Rabu, 30 Oktober 2013

Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi, Probolinggo

KISAH BERAGAM SANG DOKTER UMMAT
Surabaya adalah Ibu Kota Propinsi Jawa Timur yang dalam perjalanan sejarah juga terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan. Di kota yang juga menjadi pusat Dakwah Sunan Ampel inilah Habib Muham­mad Bin Ali Al-Habsyi di­lahir­kan, tepatnya pada tanggal 20 Februari 1945 di Ke­lu­rahan Wonosari Surabaya Utara.
Ayah beliau adalah bernama Habib Ali Bin Muhammad Bin Alwi Ahmad Bin Ja’far As-Shiddiq Bin Husain Bin Ahmad Muhammad Shokhibussuaib Bin Alwi Bin Abu Bakar Al-Habsyi Bin Ali Bin Ahmad Bin Muhammad Assadullah Bin Khusain Attaraji Bin Ali Bin Muhammad Almuffaddul Fiqqih Bin Ali Muhammad Shohibul Murbath Bin Ali Kholiulqosim Bin Alwi Bin M uhammad Bin Alwi Bin Abdullah Bin Ahmad Almuhajir Bin Isa Annaqib Bin Muhammad Annaqib Bin Ali Alaridl Bin Ja’far Asshodiq Bin Muhammad Albaqir Bin Ali Zainul Abidin Bin Husain Assibathi Bin Ali Bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Binti Rasulullah Muhammad SAW.
SILSILAH KELUARGA

Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi dilahirkan dan dibesarkan di tengah-tengah keluarga yang taat beragama, keluarga yang gemar membaca dan mengkaji ajaran agama Islam dan suka membantu serta menolong orang lemah dan mengasihi anak-anak yatim. Ayah Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi memelihara 7 anak yatim di rumahnya. Ayahnya memang seorang tokoh agama yang keras pendiriannya dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya kolonial Belanda yang gemar mempengaruhi watak dan budaya masyarakat Indonesia saat itu. Habib Ali bin Muhammad Bin Alwi Al-Habsyi  pindah dari kota Cirebon ke Surabaya beserta keluarga adalah untuk berdagang dan menyebarluaskan ajaran agama Islam dengan me ngajarkan Al-Qur’an dan cara sholat di mushola-mushola serta membuka perguruan silat di rumahnya. Di samping itu, beliau juga me ngajar di Polresta Surabaya dari seksi 1 sampai 6 ilmu silat PO padi yang  tergabung di IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) sekarang.
Habib Ali bin Muhammad Alwi Al-Habsyi juga selalu menekankan kepada putra-putrinya untuk selalu taat dan patuh terhadap ajaran agama Islam, yaitu dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan Allah. Bahkan kepada putra-putrinya, sejak kecil sudah ditanamkan semangat yang tinggi terhadap dakwah Islam. Dan perlu diketahui pula bahwa keluarga Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi berasal dari dataran bagian selatan Jazirah Arab tepatnya di daerah Hadramaut termasuk wilayah Yaman.
Di antara silsilah beliau yang pertama kali masuk ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam adalah Sayyid Husain Bin Abdillah yang diperkirakan terjadi pada tahun 1800 M. Istilah Sayyid berasal dari bahasa Arab. Sayyid yang berarti Tuan atau Junjungan. Di kala ngan masyarakat dikenal golongan yang dinamakan Sayyid yaitu mereka yang mempunyai nasab atau hubungan keturunan hingga Rasulullah Muhammad SAW, melalui putrinya Sayyidah Fatimah Az-Zahroh. Golongan Sayyid biasanya dipakai oleh keturunan dari Husain Bin Ali Bin Abi Thalib, sedangkan dari keturunan Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib merupakan golongan Syarif.
Kata Sayyid dan Syarif digunakan hanya sebagai atribut atau keterangan dan bukan sebagai gelar. Adapun gelar bagi mereka adalah Habib (kekasih) untuk anak laki-laki dan anak perempuan adalah Habibah. Mereka diperkirakan terbagi kedalam 80 Fam atau keluarga (kabilah). Setiap keluarga mempunyai nama sebutan tersendiri, misalnya: Al-Jufri, Al-Habsyi, Al-Haddad, Al-Athas, Al-Aidrus, Al-Assegaf, Al-Qodri, Bil Faqih, Al-Maliki, As-Satiri, Bafaqih, Al-Khurthi dan lain-lain. Mereka pada umumnya menetap di berbagai negara Islam seperti di Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam bahkan banyak yang menjadi warga negara di sana.
Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi yang dilahirkan dari hasil pernikahan Habib Ali Al-Habsyi dengan pasangannya Sayyidah Khodijah itu mempunyai lima saudara kandung yaitu: Sayyidah Syaikhah kakak dan empat orang adik yaitu Habib Umar, Sayyid Shodiq, Sayyidah Nur dan Sayyid Akhmad. Mereka semua anak-anaknya Habib Ali bin Muhammad Bin Alwi Al-Habsyi, semenjak kecil oleh ibu dan bapaknya sudah dibiasakan memngenal dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari, misalnya membiasakan memulai pekerjaan dengan membaca basmalah dan meng akhirinya dengan hamdalah, menghormati kedua orang tuanya, sholat berjamaah, mengucapkan salam bila bertemu seseorang dan supaya mengasihi anak-anak yatim serta orang yang tidak mampu. Sehingga tak heran kalau kepribadian Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi dan saudara-saudaranya semua taat dan patuh terhadap ajaran agama Islam.
BELAJAR DISEKOLAH KRISTEN
Setelah menginjak usia 7 tahun, Habib Muhammad Al-Habsyi memasuki Sekolah Dasar (SR Menteng Mereng I) di Surabaya pada tahun 1952. Pada pagi hari dan siang harinya beliau belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam kepada Ustadz Agil bin Yahya. Setelah lulus dari Sekolah Dasar / SR dengan nilai ijazahnya yang baik dan melihat kecerdasan serta kegemarannya memperdalam ilmu pengetahuan, maka ayahnya Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi menyuruhnya untuk melanjutkan ke SMP. Karena saat itu negara Indonesia baru saja merdeka sehingga sulit untuk masuk ke SMP Negeri, maka Habib Muhammad Al-Habsyi dengan izin dari ayahnya masuk ke SMP Santo Karolus di Kepanjen Surabaya pada tahun 1958-1961.
Setelah menyelesaikan belajarnya di SMP, beliau juga masih ingin melanjutkan ke SMA. Karena masih sulit untuk melanjutkan ke SMA Negeri, akhirnya Habib Muhammad Al-Habsyi minta izin kepada ayahnya untuk melanjutkan ke SMA Astra di Tegal Sari Surabaya pada tahun 1961-1964 dan Habib Ali Al-Habsyi akhirnya mengijinkan beliau untuk sekolah di lembaga Kristen itu. Dengan catatan asal beliau supaya tetap mengaji dan mempelajari agama Islam di siang hari dan malam hari, dan juga atas pertimbangan dasar pengetahuan agama yang dimiliki Habib Muhammad Al-Habsyi yang diperolehnya di rumahnya dan lingkungannya itu, maka diperbolehkanlah beliau untuk memasuki lembaga pendidikan non Muslim tersebut. Untungnya, pada saat pelajaran agama yang berupa kebaktian (beribadah ke gereja) anak-anak yang beragama Islam dipersilahkan tidak mengikutinya ke gereja.
Begitu Habib Muhammad Al-Habsyi lulus dari SMA Astra pada tahun 1964 dengan semangat dan tekad yang kuat beliau ingin melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan. Sang ayahnya pun me ngizinkannya. Beliau mendaftarkan diri pada Fakultas Kedokteran jurusan Farmasi / Apoteker di Jalan Dagu Bandung saat itu. Sayangnya, beliau tidak bisa menyelesaikan studinya mengingat pada tahun 1965 kondisi genting dengan adanya pemberontakan PKI, akhirnya beliau diminta ayahnya untuk pulang dan akan dinikahkan.
DUA PESANTREN DI MALANG
Selanjutnya setelah menyelesaikan studinya di Bandung, Habib Muhammad Al-Habsyi melanjutkan pengembaraannya dalam menuntut ilmu. Beliau juga sempat memperdalam ilmu-ilmu hadits dan percakapan Bahasa Arab di Pondok Pesantren Darul Hadits Malang yang diasuh langsung oleh Prof. Dr. Habib Abdullah Bil Faqih.
Di pesantren itu beliau mempelajari tentang perowi-perowi hadits serta sanad-sanadnya hingga hadits tersebut benar-benar diriwayatkan langsung dari Rasulullah SAW. Pengalaman yang sangat berharga ini dijalankan oleh Habib Muhammad Al-Habsyi selama satu tahun. Dan juga sempat berguru pada Ustadz Ba’abud untuk memperdalam ilmu dakwah dan pengetahuan agama Islam di Pondok Pesantren Daarun Nasyi’ien di Lawang, Kabupaten Malang selama satu tahun.
Perlu diketahui juga bahwa Habib Muhammad Al-Habsyi juga sempat belajar dan berguru di kota Mekkah Saudi Arabia di pondok pesantren Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki, yaitu pada tahun 1979 selama 46 hari, 1982 selama 3 bulan dan pada tahun 1983 selama 4 bulan, sedangkan pada tahun 1985 selama 3 bulan.
Mengingat desakan dari ayahnya untuk pulang dan menikah de ngan Syarifah Laily yang berasal dari Bangil Pasuruan, maka Beliaupun mengikuti permintaan sang ayah. Untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga, Beliau berdagang.
Selanjutnya, atas petunjuk dan nasehat dari orang tuanya serta guru-gurunya, akhirnya Beliau hijrah menuju ke Kota Probolinggo Jawa Timur untuk menebarkan ilmu. Di Probolinggo, Habib Muhammad Bin Ali Al Habsyi Pondok Pesantren Riyadhusholihin berdiri secara resmi mulai tanggal 20 Februari 1971. Pesantren yang didirikan beliau menfokuskan pada pendidikan dan pelayanan sosial. Di bidang pendidikan ada yang formal dan non formal. Yang formal mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Untuk pendidikan non formal yakni Madrasah Diniyah Ula, Wushto, dan Ulya. Di samping itu, Beliau aktif menyampaikan dakwah dan menjadi “dokter” bagi ummat.
BERPULANG KE RAHMATULLOH
Masyarakat Kota Probolinggo dan sekitarnya berduka, seorang ulama kharismatik, Habib Muhammad Bin Ali Al Habsyi berpulang ke rahmatullah, tepat pada 20 Februari 2005 yang bertepatan dengan 12 Muharrom 1426  sekitar pukul 23:15 WIBpada usia 60 tahun. Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsyi meninggalkan dua orang putra yakni Sayid Ali Bin Muhammad Ali Al Habsyi dan Sayid Hadi Bin Muhammad Al Habsyi serta seorang putri Syarifa Erna Bin Muhammad Bin Ali Al Habsyi. (*)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar