Kamis, 24 Oktober 2013

KH. Ismail

Tuan guru KH. Ismail dilahirkan di Kupang Belangmas sekitar ± 3 km dari kota Rantau. Ayahanda beliau bernama H. Muhammad bin H. Abdullah sedangkan ibunda beliau bernama Hj. Fatimah. Tuan guru H. Ismail di didik dalam lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan ibadah agama. Kakek Tuan guru H. Ismail yaitu H. Abdullah mempunyai hubungan keluarga yang sangat dekat dengan Tuan guru KH. Muhammad, Gadung. Oleh sebab itu Tuan guru H. Ismail mempunyai hubungan zuriat Datu Gadung Syeikh Salman al-Farisi.
Lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan ibadah agama sangat berdampak pada perkembangan pendidikan keagamaan Tuan guru H. Ismail. Mulai kecil beliau sudah dididik dalam hal keagamaan dan orang tua beliau cukup ketat dalam memberikan pendidikan agama terhadap anak-anak. Lingkungan keluarga inilah merupakan salah satu yang dapat mendorong beliau mempunyai ilmu pengetahuan agama dan menyelesaikan pendidikan agama.
A. Riwayat Pedidikan (mengaji)
Mengaji di Nagara
Kebanyakan orang-orang alim yang berasal dari Tapin imumnya pada awalnya mengaji di Nagara, Hulu Sungai Selatan. Demikian juga yang dilakukan oleh tuan guru KH. Ismail, beliau mengaji di Nagara dengan tuan guru-tuan guru yang berada di Nagara untuk mengaji berbagai kitab-kitab. Ilmu pengetahuan agama yang dipelajari selama mengaji di Nagara adalah tauhid, fiqih,tasauf. Setelah beberapa tahun mengaji di Nagara dengan tuan guru-tuan guru disana untuk mengaji berbagai kitab yang berhubungan dengan tauhid, fiqih dan tasawuf serta ilmu pengetahuan agama lainnya. Tuan guru KH. Ismail selama di Martapura juga mengaji secara khusus dengan mendatangi Tuan guru KH. Abdurrahman (Guru H. Adu) orang tua Tuan guru KH. Husein Qadri, tunggulirang.
Denga tuan guru KH. Abdurrahman, beliau banyak mendapatkan ilmu pengetahuan agama dan lebih mendalami lagi. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama sangat diperlukan dengan mendatangi tuan guru-tuan guru secara khusus di rumah. Sekitar ± 5 tahun beliau mengaji di Martapura, oleh orang tua beliau dikirim ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama.
Mengaji ke Mekkah
Tuan guru KH. Ismail adalah orang yang merasa tidak puas dengan ilmu pengetahuan agama yang sudah dimiliki, beliau selalu merasa ilmu pengetahuan agama yang dimilikimasih kurang dan ingin terus memperdalam ilmu agama. Oleh sebabitu beliau disuruh oleh orang tua untuk menuntut ilmu pengetahuan agama di Mekkah. Mengaji di Mekkah tidak berapa lama karena disebabkan situasi disana yang kacau dengan adanya perang saudara. Situasi yang kurang menguntungkan inilah bagi warga Negara asing terutama bangsa Indonesia yang berada di Mekkah untuk kembali ke tanah air.
Menurut catatan dari Tuan guru KH. Ismail bin H. Muhammad ketika beliau berada di Mekkah bahwa ada beberapa alim ulama yang tidak lagi sembahyang di Masjidil Haram. Mereka yang tidak lagi sembahyang di Masjidil Haram ini berbeda dengan pendapat kaum hawabi yang menguasai mekkah termasuk Tuan guru KH. Ali al-Banjari zuriat Datu Kalampayan yang menjadi guru di mekkah tidak mengikuti imam di Masjidil Haram. Ketika anak tuan guru KH. Ali yaitu tuan guru H. Husein Wali sembahyang di masjidil haram tidak mengikuti imam melainkan melaksanakan sendiri dan diikuti oleh murid-murid beliau. Apa yang dilakukan tuan guru KH. Husein Wali tersebut tersebar di masyarakat mekkah bahwa beliau tidak mengikuti imam pada waktu sembahyang. Padahal imam yang memimpin sembahyang di masjidil haram merupakan imam pilihan yang telah ditunjuk oleh raja.
Atas kejadian ini orang tua beliau KH. Ali al-Banjari dipanggil oleh raja untuk disidang dan tuan guru KH. Ali meminta agar imam tersebut juga dihadirkan. Dalam pertemuan tersebut tuan guru KH. Ali menyampaikan beberapa pertanyaan tentang tauhid kepada imam masjidil haram . jawaban yang disampaikan oleh imam masjid seolah-olah Tuhan sama dengan makhluk (manusia) mempunyai tangan dan kaki maka itu Mujassimah.
B. Mengembangkan syiar Islam
Bidang Dakwah
Tuan guru KH. Ismail telah mengaji dimana-mana, beliau kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan agama dengan membuka pengajian-pengajian. Di rumah beliau di Kupang Belangmas Rantau membuka pengajian dengan berbagai kitab yang disampaikan mengenai tauhid, fiqih, tasauf dan berbagai rukun-rukun. Di samping memberikan pengajian di rumah, beliau juga memberikan pengajian di langgar-langgar seperti langgar Timbung, langgar Banua Padang. Tuan guru KH. Ismail dalam memberikan pengajian sering diselingi dengan hal-hal yang lucu membuat jemaah yang mendengar menjadi segar tidak merasa jenuh.
Tuan guru KH. Ismail juga memberikan pengajian kepada masyarakat yang menghajatkan kepada beliau menyampaikan pengajian agama, selain memberikan pengajian secara rutin. Dalam meberikan pengajian dilakukan beliau dengan naik sepeda walaupun daerah yang dituju cukup jauh dan sulit dijangkau

Panitia Pembangunan Mesjid Tajul Qurra Kupang
Tuan guru KH. Ismail merupakan salah satu pemprakarsa pembangunan mesjid Tajul Qurra di Kupang Rantau . Pembangunan mesjid dikarenakan masyarakat kupang kalau melaksanakan sembahyang jumat, mereka pergi ke masyarakat Baiturrahman di Rantau yang berjarak ± 3 km. pada masa itu mesjid yang ada di sekitar rantau hanya mesjid Baiturrahman yang lainnya tidak ada. Jauhnya masyarakat kalau melaksanakan sembahyang jumat yang harus menempuh jarak ± 3 km, maka tuan guru KH. Ismail dengan beberapa tokoh masyarakat beinisiatif membangun mesjid di Kupang. Keinginan ingin membangun mesjid di kupang disambut gembira oleh masyarakat dengan cara bergotong royong mendirikan mesjid. Masyarakat begotong royong membeli kayu dan bahan bangunan lainnya serta bekerja bersama-sama membangun mesjid sebagai keinginan mereka. Setelah selesai membangun mesjid dan mesjid tersebut diberi nama dengan mesjid Tajul Qurra. Khotbah yang disampaikan setiap shalat jumat menggunakan bahasa arab sama seperti yang dilakukan di mesjid Keramat, Banua Halat
C. Berpulang ke Rahmatullah
Tuan guru KH. Ismail menunaikan rukun islam yang kelima naik haji ke mekkah bersama istri beliau pada tahun1957. Pada saat menunaikan ibadah haji di mekkah, Tuan guru KH. Ismail jatuh sakit dan sempat dibawa ke rumah sakit. Namun usaha ini tidak dapat menolong beliau dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir dengan usia ± 63 tahun. Tuan guru KH. Ismail dikuburkan di pemakaman di Mekkah yaitu Mu’ala.
D. Keramat Beliau
Tubuh Masih Utuh
Kekeramatan Tuan guru KH. Ismail dapat ditunjukkan oleh badan beliau tidak rusak walaupun sudah beberapa tahun meninggal dunia. Hal ini disampaikan oleh Hj. Amnah yang msih ada hubungan keluarga dengan Tuan guru KH. Ismail ketika naik haji sempat ziarah ke makam beliau di Mu’ala. Waktu mereka ziarah masuh diperbolehkan oleh petugas penjaga makam untuk melihat jasad dan Subhanallah tubuh Tuan guru KH. Ismail masih utuh dipelihara oleh Allah walaupun sudah beberapa tahun beliau meninggal dunia.
Menjaga Kampung
Pada masa penjajahan belanda, bangsa Indonesia di kuasai oleh Belanda mulai pusat sampai ke daerah tidak kecuali ke daerah Tapin. Suasana menjadi tidak aman, namun daerah kupang tidak dapat dikuasai oleh Belanda karena apabila ingin memasuki daerah Kupang melihat seperti lautan . keadaan seperti ini sama dengan daerah gadung di Kecamatan Bakarangan yang tidak dapat dimasuki oleh belanda. Tuan guru KH. Ismail memagari kampung kupang dengan doa-doa agar kampung terhindar dari maksud jahat dari luar
Ada yang Menjaga Rumah
Pernah terjadi pencuri ingin mengambil barang Tuan guru H. Ismail di rumah pada malam hari. Ketika pencuri ingin memasuki rumah beliau, pencuri diserang oleh serangga (katikih) sehingga pencuri membatalkan niatnya untuk mencuri karena tidak mampu memasuki rumah. Kejadian ini tidak hanya terjadi satu kali saja tetapi setiap kali orang berkeinginan jahat mengambil barang beliau di rumah tidak dapat memasuki karena diserang oleh serangga. Hal ini disampaikan oleh pencuri yang sudah isyaf dan tidak lagi melakukan kejahatan mengambil barang orang lain yang menceritakan mengenai keramat Tuan guru H. Ismail.

Diposkan oleh muhammad amirul amin
http://riwayat-ulama.blogspot.com/2012/04/kh-ismail-kupang-rantau.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar