Makam kuno Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir di Kelurahan
Lateng, Banyuwangi, Jawa Timur. merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh
sebagian umat muslim Banyuwangi, Jawa Timur dan Bali. Ia adalah Wali Besar yang
berperan dalam penyebaran Islam di kota Banyuwangi dan sekitarnya serta
penyebaran ajaran Islam di Loloan, Jembrana, Bali.
Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir adalah ulama dari Arab.
Pertama ia menginjakkan kaki di bumi Nusantara tahun 1770-an. Partama datang,
ia memilih Blambangan sebagai daerah transit. Kemudian ia melanjutkan siarnya
ke arah timur, hingga di perkampungan Melayu, Loloan.
Di tempat ini, Datuk Abdurahim menikahi seorang gadis
setempat, Zaenab, dan memiliki putra. Putra pertama Datuk Abdurahim, Syekh
Sayyid Bakar Bauzir, meninggal di Loloan dan dimakamkan di sana. Beberapa tahun
kemudian, istrinya, Zaenab, menyusul berpulang. Sejak itu, Datuk memilih
kembali ke Banyuwangi, bertempat tinggal di perkampungan Arab di Lateng.
Di Banyuwangi, Datuk meneruskan menyebarkan Islam, mengajak
putra keduanya, Datuk Ahmad, dan seorang sahabat karibnya, Syekh Hasan.
Penyebaran agama Islam dilakukannya hingga tutup usia tahun 1876. Datuk wafat
pada umur 86 tahunan. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum warga Arab di
Lateng. Sebagian umat muslim menyakralkan makam ini sampai sekarang. Banyak
karomah yang dimiliki oleh Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir di antaranya
menyembuhkan orang-orang sakit dan mendoakan orang-orang yang mempunyai hajat
dan terkabul hajatnya. Makam kuno di pinggir Jalan Basuki Rahmat dalam
mengelolanya dibentuk sebuah yayasan. Pada umumnya pengunjung biasanya
menyerahkan sumbangan sukarela usai berdoa di makam. Hasil sumbangan ini
digunakan merawat makam dan dibagikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim
untuk melestarikan kebiasaan Sayyid Datuk Abdurahim sewaktu Hidup.
Di Banyuwangi ada dua makam kuno lagi yang disakralkan. Dua
makam anak kedua Datuk dan sahabat karibnya itu berdampingan. Peziarah biasanya
membludak ketika malam Jumat. Puncaknya pada perayaan kelahiran Datuk tiap
minggu ketiga bulan Rajab. Peziarah yang juga datang dari luar kota Banyuwangi,
seperti Lampung, Jakarta, dan Bali.
Di areal makam, Datuk meninggalkan sumur kuno. Sumur ini
diyakini memiliki mukzijat yang mampu menyembuhkan penyakit dan mendatangkan
berkah. Para pejiarah biasanya membawa air suci ini untuk dibawa pulang. Di
dekat makam juga dibangun musala kecil. Di sekitar makam terdapat beberapa
makam lain dari keturunan Datuk.
Dalam ruangan khusus seluas 5x7 meter itu, Datuk Bauzir
dimakamkan. Tirai tipis menutupi nisannya yang berkeramik putih. Makam Datuk
diapit makam putranya, Syekh Ahmad, dan sahabatnya, Sayyid Hasan.
subhanallah banyuwangi patut dibanggakan memiliki sejarah panutan yang termahsyur,,semoga umat islam selalu mengikuti jejak beliau agar banyuwangi jadi kota santri ,,,,,,amin
BalasHapusSemoga datuk, putra, sahabat serta mereka yg mendukung perjuangan Beliau mndapat kemuliaan dari Allah SWT, amiin
BalasHapusAlhamdulillah baru selesai ziarah ke makam beliau semoga mendapatkan Barokahnya Aamiin,,,
BalasHapusAlhamdulillah, baru saja berziarah ke Malam Beliau. Ada rasa haru karena Allah menempatkan Saya di hotel yang dekat dengan Malam Beliau. Awalnya Saya Tidak tahu ada makam Aulia di Banyuwangi. Insha Allah akan sowan lagi. Bismillah. Aamiin
BalasHapus