauti al-Awwal” rekaman ini dengan riwayat Hafsh thariq asy-Syathibiyyah. Suara yang bagus melalui teknologi yang canggih ikut memengaruhi satu bacaan.
8.Lebih dari penyebab lahiriah dari penyebaran riwayat Hafsh, kita tidak boleh melupakan adanya penyebab “maknawiyyah” atau faktor “berkah” atau bisa kita katakan faktor “x” pada diri Hafsh. Unsur-unsur spiritual seperti kesalehan, keikhlasan, ketekunan, pengorbanan Hafsh dalam mengabdi kepada Al-Qur’an ikut menjadi penyebab tersebarnya satu riwayat bahkan madzhab fikih atau lainnya. Penutup. Riwayat Hafsh telah menjadi femomena tersendiri dalam penyebaran satu riwayat dalam Qira’at.
Dalam Ilmu Qira’at ada sepuluh Imam Qira’at yang sangat masyhur, bacaan mereka disepakati oleh Ulama Qira’at sebagai bacaan yang mutawatir, artinya bacaan yang betul-betul asli berasal dari nabi Muhammad dari malaikat Jibril dari Allah. Sepuluh Imam Qira’aat tersebut ialah : 1. Nafi’ bin Abi Nu’aim al-Ashbihani. 2. Ibn Katsir, Abdullah bin Katsir al-Makki. 3. Abu ‘Amr , Zaban bin al-‘Ala’. 4. Ibn ‘Amir Abdullah bin ‘Amir as-Syami. 5. ’Ashim bin Abi an-Najud. 6. Hamzah bin Habib az-Zayyat. 7. Kisa’I, Ali bin Hamzah. 8. Abu Ja’far, Yazid bin al-Qa’qa’. 9. Ya’qub al-Hadlrami dan 10. Khalaf al-bazzar (al-Bazzaz). Setiap Imam tersebut mempunyai banyak murid. Di antara mereka ada murid kenamaan yang sangat mahir meriwayatkan bacaan Al-Qur’an dari imam-imam mereka atau murid-muridnya. Dalam perjalanan waktu, dan karena seleksi ilmiah dan alamiah, muncul nama-nama yang akhirnya dijadikan sebagai referensi yang sangat valid dan sangat dipercaya sebagai bacaan yang merefleksikan bacaan Imam-Imam qira’at sebagaimana di atas. Mereka yang disebut sebagai para perawi dari Imam-Imam sepuluh adalah : 1. Nafi’ kedua perawinya : Qalun dan Warsy. 2. Ibn Katsir : al-Bazzi dan Qunbul. 3. Abu ‘Amr : ad-Duri dan as-Susi. 4. Ibn ‘Amir : Hisyam dan Ibn Dzakwan. 5. ‘Ashim: Syu’bah dan Hafsh. 6. Hamzah : Khalaf dan Khallad. 7. Al-Kisa’I : Abu al-Harits dan ad-Duri al-Kisa’i. 8. Abu Ja’far : Ibn Jammaz dan Ibn Wardan. 9. Ya’qub : Rauh dan Ruwais. 10. Khalaf : Ishaq dan Idris
Sehingga lah ilmu Qiraat ini berkembang sampai kehari ini.Pada hari ini kebanyakan umat Islam menggunakan bacaan alQuran mengikut riwayat Hafs . Ini menunjukkan terdapat keistemewaan dalam riwayat ini berbanding dengan riwayat-riwayat lain . Antara keistemewaan riwayat ini ialah:
1. Sanad Imam Hafs bersambung dengan gurunya sehingga kepada Rasulullah s.a.w.
2. Perawi- perawi sanad Imam Hafs adalah di kalangan ulama yang muktabar dan dihormati pada zaman mereka.
3. Khilaf yang terdapat pada bacaan Imam Hafs adalah sedikit jika dibandingkan dengan riwayat-riwayat lain seperti terdapat hanya satu malah, satuTashil, satu al-Raum atau al-Isymam,empat tempat Saktah dan lain-lain
Mengikut riwayat yang sahih beliau lahir pada tahun 90H dan meninggal pada tahun 180H.