SHOHIBUL
FADHILAH Usianya masih terbilang muda, namun Sayid Muhammad bin Alwy Syahab ini
gigih berdakwah di kawasan Jakarta Selatan. Majelis Taklim Wat Tadzkir Al
Yusrain yang dipimpinnya banyak diikuti oleh kalangan anak muda
Putra
ketujuh dari 9 bersaudara Habib Alwy Syahab ini dilahirkan di Palembang 19
Maret 1981. Usianya memang terbilang masih muda, namun Sayid Muhammad ini
hampir selama lima tahun terakhir ini membina Majelis Taklim Al-Yusrain Cabang
Jakarta Selatan dan sekaligus menjadi wakil ketua umum Majelis Taklim Wat
Tadzkir Al Yusrain. Hampir sudah lima tahun terakhir ini ia mengelola majelis
taklim yang banyak diikuti oleh anak-anak muda di kawasan Jakarta Selatan.
Tantangannya
berdakwah di Jakarta Selatan, selalu ada. Apalagi area Jakarta Selatan mulai
dari Buncit, Pomad, Manggarai, Buncit, Duren Tiga, Kalibata, Pejaten,
Kebagusan, Depok. “Tantangan orang sekarang sebenarnya hanya sebatas di omongan
saja. Ibaratnya tantangan itu hanya mau menjatuhkan semangat untuk berdakwah.
Tapi itu justru semakin memicu atau cambukan semangat hati saya untuk
berdakwah,” katanya.
Dicontohkan,
kalau majelis taklim di Jakarta ini tergantung dari jumlah jamaahnya di mana
kalau jamaahnya lebih ramai atau banyak, itu yang disukai oleh jamaah. Tapi
baginya, majelis taklim yang dikelola sebenarnya lebih menekankan untuk
bertaklim dan bertadkir mengenai ilmu. ”Ini dimaksudkan agar tidak saja
mendapatkan ilmu saja, tapi juga bisa bermanfaat bagi kehidupan di dunia dan
akhirat.”
Jadwal
Majelis Taklim Wat Tadzkir di cabang Jakarta Selatan sebenarnya berlangsung
harian dan berpindah-pindah tempat dimulai tiap habis shalat Isya. Adapun
materi pelajarannya meliputi tafsir, tarikh, fiqh, tasawuf. Kitab yang dipakai
diantaranya mengkaji kitab Al-Anwarul Muhammadiyah (karya As-Syekh Yusuf bin
Ismail An-Nabhani), As-Syifa (karya Imam Qadhi Iyadh) dan lain-lain. Setiap
minggu seluruh jamaah di kumpulkan di Jl H Samali Kalibata, Jakarta Selatan
dengan membaca wirid Dalailul Khairaat. Khusus di bulan Maulid, majelisnya
mengadakan 100 hari peringatan maulid yang digelar sejak pertengahan bulan
Maret yang lalu dan diperkirakan akan berakhir pada 29 Juni 2007 mendatang.
Pendidikan
agama dari Sayid Muhammad selain diperoleh dari kedua orang tuanya sejak kecil.
Ia kemudian masuk ke sekolah Madrasah Ibtidaiyah Adabiyah, Delapan Ilir,
Palembang dan lulus pada tahun 1992. Selain sekolah di pendidikan umum, ia juga
masuk ke sekolah diniyah pada madrasah yang sama, yang banyak memuat pendidikan
agama Islam pada sore harinya.
Selama masih
sekolah diniyah ia juga memperdalam ilmu agama pada ulama-ulama yang ada di
Palembang. Salah satunya adalah dengan mengikuti taklim dari Habib Umar bin
Abdul Aziz, Habib Novel Al-Kaff, Habib Umar bin Syahab. ”Yang paling berkesan
dari Habib Umar bin Abdullah Syahab adalah pesannya kepada saya yakni untuk
mengejar tujuan hidup.’Kejarlah tujuan hidup itu dunia dan akhirat’.”
Karena
itulah, ia banyak belajar dengan sungguh dan sekolah Tsanawiyah dan SMA di
tamatkan di Palembang. Ia juga bertaklim pada sahabat terdekat dari Habib Umar
bin Abdullah Syahab yakni Habib Muhammad bin Abdullah Al-Habsyi di rumahnya. Ia
menyempatkan selama tiga hari dalam satu minggu belajar mulai dari fiqh
(safinatul najah), tarikh, tasawuf, dan lain-lain.
Setelah
dirasa cukup menimba ilmu agama di Palembang, pada saat itu sebenarnya ia
mengalami kebimbangan, akan masuk ke akademis (universitas atau mahad). Ia
kemudian bertanya kepada gurunya yakni Habib Muhammad Al-Habsyi. Ternyata Sayid
Muhammad mendapat dukungan penuh untuk meneruskan ke mahad (Pesantren) Darul
Hadits, Malang, Jawa Timur.
Ia kemudian
masuk Darul Hadits mulai tahun 1998 sampai 2002 di bawah bimbigan Habib
Abdurrahman bin Abdullah Bilfagih. Selepas dari Darul Hadits, ia sempat mau
melanjutkan ke Hadramaut. Kebetulan, adiknya sedang menempuh pendidikan taklim
di Darul Musthofa, Tarim Hadramaut. Maka sebelum berangkat ke Hadramaut, ia
sempat bertanya pada adik yang ada di Hadramaut untuk bisa dilihat bagaimana
masa depan pendidikannya di sana.
Sang adik,
Syarifah Aluya kemudian bertanya kepada Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwy
bin Idrus bin Syahab.Ternyata Mufti Hadramaut sekarang itu bukan memberikan
jawaban, tapi langsung memberi ijazah dan imamah yang biasa didapat di taklim Darul
Musthofa. Habib Abdullah bin Muhammad Syahab kemudian berpesan:
”Bilang
kepada kakak kamu. tak usah ke Hadramaut lagi. Cukup taklim di Indonesia dan
mulailah berdakwah’.”
Setelah
mendapat pesan dari sang adik, Sayid Muhammad Syahab kemudian pada tahun 2002
itu juga ke Jakarta dan bertemu dengan salah seorang gurunya di Palembang
sekaligus mursyid dan murobby beliau yakni Habib Muhammad Rafiq bin Luqman
Al-Kaff Gathmyr.
SEMOGA MENCADI MOTIFASI BAGI KITA
BalasHapusmarhaba sayyidiy 🙏🏻
BalasHapusTetanggaku
BalasHapus