Habib Syekh bin Salim Al-Athas lahir di Huraidhah,
Hadramaut, Yaman, pada hari jum'at bulan Safar, 1311 H, tumbuh dewasa dalam
lingkungan keluarga Ba 'Alawi yang sangat religius. Masa pendidikannya dimulai
dari ayahandanya sendiri, habib salim bin Umar bin Syekh Al-Athas ( wafat 1956
). Sewaktu menginjak usia tujuh tahun, beliau berguru kepada Habib Abdullah bin
Alwi Al-Athas, ulama yang lahir di Cirebon, kemudian menetap di huraidhah, dan
mendirikan Masjid Ba 'Alawi, beberapa waktu setelah kembali dari Haidrabad,
India.
Habib Syekh bin Salim Al-Athas berguru kepada Habib Abdullah
bin Alwi Al-Athas sepanjang siang dan malam, kecuali pada hari Jum'at di masjid
Ba 'Alawi. Di masjid itu pulalah beliau tinggal. Beliau juga memperoleh
bimbingan dalam berbagai hal, terutama hal-hal yang berkaitan dengan kemuliaan
pribadi. Beliau juga mempelajari beberapa ilmu Qiraat, seni membaca Al-Qur'an,
di bawah bimbingan Syekh Sa'id bin Sabbah, yang sangat piawai dalam Qira'at
Al-Qur'an. Pada usia 12 tahun beliau telah hafal Al-Qur'an secara sempurna.
Ada kisah menarik tentang kepiawaiannya membaca Al-Qur'an,
sebagaimana pernah beliau tunjukkan dalam suatu perayaan khatam Al-Qur'an yang
dihadiri berbagai tokoh Alawiyin an para ulama besar. Di antara mereka terdapat
Al-'Allamah Al-'Arifbillah Ahmad bin Hasan Al-Athas, ulama yang menguasai 10
jenis qira'at, yang kemudian menjadi guru utamanya.
Sebagai orang yang haus ilmu, beliau berguru kepada beberapa
ulama di berbagai tempat. Hampir semua cabang pengetahuan agama dipelajarinya
dengan tekun. Beliau banyak menimba berbagai ilmu ushul dan furu' ( pokok-pokok
dan cabang pengetahuan islam ) kepada Habib Ahmad bin Hasan Al-Aththas. Selain
itu, beliau juga menuntut berbagai cabang ilmu pengetahuan agama di Mekkah
dibawah bimbingan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang Mufti Mazhab Syafi'I.
Bukan hanya belajar, Habib Syekh bin Salim juga gemar
berdiskusi. Beliau sering menghadiri berbagai majelis bimbingan dan pengajaran
agama di bawah pimpinan Habib Ahmad bin Hasan Al-Athas. Ulama yang sangat
terkenal dengan suara dan lagunya ketika membaca Al-Qur'an.
Adapun Ulama – ulama yang mengajar agama dan tasawuf kepada
Habib Syekh bin Salim, antara lain :
• Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Aththas ( penyusun
kitab Sabilul Muhtadin )
• Habib Muhammad bin Salim bin Abu Bakar bin Abdullah bin
Thalib Al-Aththas.
Ulama-ulama inilah yang bertindak sebagai Syekh Fathu (
pembimbing ilmu fiqih dan tarekat ) bagi Habib syekh bin Salim yang sekaligus
juga mengkaji beberapa kitab, seperti Al-Bahjah, Al-Irsyad dan Al- Minhaj.
Beberapa guru Habib Syekh bin Salim yang lain :
• Habib Muhammad bin Alwi bin Syekh Al-Aththas.
• Habib Ahmad bin Abdurrahman As-Saqqaf.
• Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri.
• Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab.
• Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki ( Mufti Al-Haramain Makkah
)
• Habib Muhammad bin Hadi Assaqqaf dari Seiyun, Hadramaut.
Sebagai ulama tulen, beliau bertekad untuk berdakwah ke
berbagai penjuru dunia. Pada tahun 1338 H / 1920 M, ketika usianya 27 tahun,
Habib Syekh bin Salim berkunjung ke Indonesia, langsung menuju Tegal, Jawa
tengah. Disana beliau menjalin silaturrahmi dengan para ulama, sesepuh dan
pembesar setempat. Ketika itu di Indonesia sudah banyak tokoh Alawiyyin yang
sudah bermukim.
Beberapa diantaranya, Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib
Al-Aththas ( Pekalongan ), Habib Abdullah bin Muhsin Al-Aththas ( Bogor ),
Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar ( Bondowoso ), Habib Abu Bakar bin Muhammad
Assaqqaf ( Gresik ), Habib Alwi bin muhammad bin Thahir Al-Haddad ( Bogor ),
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Kwitang, Jakarta ) dan Habib Sholeh bin
Muhsin Al-Hamid ( Tanggul, Jember ).
Kedatangan Habib syekh bin Salim Al-Athas menambah semarak
perjuangan dan dakwah islam di Indonesia. Beliau menjalin silaturrahmi dengan
para ulama tanah air, seperti Prof.Dr. Buya Hamka ( Jakarta ), KH.Hasyim
Asy'ari ( Jombang ), KH.Ahmad Sanusi ( Sukabumi ) KH.Bisri Syamsuri ( Jombang
), KH.Ahmad Dahlan ( Jogja ), Prof. Syafi'i Abdul Karim ( Surabaya ), Prof.
Hasbie Ash-Shiddiqy ( Jogjakarta ), Dr.Shaleh Su'aedi ( Jakarta ), Sayyid Abu
Bakar bin Abdullah bin Muhsin Al-Aththas ( Jakarta ), Sayyid Abdullah bin Salim
Al-Aththas ( Jakarta ), Sayyid Alwi bin Abu Bakar bin Yahya ( Solo ), sayyid
Idrus bin Umar Al-Masyhur ( Surabaya ), Sayyid Umar Asseqqaf ( Semarang ) dan
Sayyid Ahmad bin Ghalib Abu Bakar ( Surabaya ).
Mencermati perjuangan kaum muslimin Indonesia saat itu tak
bisa lain bagi Habib Syekh bin Salim kecuali ikut berjuang melawan penjajah
Belanda. Tak ayal, gerak-geriknya pun selalu diincar oleh kaum kafir kolonialis
itu. Untuk menghindari intel Belanda, beliau menempuh taktik cukup jitu, yaitu
berdakwah ambil berniaga. Maka mulailah beliau berjalan kaki keluar masuk
kampung menyelusuri Tegal dan sekitarnya. Di kota Bahari inilah beliau menikah
dengan seorang putri dari keluarga bangsawan Tegal, Raden Ali. Dan sejak itu di
Tegal beliau sangat disegani oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dalam kapasitasnya sebagai ulama dan pemimpin masyarakat,
Habib Syekh bin salim berusaha mendorong dan menggalang kebersamaan dan
kerukunan di antara kaum muslimin dalam bingkai roh kemanusiaan. Beliau juga
mengajarkan kitab-kitab klasik yang memuat pokok-pokok dan cabang pengetahuan
agama, baik ubudiah ( peribadatan ) maupun muamalah ( kemasyarakatan ). Dalam
waktu yang relatif singkat beliau mampu menjalin pergaulan dan persahabatan
dengan para ulama dan sesepuh di pelbagai daerah.
Beliau bahkan sempat pula berpartisipasi dalam kancah
politik meski dalam waktu yang singkat. Dalam setiap diskusi diskusi, beliau
tidak pernah menangkis wacana kaum moderat yang mencuat di tengah masyarakat
multi etnik dan kultur- tanpa argumentasi kuat. Beliau senantiasa mencetuskan
pemikiran-pemikiran konstruktif, mengonsolidasi segala aspirasi dan perbedaan
antar golongan dengan konsep jalan tengah penuh hikmat demi kemaslahatan
bersama.
Acapkali beliau menjawab berbagai persoalan dengan kalimat
bijak dan sederhana, selaras dengan firman Allah swt, seperti, "Serulah
mereka ke jalan tuhanmu dengan hikmah dan anjuran baik". Juga pesan
Rasulullah saw, seperti, "Gembirakanlah dan janganlah buat mereka lari.
Permudahlah urusan mereka dan janganlah dipersulit".
Habib Syekh bin Salim dikenal piawai terutama dalam bidang
Fiqih, Sastra dan Tarikh. Kitab-kitab yang diajarkannya, antara lain :
• Al-Umm ( Imam Syafi'i )
• Ar-Risalah ( Imam Syafi'i )
• Al-Muhadzab ( Syekh Abu Ishaq As-Syairazy )
• Tuhfatul Muhtaj dan Fathul Jawwad ( Syekh Ibnu Hajar
Al-Haitamy )
• Nihayatul Muhtaj ( Imam Ramli )
• Fathul Wahhab ( Syekh Zakariya Al-Anshary )
• Fathul Mu'in ( Syekh Zainudin Al-Maibari )
• Tafsir Sirajul Munir ( Imam Khatib As-Syabainy )
• Tafsir Al-Jalalain ( Imam Mahali dan Imam Suyuthi )
• Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
• Ihya Ulumuddin ( Imam Ghazali )
• Al-Hikam ( Syekh Ibnu 'Atha'aillah )
• Ar-Risalah ( Syekh AlQusyairy )
• Al-Alfiyyah ( Syekh Ibnu Malik )
• Jauhar Maknun ( Syekh Abdurrahman Al-Ahdhary )
• 'Uqudul Juman ( Syekh Jalaludin As-Suyuthy )
Gaya Habib Syekh bin Salim berdakwah cukup unik. Beliau
selalu memberi hadiah para santri yang hadir pada hari selasa hinggan sabtu
berupa uang jalan. Mereka juga mendapat hadiah beberapa kitab. Belum lagi
jamuan makan dan minum. Selesai shalat Asar, terutama di bulan Ramadhan, beliau
selalu menggelar majlis Rauhah dengan menelaah dan mengkaji ulang pelbagai
kitab karangan salafus shalih. Tak mengherankan jika para santrinya sangat
banyak. Tidak sedikit anak didiknya yang dibelakang hari menjadi tokoh
masyarakat atau mubaligh, terutama di Jawa barat.
Ulama-ulama yang pernah menjadi santrinya, antara lain :
• K.H. Abdullah bin Husein ( Pabuaran, guru para Kiai di
Sukabumi )
• K.H. Ajengan Juragan Nuh ( Ulama tertua di Cianjur )
• K.H. Ajengan Abdullah bin Nuh, putra K.H. Juragan Nuh (
pendiri pondok pesantre Al-Ihya, Bogor )
• K.H. Ajengan Muhammad Syuza'i ( Ciharashas, Cianjur )
• K.H. Ajengan Idris Zainudin ( Cipetir, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Munawar ( Cilaku, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Muhammad Masthuro ( Tipar, Sukabumi ) pendiri
Pondok Pesantren
Al-Masturiyah, yang dimakamkan disamping makam Habib Syekh
bin Salim Al-Aththas.
• K.H. Ajengan Abdullah Sanusi ( Sukamantri, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Abdullah Mahfudz ( Babakan Tipar, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Shalahuddin ( Pasir ayam, Cianjur )
• K.H. Ajengan Ahmad Nadziri ( Cijurai, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Zubaidi ( Dangdeur, Cijurai )
• K.H. Ajengan Ahmad Zarkasyi Sanusi ( Gunung Puyuh,
Sukabumi )
• K.H. Ajengan Badri Sanusi ( Gunung Puyuh, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Syafi'i ( Nyalindung, Sukalarang, Sukabumi )
• K.H. Ajengan Ilyas dan para putranya ( Bogor )
• K.H. Ustadz Sholeh ( Ranca, Bali, Cianjur )
• K.H. Ajengan Endang Muhyiddin ( Jambu Dwipa, Cianjur )
• K.H. Ajengan Muhammad Suja'i ( Pakuan, Parung kuda,
Sukabumi )
• K.H. Ajengan Aang Syadzili ( cibereum, Sukabumi ).
Habib Syekh bin salim Al-Aththas memang sempat tinggal di
Sukabumi. Beliau bahkan dikenal sebagai Mujahid ( Pejuang ) kemerdekaan Republik
Indonesia. Sejak 1942, bersama K.H. Ahmad Sanusi ( Sukabumi ) dan para tokoh
pejuang lainnya, beliau berjuang melawaqn kolonialis Belanda. Keberadaan beliau
di Sukabumi sempat membuat tatanan masyarakat di kota itu jadi lain. Beliau
menjadi sandaran bagi umat yang tengah menghadapi berbagai problem hidup.
Beliau juga sempat duduk sebagai Rais Mustasyar ( Ketua dewan Pertimbangan ),
disamping membantu pembangunan dan kemajuan beberapa Pondok Pesantren di
berbagai daerah Sukabumi.sebagai panutan masyarakat, Habib Syekh bin Salim
memiliki Ahlak yang luhur dan dermawan, terutama terhadap masyarakat lemah dan
miskin. Beliau juga sangat menghormati dan memuliakan ulama dan orang-orang
saleh, hingga rumah beliau menjadi ma'wa ( tempat tujuan ) dan persinggahan para
tamu dari berbagai lapisan, dari dalam dan luar negeri, khususnya dari Timur
tengah, lebih khusus lagi dari Yaman.
Habib Syekh bin Salim Al-Aththas wafat pada hari sabtu, 25
Rajab 1398 H / 1 Juli 1978 M, dalam usia 86 tahun, dikebumikan di Masjid Jami'
Tipar, Sukabumi. Tokoh dan Ulama yang melakukan Takziah ( melayat ). Antara
lain : Habib Abdullah bin Husein Asy-Syami Al-Aththas dan Habib Hasan bin
Abdullah Asy-Syatiry-yang bertindak sebagai Imam dalam shalat jenazah.
Diposkan oleh ANDRI WIJAYA
http://shoeap.blogspot.com/2010/06/al-habib-syekh-bin-salim-al-athas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar