Sabtu lalu (23/7/2011), tepatnya pukul 07.20 WIB, Ustadz
Syegaf bin Husein Al-Jufri, tokoh yang dituakan komunitas Ahlul Bait di
nusantara, tutup usia pada umur 78 tahun. Pada tahun 1932, Ustadz Syegaf bin
Husein Al-Jufri lahir di kota Solo. Beliau termasuk pengusaha batik sukses.
Meski demikian, beliau tidak meninggalkan dunia pendidikan yang ditekuni
semenjak muda, bahkan anak-anak.. Di dunia pendidikan, Almarhum Ustadz Syegaf
bin Husein Al-Jufri berhutang budi pada sekolah Rabithoh Al Alawiyah dan
seorang ulama, Habib Ahmad bin Abdullah Assegaf yang juga sastrawan Arab dan
pengarang buku sastra "Fataat Garut." Di masa hidupnya, Ustadz Syegaf
menunjukkan kecintaan luar biasa pada ilmu dan ulama. Hal itu tercermin pada
rasa hormatnya yang luar biasa kepada Ustadz Husein Al-Habsyi. Beliau juga
sangat dekat dengan Ustadz Husein Al-Habsyi. Karena kedekatannya, Ustadz Syegaf
menyambungkan tali persahabatan ke ikatan persaudaraan dengan menikahkan
putrinya dengan salah satu putra Ustadz Husein Al-Habsyi.
Semasa beliau hidup, Almarhum Ustadz Syegaf mempelajari dan
memperdalam buku-buku Ahlul Bait seperti Nahjul Balaghah, Ghurarul Hikam dan
Tafsir Mizan, karya Allamah Thathaba'i. Kecintaan Ustadz Syegaf pada ilmu dapat
dilihat dari koleksi ribuan buku yang tersimpan di perpustakaan rumahnya.
Perpustakaan itu terletak di latar rumahnya yang juga sering dijadikan sebagai
pengajian dan diskusi ilmiah.
Di latar rumahnya, Almarhum Ustadz Syegaf seringkali
mengadakan pengajian-pengajian umum yang dihadiri ribuan peserta. Selain itu,
beliau juga seringkali melakukan diskusi-diskusi ilmiah dalam sekup terbatas
untuk mengkaji berbagai topik yang lebih mendalam seperti kajian filsafat.
Selain itu, Ustadz Syegaf juga mempunyai jiwa seni yang luar
biasa. Beliau mahir memainkan biola. Bahkan setelah diskusi, para peserta
seringkali dihibur dengan kemahiran memainkan biolanya. Karena jiwa seni ini,
Ustadz Syegaf tergolong sebagai tokoh yang unik.
Sosok Ustadz Syegaf Al Jufri
Almarhum Ustadz Syegaf Al Jufrie di kalangan komunitas Ahlul
Bait lebih cenderung dikenal sebagai tokoh yang dituakan. Bahkan banyak orang
yang lebih mengenal beliau dengan panggilan "Ami Syegaf." Ami dalam bahasa
Arab berartikan paman. Istilah "Ami" juga seringkali digunakan untuk
menghormati orang yang dituakan.
Di masa hidupnya, Ustadz Syegaf benar-benar mencerminkan
sosok yang mulia dan sabar. Beliau juga dikenal dengan jiwa yang rendah diri
kepada siapapun, khususnya masyarakat kecil. Mahasiswa yang datang bertemu
dengan Ustadz Syegaf di rumahnya, selalu ditanya ongkos pulang.
Mengenai kesabaran Ustadz Syegaf, ada cerita menarik yang
bisa menjadi tauladan bersama. Ketika salah satu anaknya yang bernama Haidar Al
Jufri meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan, beliau berusaha tabah atas
peristiwa tersebut. Bahkan beliau memaafkan supir bus yang menabrak mobil yang
dikendarai anaknya, tanpa jaminan apapun.
Ketika melihat supir bus di pengadilan, Ustadz Syegaf kepada
hakim, dengan tegas menyatakan memaafkan supir bus tersebut. Ketika ditanya
anak-anaknya, mengapa harus memaafkan supir bus tersebut, Ustadz Syegaf
menjawab, "Kecelakaan itu diluar kehendaknya. Supir itu juga punya
keluarga yang harus dihidupi."
Mayor Husein Masyhur yang juga menjadi korban kecelakaan
bersama anaknya, bahkan sempat koma hampir satu tahun lebih, melanjutkan
ceritanya dan mengatakan, " Supir bus itu bahkan sempat disantuni oleh Ami
Syegaf. Padahal Haidar adalah di antara anak kesayangannya dan paling dekat
dengan ayahnya." Semua cerita ini menunjukkkan ketabahan, kedermawanan dan
perhatian beliau kepada orang kecil seperti supir bus.
Selain itu, Ustadz Syegaf menaruh penghormatan yang luar
biasa kepada orang tuanya, khususnya ibu. Di masa kecilnya, keluarga Ustadz
Syegaf termasuk miskin. Karena kondisi ekonomi yang sulit saat itu, Ustadz
Syegaf bahkan sempat membantu ekonomi keluarga dengan menjual telur asin yang
dibuat oleh ibunya ke kampung-kampung. Selaku anak terbesar, Ustadz Syegaf
menunjukkan perhatian yang besar kepada adik-adiknya. Di mata keluarganya,
Ustadz Syegaf diakui sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, suami yang
baik kepada istrinya dan ayah tauladan bagi anak-anaknya.
Di kalangan anak-anak muda, Ustadz Syegaf dikenal sebagai
sosok motivator yang baik. Banyak mahasiswa dari Yogya berbondong-bondong
mendatangi Ustadz Syegaf untuk mendapatkan motivasi dari beliau.
"Ketika mau berangkat melanjutkan pendidikan ke luar
negeri, saya mendapat nasehat sidq al niyah atau ketulusan niat. Nasehat itu
benar-benat terngiang hingga kini," kata Muhammad, seorang mahasiswa asal
Yogya yang terkenang dengan nasehat Ustadz Syegaf.
Hisyam Suleiman ketika mengenang Ustadz Syegaf Al
Jufrie, mengatakan, "Almarhum
Ustadz Segaf Al Jufrie selalu memanggil anak muda dengan panggilan Anakku. Ini
menunjukkan rasa cinta yang dalam kepada anak-anak muda."
"Beliau adalah orang yang alim, tapi juga humoris.
Anak-anak muda sangat mencintainya. " tambah Hisyam
Wasiat
Sebelum wafat, Ustadz Syegaf sebagai tokoh yang dituakan di
kalangan komunitas Ahlul Bait di nusantara, meninggalkan wasiat-wasiat.
Sebagaimana disampaikan anak-anaknya, Ustadz Syegaf sebelum meninggal, berpesan
untuk menjauhi maksiat, bertakwa kepada Allah Swt, berbakti kepada orang tua
serta memohon ampun dan mendoakan kedua orang tua.
Selain itu, Ustadz Syegaf juga berwasiat supaya memupuk
belas kasih kepada sesama, tidak boleh merasa paling baik dan benar. Muhammad
Adinegoro ketika menjelaskan pesan ayahnya, mengatakan, "Saat berhadapan
dengan seseorang, anggaplah orang yang ada di depanmu lebih baik dari
kamu."
Bagir Al Jufri dalam menjelaskan pesan ayahnya sebelum
meninggal dunia, mengatakan, "Abah (baca; Ayah) selalu berpesan kepada
keluarga, sahabat dan komunitas Ahlul Bait supaya selalu menjaga ukhuwah
islamiyah dan menghindari segala hal yang bersifat sensitif."
"Jalinlah silaturahmi kepada orang-orang yang memusuhi
kita, " jelas Husein Jufri , salah satu anak Ustadz Syegaf, ketika
menjelaskan wasiat ayahnya.
Lebih lanjut Husin Al Jufri menjelaskan bahwa ayahnya selama
hidupnya mempraktekkan apa yang disampaikannya dalam wasiatnya. Di bulan
Ramadhan, Ustadz Syegaf selalu mengadakan acara buka bersama dengan mengundang
berbagai kelompok aliran seperti NU, Muhammadiyah, LDII, Al-Irsyad, Majlis
Tabligh, MTA, Pondok Ngruki dan berbagai tokoh masyarakat di kota Solo.
Nikmah, salah satu adik Ustadz Syegaf, menjelaskan, "Di
hari-hari terakhir, kakak saya berpesan
supaya menjaga ukuwah di kalangan para pecinta Ahlul Bait dan sesama muslim,
serta menghindari perpecahan sesama umat Islam dan mengalah kepada ahlul
qiblat."
Dalam wasiatnya, Ustadz Syegaf menganjurkan supaya selalu
bersemangat untuk mencari ilmu dan menghindari majelis yang sia-sia . Beliau
juga menekankan menghindari fanatisme golongan. Bahkan menurut Ustadz Syegaf,
fanatisme golongan yang diistilahkannya dengan ashobiah, termasuk perbuatan
syirik.
Masih mengenai pesan-pesan beliau, Damar S Mudrick, salah satu orang yang dekat
dengan Ustadz Syegaf Al Jufri, mengatakan, "Ami Syegaf Al-Jufri secara
khusus pernah menelpon saya dan menyampaikan wanti-wantinya supaya jangan
berpihak ketika ada perselisihan di antara komunitas."
Lebih lanjut Damar mengatakan, "Saya ketika duduk
berdua dengan Ami Syegaf pada suatu malam. Tiba-tiba, beliau berpesan bahwa
dunia itu menipu. Pesan itu memang sederhana, tapi nasehat itu terus terngiang
hingga kini."
Ustadz Syegaf pulang ke rahmatullah pada hari Sabtu, tanggal
23 Juli 2011. Pada hari itu juga, jenazah beliau dimakamkan di kota Solo.
Seusai acara pemakaman, seorang ustadz mengenang perhatian besar Ustadz Syegaf
atas Hari Al-Quds Sedunia yang diperingati setiap jumat terakhir pada bulan
Ramadhan, dan mengatakan, "Meski sakit dalam kondisi infus, tolong bawa
saya dalam acara Al-Quds."
Diposkan oleh Majlis Arrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar