atau yang sering disebut 'Habib Ali Batu Pahat' adalah
seorang kekasih Allah yang mengajarkan kepada siapa-pun bahwa di zaman yang
sudah amat maju ini orang masih bisa hidup zuhud dan tawadhu. Dalam
kesederhanaannya, ia mengarungi hidup dengan tegar. Banyak di antara pecintanya
ingin membangunkan rumah mewah sebagai kediaman yang layak bagi orang sebesar
dirinya. Namun semuanya ia tolak secara halus. Demikianlah, setiap harinya dia
mandi dan mengambil wudhu di kamar mandi yang bersatu dengan sumur tua dalam
bangunan yang sangat sederhana.
Tanda keutamaan dalam dirinya sangat jelas. la adalah orang
yang ketika wajahnya dipandang, dapat mengingatkan hati yang memandangnya
kepada Allah SWT. Akhlaqnya amat luhur dan mulia, sebagai bias dari akhlaq
datuknya, Baginda Rasulullah SAW. Sikap zuhud terhadap dunia adalah hiasan
terindah dalam kesehariannya. Begitu pula sifatnya yang teramat wara'.
Salah seorang kerabatnya dari Indonesia, yang masih
terhitung cucunya, suatu saat mengunjunginya. Saat berada di sana, lewat
jendela rumah sederhana itu, sang cucu memandangi buah kelapa yang menggantung
di pohon kelapa di sisi rumahnya.
Memperhatikan hal itu, Habib Ali mendekat dan mengatakan
kepadanya, "Kamu mau buah kelapa itu? Sebentar. Saya mintakan izin dulu
sama si empunya tanah. Sebab, saya hanya menyewa rumahnya, tanahnya tidak ikut
saya sewa." Subhanallah. Rumah sederhana yang ia tempati itu pun ternyata
rumah sewaan, bukan rumah miliknya.
Sangat Memuliakan Tamu
Hatinya begitu lembut. la tak ingin ada sedikit pun rasa
kecewa tumbuh di hati orang yang mengunjunginya. Di rumahnya yang amat
sederhana, kecil, dan sempit itu, sedemikian rupa ia muliakan setiap tamu yang
datang. Semua ia terima dengan penerimaan yang menyenangkan hati, tak peduli
rupa apalagi harta. Berjumpa dengan sosok bersahaja itu, hati pun serasa
menjadi lapang seketika. Ruang tamunya pun tak pernah kosong dari ratusan botol
kemasan air mineral para tamu yang berharap keberkahan dari doa-doa yang ia
lafalkan. Meski amat banyak untuk ukuran seorang yang sudah sesepuh Habib Ali
Batu Pahat, ia mendoai satu per satu air itu dengan penuh kekhusyu'an. la amat
santun kepada setiap tamunya. Kaya, miskin, ulama, ataupun awam. Siapapun.
Meski hidup sederhana, ia bahkan hampir selalu memberikan uang kepada para
tamunya. Jumlahnya terkadang tidak kecil. Jika mereka berkunjung pada jam
makan, tak mungkin tamunya diizinkan pulang sebelum mereka makan bersamanya.
Sifat rendah hatinya kepada setiap tamunya amat mengagumkan. Sebelum sang tamu
pulang, orang semulia dirinya ini justru selalu meminta doa dari mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar