Rabu, 30 Oktober 2013

Al Habib Hamid Bin Muhammad Al Hamid

(Pengasuh Majelis Ta’lim Shiraathal Mustaqiim)
Beliau dilahirkan di kota Makassar, pada tanggal 29 Januari 1978. Beliau adalah pimpinan Yayasan Majelis Ilmu Do’a, Dzikir,Ruqiah & Ta’lim ‘Shiraathal Mustaqiim’. Beliau merupakan anak ke-tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Al-Habib Muhammad Bin Abubakar Al-Hamid dan Syarifah Aminah Binti Kasim Al-Mahdaly. Sewaktu pertama kali beliau membuka majelis Ilmu Do’a & Dzikir ‘Shiraathal Mustaqiim’ di Makassar, jumlah jama’ahnya yang hadir berdzikir dirumhnya hanya sekitar dua sampai enam orang. Dengan semangat beliau terus berdakwah dengan istiqomah, beliau meyebarkan kelembutan, yang membuat hati para pendengarnya menjadi sejuk dan damai.

Beliau selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah Swt, bukan berarti kita harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja, tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang hablun minallah dan hablun minannas. Tak jarang beliau juga mendapatkan cemoohan dan Fitnahan dari orang-orang Sekitar. Kini majelis ilmu yang diasuhnya setiap hari minggu malam di rumhnya, di jalan Andi Tonro Raya No.89 yang dulu hanya dihadiri dua sampai enam orang itu, sudah berjumlah ratusan jamaah yang hadir setiap hari minggu malam di rumahnya. Habib Hamid sudah membuka puluhan cabang Majelis Ta’lim Shiraathal Mustaqiim di Makassar dan sekitarnya.

Nama “Shiraathal Mustaqiim” sengaja digunakan untuk nama majelisnya agar apa-apa yang dicita-citakan oleh majelis ilmu ini tercapai dengan perjuangan yang lurus. Sebab beliau hanya berharap, kepada semua Muridnya/Jama’ahnya yang hadir untuk berdzikir bisa meniru dan mencontoh Rasulullah Saw dan menjadikannya sebagai panutan hidup di dunia sampai akhirat.

Habib Hamid juga rutin setiap tahun melakukan tabligh akbar dan pengobatan gratis melalui do’a, dzikir & ruqiah di berbagai tempat yang sering dihadiri oleh ribuan Jamaah. Dakwah beliau sangat menjunjung tinggi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Beliau mengajak para pemuda pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil untuk berdzikir dan bersholawat kepada nabi.

Habib Hamid orangnya sangat merakyat. Banyak dari kalangan mengenal beliau seorang Habaib yang begitu arif, sederhana dan merakyat dalam menyampaikan dakwah dan syi’ar islamnya melalui do’a & dzikir. Ia tidak pernah memilah-milih pengundangnya, sekalipun yang mengundang adalah masyarakat kecil yang ada di pelosok kampung.

Habib Hamid adalah figur yang akrab dengan akhlaqul karimah. Apabila beliau bertemu dengan muslim atau non muslim, beliau senantiasa menebar salam lebih dahulu. Dengan siapapun beliau selalu berkomunikasi dengan tutur kata yang halus dan sopan, bahkan sering kali tutur katanya membuat hati yang mendengarkan menjadi tenang. Sikap yang lemah lembut dan rendah hati kepada semua muridnya senantiasa menghiasi hari-harinya. Tidak berlebihan jika beliau disebut sebagai bapak anak yatim, kasih sayang dan kepedulian kepada mereka sangat kental dengan kehidupan pribadi Habib Hamid.

Keluhuran akhlaq dan keluasan ilmunya melalui do’a & dzikir mampu melunakkan hati semua orang yang hadir berdzikir. Suatu saat ada seorang non-muslim bertandang di kediaman beliau guna mendiskusikan ajaran agama islam. Dengan ramah dan senang hati, Habib Hamid menemuinya dan mengajaknya berkomunikasi dengan tutur kata dan akhlaq yang luhur. Mendengarkan penjelasan dan petuah-petuahnya, orang tersebut tercengang dan terkesima. Seketika ia memantapkan hatinya menyatakan diri untuk memeluk agama islam.

Dalam urusan mengajar dan berdakwah, Habib Hamid senantiasa berada di barisan terdepan. Sakit, hujan, ataupun sedikitnya jama’ah yang hadir dalam Majelis Ilmu beliau, itu semuanya tak mengurangi sedikitpun semangat bahkan keikhlasannya dalam mengajar dan berdakwah. Suatu ketika Habib Hamid memimpin do’a dan dzikir di salah satu cabang rantin yang sudah dibuatnya. Dalam perjalanan menuju ke tempat acara tersebut hujan turun sangat lebat. Melihat kondisi demikian, salah seorang murid beliau yang menyertainya ketika itu mengusulkan agar majelis tersebut ditunda. Namun tidak demikian dengan Habib Hamid, Karena beban dan tanggung jawab sebagai pengemban risalah nabawiyah, beliau tetap konsisten. Ironisnya, ketika sampai di tempat, ternyata yang hadir saat itu hanya segelintir manusia. Meskipun demikian, beliau tak patah semangat untuk berdakwah. Bagi Habib Hamid, apalah artinya sebuah semangat jika tanpa disertai keikhlasan.

Mau dibilang setiap hari beliau diundang di berbagai jenis acara do’a & dzikir di wilayah Makassar dan sekitarnya. Beliau berangkat tidak dijemput dengan mobil mewah layaknya para muballigh lainnya. Namun, dengan landasan ikhlas yang tinggi dan ditopang semangat juang yang gigih, beliau berangkat ke salah satu wilayah hanya dengan mengendarai sepada motor, demi misi syiar islam.
Kesederhanaan memang tersirat dalam diri Habib Hamid. Memang untuk urusan mengajar, beliau bukan tipe Habaib yang perhitungan. Di mana dan kapanpun selagi tidak ada udzur syar’i. Siapapun orangnya yang meminta sampai harus naik apa, beliau bersedia untuk hadir. Tidak jarang beliau diundang oleh orang miskin, dari pelosok desa yang berada di wilayah Makassar dan sekitarnya yang penuh rintangan, melalui sepeda motornya ditemani dengan rombongan jama’ahnya. Hampir setiap pagi & sore beliau mendapatkan undangan terutama hari senin sampai hari sabtu dan beliau memberikan pengajian di masjid, Majelis Ta’lim sampai pengajian dari rumah ke rumah.

Da’wah Habib Hamid sudah melegenda ke segenap lapisan masyarakat khususnya di wilayah Makassar dan sekitatnya. Mereka mengenal sosok beliau sebagai Habaib’ yang memiliki kepribadian yang santun dan bersahaja. Maka tak heran jika beliau memiliki pengaruh kuat yang membuahkan hasil perubahan dan peningkatan. Keberaniannya dalam menyatakan yang Haq itu Haq dan yang bathil itu bathil mampu menembus dinding baja ruang kerja para pejabat pemerintah.

Demi misi dakwah, beliau sanggup merelakan segalanya. Dalam hidupnya beliau tidak ingin merepotkan siapapun. Hampir disetiap minggu malam, dalam pengajian yang beliau gelar di kediamannya, Habib Hamid menjamu para jama’ah dan semua santrinya dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Belum lagi ketika beliau mengadakan pengajian secara mendadak, maka beliau tidak segan-segan untuk merogoh koceknya sendiri demi langgengnya dakwah islamiyah.

Begitu ramah dan supelnya beliau, sehingga tukang becak atau pengemis sekalipun tidak merasa sungkan untuk datang bertamu dan konsultasi kepada beliau. Lebih heran lagi, Habib Hamid tidak pernah membeda-bedakan tamunya, Ini pejabat, ini tukang becak dihadapan beliau semuanya sama. Beliau menghormati semua tamunya dari pejabat hingga tukang becak dengan pelayanan yang sama. Sebagai tuan rumah, beliau tidak segan-segan mengeluarkan sendiri hidangan untuk tamu tamunya yang datang.
Tak heran jika kelak Habib Hamid menjadi Ulama’ besar yang syarat dengan Kharisma.

Sejak kecil beliau telah menunjukan kecintaan dan kepeduliannya terhadap Ilmu. Menuntut Ilmu beliau geluti tanpa mengenal rasa lelah. “Tiada hari tanpa belajar”, Demikianlah mungkin Motto beliau semasa muda. Kapan dan dimanapun beliau senantiasa selalu belajar & mengajar. Begitu penting kedudukan ilmu agama di mata beliau.

Tujuan dakwah beliau yaitu: mengikuti kakek moyang beliau sampai ke junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Majelis yang dipimpinnya adalah wadah yang berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, menghidupkan ajaran dan sunnah Rasulullah SAW, mengamalkan ilmunya para Ulama dan Yayasan Majelis Ilmu Do’a & Dzikir ‘Shiraathal-Mustaqiim’ tidak menjalankan politik praktis.

Inilah susunan silsilah nasab beliau:
Alfaqir ilaAllah Al-Habib Hamid al-Hamid Bin Muhammad Bin Abu Bakar Bin Muhsin Bin Ahmad Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Umar Bin Ahmad Bin Agil Bin Muthahar Bin Hamid Bin As Syeikh Abu Bakar Bin Salim Bin Abdullah Bin Abdurrahman Bin Abdullah Bin Abdurrahman Assegaf Bin Muhammad Mauladdawilah Bin Alwi Bin Muhammad Al Faqih Al Muqaddam Bin Ali  Bin Muhammad Shohib Mirbath Bin Ali Khali Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Alawiyyin Bin Ali Al Uraidhi Bin Ja’far Shodiq Bin Muhammad Al Bagir Bin Ali Zainal Abidin Bin Al Imam Husein RA. Bin Al Imam Ali Karomallahu wajhah dan Sayyidah Fathimah Azzahro Binti Rosulullah Muhammad Shollallahu ‘Alayhi wasallam.


1 komentar:

  1. 27 keturunan?
    kami dh yg 38..
    kalau 27 itu moyang kpd moyang dan datuknya moyang itu..

    BalasHapus