Rabu, 30 Oktober 2013

Habib Abu Bakar bin Hasan Alattas Az Zabidi

Sangat Ikhlas dan Rendah hati
Al-Habib Zain bin Smith saat berkunjung ke rumah Al-Habib Abubakar mengatakan: “Al-Habib Abubakar punya guru yang usianya lebih dari 150 tahun di Zabid, beliau wafat dalam keadaan indah, matanya masih melihat dengan baik, pendengarannya masih berfungsi dengan baik, kakinya tidak lumpuh“

Al-Habib Abubakar bin Hasan bin Abubakar bin Abdullah Alatas Az-Zabidi Al-Hindi mengatakan: “Majelis yang berkah ditandai dengan kuatnya keinginan jama’ah untuk selalu hadir dan mendapatkan ilmu. Zaman sekarang ini semakin parah permasalahannya butuh ulama yang bukan hanya mampu berkhutbah jum’at/ceramah, namun zaman sekarang butuh ulama yang mampu membuat tenang umat… butuh ulama yang mampu membedakan dan mengamalkan hal yang halal, makruh, syubhat dan haram.“

Pengajian Habib Abubakar bin Hasan Alatas merupakan pengajian yang cukup fenomenal di kota Depok. Pengajian yang rutinanya diadakan setiap hari Ahad sore yang berlokasi di kediamannya, Jln Karya Bakti, Tanah Baru, selalu dihadiri ribuan jama’ah. Tanpa poster dan spanduk, hanya dari mulut ke mulut, tapi pengikutnya hampir semua usia dari wilayah Jabodetabek.
Habib Abubakar bin Hasan Alatas, yang telah 30 tahun berdakwah dari satu kota ke kota lain hampir di seluruh wilayah Indonesia, adalah habib senior yang disegani. Kiprahnya di wilayah Tanah Baru, kota Depok, baru dimulai setahun yang lalu dan langsung menjadi berkah bagi warga Tanah Baru.
Orang-orang dhu’afa’ yang berada di sekitar tempat tinggal Habib Abubakar langsung merasakannya, mereka mendapat kemudahan dalam hal pengobatan dan bantuan modal usaha. Roda ekonomi penduduk langsung berdenyut karena setiap pengajian dibutuhkan sekian puluh ribu konsumsi yang semuanya dipesan dari para tetangga.

Ikhlas untuk Mengaji

Hampir setiap Ahad sore, seluruh peserta pengajian dengan khidmat dan tekun mendengarkan uraian yang disampaikan oleh Habib Abubakar. Ia menggunakan kitab tasawuf karangan gurunya, Al-Habib Zain bin Smith, dan sudah dua kitab dikhatamkan.

Putranya, Habib Hasan bin Abubakar, membacakan kitab tersebut lalu ia menjelaskan paragraf demi paragraf.

Sebelum pembahasan kitab, diadakan taushiyah, yang secara bergiliran disampaikan oleh tiga atau empat ulama kota Depok. K.H. Abdurrahman Nawi, pemimpin Pesantren Al-Awwabin, juga sering memberikan taushiyah. Begitu juga K.H. Zainuddin, pemimpin Pesantren Al-Hamidiyah.

Dalam salah satu kesempatan Habib Abubakar pernah menguraikan ciri-ciri majelis yang berkah. Salah satunya, pesertanya merasa rindu akan datangnya hari digelarnya pengajian majelis tersebut. Sebagaimana dialami Ibu Anis, salah seorang murid Habib Abubakar, yang istiqamah mengaji, “Kita ingin saja agar cepat waktu ta’lim datang.”
Keberkahan majelis juga dapat dilihat dengan begitu senangnya orang-orang datang dari berbagai penjuru, para tetangga dan aparat juga merasa senang melihat kampung mereka ramai didatangi orang, suara dzikir dan pujian kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW bergema setiap saat.
Habib Abubakar tak pernah mempublikasikan atau membuat poster dan spanduk ihwal pengajiannya, karena ia yakin bahwa Allah SWT akan menggerakkan hati setiap orang yang ikhlas untuk mengaji. Rendah hati dan tidak mau menonjol, itulah ciri Habib Abubakar, yang sudah kenyang dengan asam garam perjuangan dan cobaan dakwah.

Bermula dari Ujung Timur

Dalam suatu kesempatan setelah menguraikan beberapa keutamaan silsilah Baginda Rasulullah SAW, yang nasabnya sangat dijaga oleh Allah SWT, Habib Abubakar mengisahkan betapa ia digembleng begitu keras oleh orangtuanya untuk taat kepada aturan agama.

Kisahnya, Habib Abubakar, yang menuntut ilmu di tiga kota, yaitu Makkah, Tarim, dan Kairo, ketika kecil pernah mendapat uang di tengah jalan. Sebagai anak kecil, ia merasa senang, karena dapat uang, yang mungkin tercecer. Lalu ia membeli makanan kesukaannya.

Sesampai di rumah, hal itu ia ceritakan kepada uminya. Uminya marah besar, “Tak pantas jasadmu menerima barang yang tak jelas.” Uminya mengganti uang yang didapat itu dan menyuruhnya menempatkan di mana ia menemukan sebelumnya. Begitulah, dalam keluarga ia dididik dengan sebaik-baik didikan.

Habib Abubakar mengingatkan, barang yang meragukan (syubhat) saja, kita harus hati-hati, apalagi yang haram.

Setelah menuntut ilmu di Timur Tengah, Habib Abubakar memulai dakwah di daerah yang keras dan penuh tantangan, yaitu Papua. Tidak sedikit ujian, tantangan, dan ancaman yang diterimanya.

Lima tahun di Papua, ia pindah ke Ternate. Setelah sekitar lima atau enam tahun, ia melanjutkan dakwah ke Ambon, Morotai, lalu pindah ke Makassar, kemudian menyeberang ke Kalimantan, Banjar. Tak pelak lagi, di kawasan timur Indonesia nama Habib Abubakar sangat disegani dan disayangi. Sebelum menetap di Tanah Baru, kota Depok, ia berdakwah di Surabaya.

Banyak murid murid Habib Abu Bakar Al Attas yg menjadi Ulama. Dan banyak Ulama ulama yang menjadi murid murid Beliau. Beliau tidak terkenal di kalangan Habaib & Umat Islam di Indonesia. Tapi setiap kali Ulama ulama dari luar negeri datang, pasti mereka mendatangi beliau. Bahkan Habib sekaliber Syekhan Al Bahar pun sering menyambangi beliau. Habib Abu Bakar sangat sayang & perhatian kepada murid-muridnya. Beliau begitu sabar & ikhlas melayani ribuan manusia yang hadir dari berbagai daerah di Majelisnya pada setiap minggu sore.

Habib Salim Alattas: “Habib Abu Bakar orang yang masyaallah beliau memberi makan puluhan ribu orang saat pada maulid. Beliau bekerja hanya berdagang kain sarung di daerah Kalimantan dan Jawa. Beliau ceramah tidak pernah mau terima uang dari siapapun. Habib Abu Bakar orang yang masyaallah”

http://pecintahabibana.wordpress.com/2013/01/18/habib-abu-bakar-bin-hasan-alatas-az-zabidi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar