Selasa, 05 November 2013

Tangan Suci Rasulullah yang Mulia Membuatkan Hulu Kapak

Pada suatu hari seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW, dengan wajah pucat dan pakaian compang-camping ia ingin meminta sesuatu.
     Rasulullah SAW menerimanya dengan baik, dan menjawab : “Ya, ada sehelai kain. Sebagian aku pakai, sebagian lagi kami bentangkan untuk duduk. Juga ada bejana untuk minum.”
     Kemudian Rasulullah meminta seorang sahabat membawakan kain dan bejana tersebut. Dengan bergegas, salah seorang sahabat beranjak dari tempat duduknya lalu mengambilkan barang-barang yang dimaksud untuk dibawa ke hadapan Rasulullah. “Aku telah membeli kain dan bejana ini seharga satu dirham” : sabda beliau.
     Lalu Rasulullah SAW menawarkannya kepada para sahabat, dan bersabda : “Adakah para sahabat yang akan membelinya ? Barangkali ada yang akan menambah harganya satu dirham lagi ?.”
     Setelah berkali-kali Rasulullah menawarkan kepada para sahabat, akhirnya salah seorang sahabat membelinya. “Saya ambil barang-barang itu seharga dua dirham seperti tawaran Tuan, ya Rasulullah” : katanya.
     Rasulullah lalu memberikan kain dan bejana itu sembari menerima uang dua dirham. Segera setelah itu Beliau SAW menyerahkan uang dua dirham tersebut kepada tamunya, yaitu pengemis tadi. Seraya menasehatinya : “Gunakan satu dirham untuk membeli makanan keluargamu, sedangkan satu dirham lagi untuk membeli sebuah kapak. Setelah itu bawalah kapak itu kepadaku.”
     Sebelum pulang ke rumah, pengemis itu membeli makanan secukupnya dan sebuah kapak (dari besi tanpa hulu / tangkai untuk memegangnya). Kemudian setelah mengantar makanan dan minuman kepada keluarganya di rumah yang memang tengah kelaparan.
     Ia kemudian membungkus kapak (tanpa hulu) itu dan membawanya menghadap Rasulullah SAW. Saat itu Rasulullah masih duduk di majelis, dikelilingi para sahabat yang menyimak penjelasan beliau tentang agama.
    “Sudahkah engkau laksanakan perintahku ?” : tanya Rasulullah kepada pengemis yang tampak malu-malu berdiri di depan pintu. “Sudah, ya Rasulullah,” : jawab pengemis itu.
    “Masuklah kemari, bawa kapak yang telah engkau beli itu,” : ujar Rasulullah. Lalu pengemis itu berjalan mendekat, duduk di depan beliau, dan mengeluarkan kapak (tanpa hulu) dari kantung kulit, lalu menyerahkannya kepada Rasulullah SAW.
     Hari itu Rasulullah SAW tampak gembira melihat pengemis itu telah melaksanakan  perintah Beliau dengan taat. Sambil memegang kapak tersebut, beliau beranjak ke pojok ruangan mengambil sepotong kayu.
     Dengan sangat cekatan tangan Nabi yang suci memasang sepotong kayu itu pada kapak sebagai hulu / tangkainya. Maka siaplah sudah kapak itu untuk di gunakan. Masya Allah SWT...!!!
     Kemudian Rasulullah SAW bersabda pada pengemis itu : “Pergilah ke gurun, tebanglah kayu, kemudian jual kayu bakar itu ke pasar. Dan kemarilah 15 hari lagi.”
Dengan patuh pengemis itu menuruti perintah, lalu pamit pulang kepada Rasulullah SAW dan para sahabat yang hadir.
     Sesampainya di rumah pengemis tadi mempersiapkan perbekalan makanan dan minuman secukupnya untuk di bawa ke gurun. Dengan penuh semangat, iapun segera berangkat ke gurun, kemudian satu persatu ranting-ranting pohon yang telah kering ia potong dan kumpulkan.
     Setelah terkumpul cukup banyak, ia menjualnya ke pasar, lalu membawa hasil penjualan itu ke rumah.
     Setelah 15 hari mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar, ia kembali menghadap Rasulullah SAW, dengan membawa uang 10 dirham hasil dagang kayunya.
     Rasulullah SAW Nabi yang mulia ini, kemudian menasehatinya,: “Gunakan sebagian uang penghasilanmu itu untuk membiayai keluargamu. Belikan mereka makanan, minuman dan pakaian. Itu lebih baik daripada kamu meminta-minta. Sebab, di hari kiamat kelak Allah SWT akan memberikan tanda di wajah para pengemis.”
“Dan sesungguhnya mengemis tidak layak, kecuali bagi orang yang sangat miskin dan hina dina, atau mereka yang terbelit utang, atau mereka yang harus membayar diyat atau denda yang sangat besar karena membunuh.”
     Dari riwayat tersebut diatas banyak sekali hikmah yang dapat dipetik di antaranya, bagaimana sikap Nabi SAW sebagai seorang pemimpin yang di taati dengan menggunakan tangan suci beliau sendiri untuk membuatkan hulu / tangkai kapak untuk pengemis. Beliau tidak menyuruh sahabatnya untuk membuatkannya, sungguh begitu tawadhu sikap Rasulullah SAW yang memiliki akhlak mulia ini.
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang mempunyai pekerjaan. Barang siapa bersusah payah mencari rezeki untuk mereka yang menjadi tanggung jawabnya, ia ibarat seorang mujahid di jalan Allah, Yang Maha Mulia.” [HR. Ahmad]
*******
Sumber :

-Dikisahkan kembali dari sebuah hadits shahih riwayat Ibnu Majah

http://anangkatut.blogspot.com/2013/10/tangan-suci-rasulullah-yang-mulia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar