Habib Zein Al Jufri dikenal sebagai orang yang tidak banyak
bicara, suka beramal shalih, dan akhlaqnya sangat tinggi, la menghormati para
ulama, menyayangi para pemuda, dan lembut kepada anak-anak.
Diantara ciri khas
akhlak beliau yang terlihat ialah “Kalau datang di suatu majelis, beliau duduk
di belakang, dan tidak ingin merepotkan orang lain dengan melangkahi tempat
duduk orang lain,” ujar Habib Ahmad Al-Jufri.
Banyak orang merasa ditolongnya. Seperti ketika terjadi
banjir di Semarang, ada seseorang yang kebanjiran mendapatkan bantuan beras dan
pakaian dari Habib Zen. Di lain waktu orang itu datang ke Habib Zen dan
berterima kasih karena sudah dibantu ketika banjir. la mengatakan, ia bertemu
Habib Zen pada waktu banjir itu. Saat itu Habib Zen mengenakan sarung, baju,
dan peel putih, persis seperti yang dimiliki Habib Zen. “Padahal pada saat itu,
saya tahu, Abah ada di dalam kamar rumah karena sakit,” kata Habib Ahmad.
Habib Zen Al-Jufri lahir di Kawasan Petek, Semarang Utara,
pada 1911, la adalah salah satu dari empat anak Habib Ali bin Ahmad bin Umar
Al-Jufri, Leluhurnya, Habib Umar Al-Jufri, berasal dari Taris, kota kecil
antara Seiwun dan Syibam, datang ke Semarang bersama anaknya yang masih kecil,
Ahmad. Habib Umar lalu berdagang dan berdakwah di Semarang. Kemudian ia
mengawinkan anaknya, Ahmad, dengan putri patih Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Kakeknya inilah yang kemudian membangun rumah gedung di Jalan Petek, yang pada
waktu itu merupakan rumah yang tergolong mewah dan besar. Ahmad adalah seorang
pedagang yang berhasil, sehingga banyak meninggalkan harta benda.
Zen Al-Jufri kecil bersekolah di madrasah di Semarang,
kemudian melanjutkan ke Madrasah Syama’il Al-Huda di Pekalongan dan di Surabaya.
Pada umur belasan tahun, ia pernah belajar ke Hadhramaut,
tepatnya di kota Taris, dan salah satu gurunya adalah Habib Idrus Al-Jufri,
Palu, pendiri Perguruan Al-Khairat. Di Hadhramaut, ia hanya belajar selama tiga
bulan. Kemudi¬an ia diajak pulang ke Indonesia oleh Habib Idrus Al-Jufri.
Di tanah air, Habib Zen masih melanjutkan belajarnya kepada
banyak guru, khususnya di Jakarta. Di antaranya, Habib Ali bin Abdurrahman
Al-Habsyi, Kwitang, tetapi yang cukup teratur ia mengaji kepada Habib
Abdur¬rahman Assegaf. Sedang di Pekalong¬an, ia belajar kepada Habib Ahmad bin
Abdullah bin Thalib Alatas. Setelah itu ia kembali ke Semarang.
Rumahnya di Jalan Petek di Se¬marang merupakan persinggahan
para habib bila lewat ke ibu kota Jawa Tengah itu. Hampir setiap Sya’ban, Habib
Abubakar Assegaf, Gresik, Habib Salim Bin Jindan, Jakarta, Habib Ali bin Husein
Alatas, Bungur, Habib Soleh Tanggul, dan yang lainnya, menginap di rumah¬nya.
“Kalau para pembesar dari kalangan habaib datang ke rumah Abah, pasti kami
adakan pembacaan Maulid dan rauhah,” tutur Habib Ahmad.
Kepada para tokoh habaib itu, Habib Zen selalu berujar,
“Masukkan nama ana di hati antum, supaya antum cintai.”Habib Abubakar Assegaf
Gresik menjawab, “Melihat langsung wajah antum, nama antum tersimpan dalam hati
ana.” Waliyullah dari Gresik itu menambahkan, “Akhlaqmu, Zen, sebagaimana
namamu.” (Zen dalam bahasa Arab berarti “perhiasan” atau “bagus”).
Pada tahun 1950-an, Habib Zen membaca kitab Ihya’ Ulumiddin
untuk beberapa pendengar, dan menjelaskan dalam bahasa Arab. Namun karena
jama’ah semakin bertambah, pengajian diganti de¬ngan membaca kitab-kitab Habib
Abdullah Al-Haddad, seperti An-Nashaih Ad- Diniyyah, dan ditambah Tanbihul
Ghafilin.Pengajian itu berjalan hingga Habib Zen meninggal pada Desember 1992,
dimakamkan di Pemakaman Bergota, Semarang.Seorang janda di Gresik sehari
sebelum Habib Zen meninggal berujar, “Orang yang menjatah saya sekarang sudah
tidak ke sini lagi.”
Habib Zen memang tidak pemah meninggalkan Haul Habib
Abubakar Assegaf Gresik. Di tempat itu, ia suka memberikan jatah uang kepada
orang miskin.
Kini banyak generasi muda yang hanya mengenal namanya tetapi
belum tahu manaqibnya. Menurut Habib Hasan Al-Jufri dan dua rekannya, Habib
Abddurahman Bin Smith, M.A., dan Habib Ghazi Shahab, Habib Zen Al-Jufri adalah
ulama besar yang dikenang umatnya bukan karena semata-mata ilmunya, melainkan
lebih karena akhlaqnya yang luhur.
sumber :
Habib Ahmad bin Zein Al Jufri (Anak Habib Zein Al Jufri)
JEJAK PARA HABAIB ( Dzurriat RASULULLAH SAW )
Pondok Habib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar