Sabtu, 19 Oktober 2013

Al Habib Syekh bin Muhammad Alaydrus

Majelis Burdah Ketapang Kecil
Penggerak Majelis Burdah Ketapang Kecil

Qasidah Burdah sangat digemari masyarakat Jawa. Biasanya mereka membaca syair-syair indah karya Imam Busyiri itu pada malam Jumat.


Tradisi ini telah turun-temurun sejak kedatangan maulid Burdah ini ke tanah air. Seperti yang dilakukan Majelis Burdah Ketapang Kecil. Telah lama di majelis ini dibacakan maulid Burdah, karya Abu Abdillah Syarafuddin Abi Abdillah Muhammad bin Khammad Ad-Dalashi as-Syadzili al-Bushiri.

Secara harfiah burdah memang bermakna kain yang hitam pekat untuk selendang. Al-Bushiri membubuhkan judul qasidah itu bukan tanpa alasan. Menurut riwayat, pada zaman dahulu ada tokoh yang bernama Ka’ab bin Zuhair. Penyair ini semula non-muslim dan tergolong sebagai seorang yang paling radikal menentang dakwah Rasulullah. Setelah sadar, ia kemudian masuk Islam. Lantas mengubah sajak yang semula menghina Nabi SAW menjadi:


Kudengar kabar

Rasulullah berjanji padaku

Dan ampunan itu

sungguh jadi tumpuan harapanku


Untuk itu, konon, Nabi memberinya cendera mata berupa selendang berwarna hitam (burdah). Dan kisah Ka’ab bib Zuhair inilah yang mengilhami Al-Bushiri untuk gubahan judul sajak-sajaknya.

Majelis Burdah Ketapang Kecil berdiri sejak lama. Berdasarkan catatan yang ada, majelis ini telah berlangsung secara turun-temurun selama kurang lebih 50 tahun yang lalu. Bermula dari Habib Muhammad Alaydrus (Habib Neon), dan sekarang diteruskan oleh putra ketiganya, Habib Syekh Muhammad Alaydrus.

Tentu pembacaan maulid Burdah ini merupakan ritus yang sedemikian langka di kota Surabaya. Acara pembacaan Burdah menjadi daya tarik tersendiri, karena setiap sebelum acara, yakni dari ba’da shalat Ashar sampai menjelang maghrib, diisi dengan pengajian tasawuf yang diasuh Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa. Baru selepas shalat Maghrib acara berlanjut dengan pembacaan Burdah, yang dipimpin lansung oleh Habib Syekh bin Muhammad Alaydrus.

Acara yang kelihatan sepele ini memiliki nilai dan kandungan ajaran agama Islam yang istimewa. Selain meneguhkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, juga meneguhkan ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin yang ada di kawasan Ampel, Surabaya, ini.

Acara pembacan Burdah bersama telah mengalami regenerasi yang cukup panjang. Sebelum tahun 1970-an, majelis Burdah ini dipimpin oleh Habib Muhammad Alaydrus, atau yang terkenal dengan sebutan Habib Neon. Kemudian pembacaan maulid Burdah ini dilanjutkan oleh Habib Syekh bin Muyammad Alaydrus dari tahun 1976 hingga sekarang. Usia majelis taklim ini sudah puluhan tahun, namun jumlah jamaahnya semakin lama semakin bertambah banyak. Tidak saja diikuti kalangan tua, tapi tidak sedikit juga kalangan anak-anak muda.

Ada banyak alasan para jamaah menghadiri acara pembacaan maulid Burdah ini. Selain mempererat tali silaturahim antarjamaah, mereka juga mengharap berkah dari pembacaan Burdah. Tak bisa dipungkiri, dengan membaca Burdah, menurut kesaksian para jamaah, mereka banyak mendapat berkah dalam menjalani kehidupan ini.

Ketika dimintai konfirmasi tentang macam-macam faedah yang ada pada maulid Burdah, Habib Syekh bin Muhammad Alaydrus menjawab, ”Soal berkah dan karamah, itu terserah Allah SWT. Kita meyakini saja bahwa faedah shalawat itu sangat banyak. Ini sesuai dengan janji Allah SWT, ‘Siapa yang bershalawat kepada Nabi SAW, sesungguhnya Aku bersama para malaikat bershawalat kepadanya’,” kata Habib Syekh bin Muhammad Alaydrus.


Diposkan oleh Majlis Arrahman
http://alhabaib.blogspot.com/search/label/Habaib?updated-max=2009-06-13T21:53:00-07:00&max-results=20&start=98&by-date=false

Tidak ada komentar:

Posting Komentar