salah satu putra Mufti Haji Muhammad As’ad putra Syarifah
putri Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Muhammad Arsyad yang dikenal
dengan sebutan Mufti Lamak. Ia termasuk cicit Syeikh Muhammad Arsyad yang
mewarisi ilmu-ilmu datuknya dan ayahnya dan menghimpun antara syriat dan
hakikat.
Muhammad Arsyad belajar di Tanah suci Mekkah beberapa tahun
lamanya, diantara guru-gurunya adalah:
- Asy-Syeikh Ahmad ad-Dimyiati (Mufti Syafi’iyyah)
- Asy-Syeikh Yusuf
- Asy-Syeikh ar-Rahbini
Ketika ia tiba dari menuntut ilmu di kota sumbernya ia
kemudian diangkat oleh Sultan Banjar menjadi Mufti di kerajaan Banjar. Selain
sebagai ulama ia juga dikenal sebagai seorang pahlawan, seorang ulama yang
berani menegakkan yang hak dan memberantas yang batil, kasih sayang terhadap
sesamanya, lemah lembut dalam berbicara, pemurah, adil terhadap yang benar dank
eras terhadap orang yang berbuat salah, sehingga kasihlah semua lapisan
masyarakat dan para pejabat.
Ia selalu menegakkan dan menjalankan faham Ahlus Sunah wal
Jamaah dan menegakkan prinsip ‘Menyerukan untuk berbuat kebaikan dan mencegah
terjadinya kemungkaran’.
Disamping jabatannya sebagai mufti di Kerajaan Banjar, ia
juga mengajar di dalam bidang berbagai ilmu agama, diantara muridnya adalah
Sultan Adam al-Watsiq Billah.
Mufti Haji Muhammad Arsyad, pernah menikah dengan beberapa
orang perempuan, yaitu:
- Tilamah, di muara sungai pamintangan, namun tak
mendapatkan keturunan.
- Kemudian ia menikah lagi di sungai karias dengan seorang
perempuan cantik yang bernama Tuan Inur (saudara Anang Ja’far ayahnya H.
Muhammad Thayyib, Lok Bangkal, seorang berilmu lagi mulia), juga tidak
memperoleh keturunan.
- Kemudian ia menikah lagi di Balimau, kandangan dengan Tuan
Rahimah, juga tidak memperoleh keturunan.
- Kemudian ia menikah di Martapura dengan ummu Salamah binti
Mufti H. Ahmad, dari istri putri seorang ulama besar inilah ia mendapat tujuh
orang anak, tiga orang putra dan empat orang putri, diantaranya:
Hafsah
Haji Utsman, seorang yang berilmu lagi mulia
Khadijah
Sa’idah
KH. Muhammad Hasyiem
Shafura (istri Datu Landak)
H. Abdul Muthalib
Mufti haji Muhammad Arsyad memiliki sifat-sifat kemuliaan,
seperti pemurah, pengasih, lemah lembut, sabar dan seorang ulama yang wara’
sehingga ia selalu dikasihi oleh saudara-saudaranya, terutama adiknya yang
bernama Haji Sa’duddin, Kubah Taniran, Kandangan. Sejak wafatnya Mufti Haji
Muhammad Arsyad sang adikpun jarang sekali pulang ke Martapura, karena ia
merasa benar-benar kehilangan atas kepergian kakak tercintanya.
Pada masa pemerintahan Sultan Abdur Rahman bin sultan Adam,
yang memerintah sekitar tahun 1857-1859 M atau sekitar tahun 1274-1276 H. Mufti
Muhammad Arsyad yang juga disebut Tuan Mufti Lamak bercita-cita akan pergi ke
tanah suci mekkahuntuk menunaikan ibadah haji, sebelum ia pergi maka lebih
dahulu ia mengunjungi kakak tertuanya, yakni H. Abu Thalhah, seorang yang
sangat berilmu, yang ketika itu masih menetap di Pagatan, sebagai perwujudan
sifat-sifatnya yang selalu menghormati dan memuliakan saudara tuanya dan rasa
kasih sayangnya terhadap kakak dan sesamany. Namun, setibanya ia di Pagatan, ia
mendapat sakit yang membawanya sampai meninggal dunia dan akhirnya di makamkan
di Pagatan, Kota Baru.
Menurut catatan H. Ismail Khatib, seorang yang berilmu dan
mulia. Tuan Mufti Haji Muhamad Arsyad, berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu
tiga likur hari bulan Rabiul Awwal 1275 H. Di masa pemerintahan Sultan Abdur
Rahman bin Sultan Adam, atau kira-kira 48 tahun setelah wafatnya Syeikh
Muhammad Arsyad al-Banjari yang wafat 6 Syawwal 1227 H.
Makamnya telah dibuatkan kubah oleh Mufti Indragiri, Riau,
KH.Abdur Rahman Shiddiq, sapat, selaku seorang cucu yang berbakti kepada sang
kakak tercinta. Kemudian dipugar atau direnovasi kembali dan menjadi bangunan
permanen oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kota Baru.
Diposkan oleh muhammad amirul amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar