Izrael, Malaikat pencabut nyawa sangat mengagumi kepandaian
Nabi Idris. Izrael ingin lebih mengenal Nabi Idris. Atas izin Allah, diam-diam
Izrael menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum,” Malaikat Izrael memberi salam sambil
mengetuk pintu.
“Wa’alaikum salam,” jawab Nabi Idris, “Silahkan masuk,
siapakah itu, dan ada perlu apa datang kemari?”
Izrael menyampaikan maksudnya untuk berkenalan dengan Nabi
Idris sebagai utusan Allah. Akhirnya Nabi Idris mengajak Izrael menginap di
rumahnya.
Di rumah Nabi Idris, keduanya asyik beribadah, mereka tidak banyak bicara
melainkan terus beribadah. Ketika tiba waktu makan, Nabi Idris mempersilahkan
tamunya makan. Tamunya menolak. “Silahkan tuan makan sendiri, saya ingin
melanjutkan ibadah saya kepada Allah,” jawabnya.
Setelah makan nabi Idris melanjutkan ibadah bersama tamunya
sampai tiba waktu tidur. “Silahkan tuan tidur disini,” Nabi Idris menunjukkan
tempat tidur tamu.
“Silahkan tuan tidur dulu, saya masih ingin melanjutkan
ibadah saya,” jawab sang tamu, tanpa menunjukkan rasa lelah.
Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang. Nabi Idris
sangat heran,, siapakah sebenarnya tamu ini, kenapa tamu aneh ini tidak mau
makan dan tidur? Dengan hati-hati Nabi Idris menanyakan hal itu kepada tamunya.
“Saya adalah Izrael, Malaikat pencabut nyawa,” kata sang
tamu. Nabi Idris sangat kaget. “Jadi, engkau datang untuk mencabut nyawa saya?”
tanya Nabi Idris.
Izrael menggeleng, lalu menjelaskan keinginannya untuk
mengenal Nabi Idris lebih jauh. Barulah Nabi Idris sadar, memang begitulah
kehidupan malaikat. Dan para Malaikat memang suka mendekati orang-orang yang
beriman. Bila orang beriman sedang shalat, berdoa, atau melakukan amal saleh,
banyak malaikat yang mengerumuninya.
“Sebenarnya saya ingin merasakan bagaimana rasanya jika
nyawa seseorang sedang di cabut,” ujar Nabi Idris tiba-tiba.
“Permintaan tuan aneh sekali,” kata Izrael. Selama ini
manusia justru takut nyawanya akan dicabut.
Idris menjelaskan kepada Izrael bahwa pengalamannya akan
menjadi bekal dalam berdakwah. Dengan izin Allah, Malaikat Izrael melakukan apa
yang diminta Nabi Idris. Dicabutnya nyawa Nabi Idris, lalu segera dikembalikan lagi.
“Saya tidak merasakan apa-apa,” kata Idris setelah bangun
dari kematiannya
“Karena saya melakukannya dengan lembut. Begitulah yang
selalu saya lakukan terhadap orang-orang beriman,” kata Izrael.
“Bagaimana dengan orang yang tidak beriman? Tanya Nabi Idris
penasaran.
“Oh, mereka akan merasakan luar biasa kesakitan waktu nyawa
mereka dicabut,” kata Izrael. Nabi Idris ingin mendengarnya. Terlebih waktu
Izrael mengatakan, rasa sakit itu akan dirasakan simati sampai hari kiamat.
Nabi Idris tidak mampu membayangkan betapa sakitnya. Sakit sehari saja rasanya
sudah tidak tahan, apalagi kalau harus menanggungnya hingga ratusan tahun
sambil menunggu waktu kiamat tiba. Sebaliknya orang yang beriman akan merasakan
kebahagiaan. Setelah mati, mereka akan menikmati hasil setiap amal saleh mereka
di dunia,” tutur Izrael menjelaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar