Minggu, 17 November 2013

Habib Ali Bin Umar Bin Abubakar Al Khamid

Kalau di Jawa ada istilah Wali Songo, tokoh-tokoh penyebar Islam yang jumlahnya sembilan, di Bali ada pula istilah Wali Pitu. Bagaimana kisahnya dan siapa saja Wali Pitu itu?
Syiar Islam di Bali memiliki kisah tentang keberadaan Wali Pitu. Mereka merupakan para penyebar Islam yang telah mencapai derajat kewalian yang jumlahnya tujuh orang. Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Denpasar, Mustofa Al Amin, nama Wali Pitu merupakan hasil penelitian dari Habib Toyib Zein Assegaf.
“Beliau mendapat isyarat secara kesufian, beliau selalu mendapatkan mimpi secara berulang datang ke bali, hingga suatu waktu beliau bertemu dengan orang Bali yang kebetulan datang ke mojokerto dalam rangka belanja sepatu untuk kepentingan usahanya, kemudian Beliau Habib Toyib ikut dengan orang Bali tersebut sampai ke bali. Kemudian sesampainya di Bali berdasarkan isyarah yang datang kepada Beliau, dengan di temani seorang temannya yg berada di Monang Maning, Beliau melakukan penelitian lapangan, dalam pencariannya untuk menguak tentang adanya ketujuh orang penyiar Islam di Bali ini dan fakta membuktikan isyarat itu benar adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu.
Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu, bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di Bali.
“Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali,” ulasnya.
“Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak boleh menyimpang dari syariah.”
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat menerima atau tidak keberadaan mereka itu merupakan keyakinan masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. MUI Denpasar mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.
Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya untuk segera dilakukan. “Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh tersebut,” ajaknya.
“Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan.”
Berikut beberapa nama Auliya’ yang disebut Wali Pitu:
1.      Raden Mas Sepuh / Pangeran Amangkuningrat (Keramat Pantai Seseh).
2.      Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi (Keramat Bukit Bedugul).
3.      Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di (Keramat Pantai Kusamba).
4.      Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus (Keramat Karangasem).
5.      Syeich Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi (Keramat Karangasem)
6.      Syeich Abdul Qodir Muhammad (Keramat Karangrupit)
7.      Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana

Diposkan oleh Agus hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar