Dari Ma’mar, dari Ibnu Thawus, dari bapaknya, dia berkata,
“Di zaman dulu hiduplah seorang dari Bani Israil dengan empat orang anaknya.
Suatu ketika dia jatuh sakit. Salah seorang dari mereka berkata kepada
saudaranya, ”Kalian mau merawat ayah, padahal kalian tidak akan mendapatkan
warisan dari ayah? Saya saja yang merawatnya. Biarlah saya tidak mendapatkan
warisan.”
Maka si anak tersebut merawat ayahnya hingga meninggal, lalu
menguburnya. Benar,dia tidak mendapatkan warisan sedikit pun.
Suatu ketika, dia bermimpi di datangi seorang miskin namun
berlagak sombong. Orang miskin tadi berkata, “Datanglah ke tempat anu, lalu
galilah, niscaya kamu akan menemukan seratus dinar uang. Setelah itu ambillah!”
Dalam mimpinya si anak tadi bertanya, “Uang tersebut ber
barokah tidak?”
Orang tadi menjawab, “Tidak!”
Keesokkan paginya si anak tadi mencritakan kejadian tersebut
kepada istrinya. Istrinya berkata, “Pergi ambil saja uang itu. Uang itu akan
ber barokah kalau sebagian kau belikan pakaian untukku dan sebagaimana kita
gunakan untuk belanja hidup kita.”
Dia enggan mengambilnya,dan menjawab perkataan istrinya,
“Saya tidak mau mengambilnya sesuatu yang tidak ber barokah.”
Tatkala malam tiba, dia tidur, dan bermimpi yang sama.
Berkatalah si miskin tadi dalam mimpi tersebut, “Datanglah ke tempat anu, dan
ambillah sepuluh dinar!”
Dalam mimpi si anak tadi bertanya, “Uang tersebut ber barokah
atau tidak?”
Orang tadi menjawab, “Tidak.”
Keesokan paginya si anak tadi menceritakan kejadian tersebut
pada istrinya. Istrinya menyampaikan perkataan sebagaimana disampingkan pada
mimpi yang pertama. Namun si anak tadi pun tetap tidak mau mengambilnya.
Kemudian pada malam ketiga diam bermimpi yang sama.
Berkatalah si miskin tadi dalam mimpinya tersebut, “Datanglah ke tempat anu,
dan ambillah satu dinar.”
Dalam mimpi si anak tadi bertanya, “ Uang tersebut ber barokah
atau tidak?”
Orang tadi menjawab, “Ya, ber barokah.”
Si anak tadi berkata, “Kalau begitu, saya mau mengambilnya.”
Keesokan paginya si anak pergi ke tempat yang ditunjukan
dalam mimpi. Benar, dia menemukan uang dinar itu di sana, lalu di ambil.
Sepulang dari mengambil uang, dia bertemu dengan seorang
pencari ikan yang membawa dua ekor ikan. Si anak menawar, “Berapa harganya?”
Dia menjawab, “Satu dinar.”
Akhirnya si anak membeli dua ekor ikan tesebut dan
membawanya pulang. Sampai di rumah ikan tersebut dibersihkan oleh istrinya.
Tatkala si istri membedah perut ikan yang pertama, dia
menemukan sebutir intan di dalamnya. Sebutir intan yang tidak ada taranya.
Demikian pula dengan ikan yang satunya lagi. Di dalam
perutnya ternyata juga terdapat intan yang sama seperti pada ikan yang pertama.
Anak tadi berkata, “Intan ini dicari-cari oleh para raja.
Mereka akan mencari dimana pun berada dan berani membayarnya berapapun
harganya. Karena intan seperti ini memang tak ada duanya di dunia ini.”
Kabar ditemukannya intan tersebut samapi kepada raja. Raja
berkata, “Tunjukkan intan tersebut kepada saya! Saya akan membelinya.”
Si anak tadi memenuhi permintaan raja. Dibawanya intan
tersebut kepada raja. Tatkala melihat intan tersebut, Allah menjadikan raja
terkagum-kagum dengan keindahannya. Raja berkata, “ Berapa harga intan ini?”
Si anak menjawab, “Emas tidak boleh kurang dari tiga puluh
angkutan kuda.”
Raja menjawab, “Saya siap membelinya.”
Lalu para pengawal raja menyediakan emas sebanyak tiga puluh
angkutan kuda untuk membayar intan milik anak tadi. Kemudian, raja memandangi intan
yang baru saja dibelinya. Dia sangat terkagum-kagum. Raja berkata kepada
pengawalnya, “Intan ini akan lebih indah bila anda sepasang. Mintakan
pasangannya!”
Lalu para pengawalnya mendatangi anak tadi untuk membeli
intan yang satunya. Para pengawal berkata kepada anak tadi, “Apakah kamu
mempunyai intan pasangannya? Kalau ada, intan pasangannya nanti akan kami beli
sekalian dengan harga yang berlipat-lipat.”
Anak tadi menjawab, “Benarkah?” Mereka menjawab, “Benar.”
Intan yang menjadi pasangannya itu dibawa dan ditunjukkan
kepada raja. Tatkala melihat intan pasangannya itu, raja tertarik sekali, lalu
berkata, “Saya mau membelinya.”
Lalu para pengawalnya membeli intan tersebut dengan harga
yang sama seperti intan yang satunya.”[1]
Sumber: Kisah Kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak,
Ibrahim bin Abdullah Musa Al Hazmi, Media Hidayah 2004
Artikel www.KisahMuslim.com
[1] Lihat kitab Al Bidayah wa An Nihayah (IX/235-242).
Pengarang kitab tersebut menyebutkan bahwa kisah ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani.
http://kisahmuslim.com/kisah-bakti-anak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar