Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan Maipa
Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer dikalangan
masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu
mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan
kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan
Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam
benak orang-orang makassar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris
ini pantas untuk diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar, Nama jalan itu
seakan sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah
Kota Makassar turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua.
Pada ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam
dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang konon katanya itulah makam
kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan kekasihnya Maipa Deapati.
Kisah percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati ini berawal
ketika Addengareng kakek dari Datu Museng melarikan diri bersama cucunya
menyebarangi lautan nan luas menuju ke negeri sumbawa, akibat dari politik adu
domba yang dilancarkan penjajah belanda di tanah Gowa, yang membuat bumi Gowa
bergejolak dan tidak kondusif lagi untuk dijadikan tempat tinggal yang aman.
Di Pulau sumbawa itulah akhirnya Datu Museng tumbuh menjadi
seorang yang dewasa dan bertemu dengan Maipa Deapati di Pondok Pengajian
Mampewa. Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak pertama kali
melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu
Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa
Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran Kesultanan Sumbawa, Pangeran
Mangalasa.
Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai
Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek dari Datu Museng
merasa malu karena merasa bahwa mereka hanyalah sebongkah emas yang telah
terkotori oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri Kerajaan Sumbawa.
Datu Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati
terhalang oleh tembok yang kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah
Datu Museng ke tanah Mekkah untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu
"Bunga Ejana Madina". Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata
bukannya membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah,
melainkan perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya
semakin kuat.
Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau Mekkah, maka Datu
Museng pulang kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu yang sangat besar kepada
Maipa Deapati. Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan
jatuh sakit, maka Datu Musengpun menolong Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya
dari tanah Mekkah.
Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai
Datu Museng, membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak,
Pangeran Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan tujuan untuk membunuh
Datu Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu tak dapat dikalahkan
oleh Pangeran Mangalasa dan Belanda.
Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan Sumbawa,
merekapun lantas dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai Pangllima
perang. Belum beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di Makassar tengah
bergejolak kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda yang berkuasa
ditanah Makassar. Sultan Lombok lantas meminta Datu Museng ke Makassar untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
Maka berangkatlah Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati ke
tanah Makassar, setibanya di Makassar, Datu Museng mendapatkan tantangan lain
karena Kapten dari Belanda itu justru mencintai Maipa Daepati, dan melancarkan
berbagai macam serangan kepada Datu Museng untuk merebut Maipa Deapati dari
Datu Museng. Akibatnya Datu Musengpun terdesak akibat serangan Belanda
tersebut. Namun bagi Maipa Deapati cintanya ke Datu Museng adalah harga mati
baginya, ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambilnya dari Datu Museng. Sang
kekasih Maipa Deapati lantas meminta kepada Datu Museng untuk membunuhnya,
sebab cintanya kepada Datu Museng hanya untuk Datu Museng seorang, ia merasa
lebih biak mati daripada harus menyerahkan dirinya kepada Belanda.
Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan
permintaan sang istri, iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang
kekasih tercinta. Setelah itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya
Maipa Deapati, Datu Musengpun lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang dimilikinya,
membiarkan dirinya dibunuh oleh penjajah Belanda. Kisah inilah yang terus
dikenang oleh masyarakat makassar, kisah percintaan Romeo And Juliet Versi
Makassar,,,,,,,,,,
Diposkan oleh Idhank Vieya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar