Nasab
Beliau dilahirkan di Huraidhoh, Hadhramaut (Yaman) pada hari
Selasa 19 Ramadhan 1257 H. Al-Habib Ahmad bin Hasan bin Abdulloh bin Ali bin
Abdulloh bin Muhammad bin Muhsin bin Imam Husein bin al-Quthb al-Kabiir Umar
bin Abdurrohman bin Aqil al-'Atthos bin Salim bin Abdulloh bin Abdurrohman bin
Abdulloh bin al-Quthb Abdurrohman as-Segaf bin Muhammad Maula Dawileh bin Ali
bin Alwi bin al-Ustadz al-'Adhom al-Faqih al-Muqoddam Muhammad bin Ali bin
Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi' Qosam bin Alwi bin Muhammad Shohib
Shouma'ah bin Alwi bin Ubaidillah bin al-Muhajir Ilalloh Ahmad bin Isa bin
Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Imam Jakfar ash-Shodiq bin Muhammad
al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam as-Sibth al-Husein bin al-Imam Amiril
Mukminin Ali bin Abi Thalib suami az-Zahro Fatimah al-Batul binti Rosulullah
Muhammad SAW.
Masa Kecil
Ketika masih dalam umur penyusuan, ia terkena penyakit mata
yang ganas hingga hilang penglihatannya. Ibu beliau merasa sedih lalu
mendatangi al-Habib Sholeh bin Abdulloh al-'Atthos. Ia letakkan bayi mungil itu
di depan Habib Sholeh, lalu menangis sekuat-kuatnya. "Apa yang dapat kami
perbuat dengan anak yang buta ini?" kata ibunya dengan suara sedih. Habib
Sholeh menggendong bayi itu, lalu memandangnya dengan tajam. "Ia akan
memperoleh kedudukan yg tinggi. Masyarakat akan berjalan di bawah naungan dan
keberkahannya. Ia akan mencapai maqom kakeknya, Umar bin Abdurrohman
al-'Atthos.", kata Habib Sholeh. Mendengar ini, ibu beliau pun merasa
terhibur. Sejak itu Habib Ahmad memperoleh perhatian khusus dari Habib Sholeh.
Kadang bila melihat Habib Ahmad berjalan menghampirinya, Habib Sholeh berkata,
"Selamat datang pewaris sir Umar bin Abdurrohman." Kemudian Habib
Sholeh memboncengkan dia di tunggangannya. Pada kesempatan lain Habib Sholeh
berkata kepada beliau, "Kau mendapat madad khusus dari kakekmu Umar bin
Abdurrohman."
Penglihatan Batin
Meski kehilangan kedua penglihatannya, Habib Ahmad bin Hasan
tampak seperti orang yang dapat melihat dengan baik. Allah mengganti
penglihatan lahiriahnya dengan penglihatan batiniah. Hal ini terbukti dalam
beberapa peristiwa, baik ketika beliau masih kecil maupun setelah mencapai usia
lanjut. Seakan Alloh SWT ingin menunjukkan kepada orang-orang yang hidup
sejamannya makna firman-Nya: "Karena sesungguhnya bukanlah mata yang buta,
tapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada." (Q.S. al-Haj, 22:46).
Sebagaimana manusia, semua hewan juga memiliki cahaya mata dhohir, tapi cahaya
mata hati (bashiroh) hanya dimiliki oleh orang-orang yg telah dipersiapkan
Alloh untuk dekat dengan-Nya. Habib Ahmad sering memberitahu hal-hal yang luput
dari pandangan para sahabatnya.
Sebagaimana manusia, semua hewan juga memiliki cahaya mata
dhohir, tapi cahaya mata hati (bashiroh) hanya dimiliki oleh orang-orang yang
telah dipersiapkan Alloh untuk dekat dengan-Nya. Habib Ahmad sering memberitahu
hal-hal yang luput dari pandangan para sahabatnya. Habib Umar bin Muhammad
al-'Atthos bercerita, "Ketika masih kecil, aku suka bermain-main dengan
Akh Ahmad bin Hasan dan Akh Abdulloh bin Abubakar bin Abdulloh di jalanan kota.
Usia kami sebaya, aku sering mendengar masyarakat memperbincangkan kewalian dan
kasyf-kasyf Akh Ahmad bin Hasan, namun aku belum pernah membuktikannya. Suatu
hari aku berkata pada Akh Abdulloh bin Abubakar, "Mari kita buktikan
omongan masyarakat malam ini. Jika ia memang seorang wali, kita akan
membenarkannya, tapi jika itu hanya kabar bohong, kita akan membuatnya
menderita."
Kami menggali lubang di dekat tempat kami bermain lalu kami
tutup dengan tikar. Setelah tiba saat bermain, aku berkata pada pada Akh Ahmad
bin Hasan, "Malam ini kita adakan lomba lari.". Kami tempatkan ia di
tengah2, tepat ke arah lubang yang baru kami gali. Kami lalu berlari sambil
berteriak, "Ayo lari...lari...!". Ketika sudah dekat dengan lubang
itu, Akh Ahmad melompat seperti seekor kijang. Mulanya kami kira kejadian ini
hanya suatu kebetulan, kami pun mengajaknya berlomba lagi. Tapi ketika sampai
di depan lubang, ia melompat seperti sebelumnya. Saat itu kami sadar bahwa ia
memang bukan manusia biasa.
Pernah ada lelaki datang menemui beliau dengan membawa uang
1 dirham yang ia temukan di jalan. Di permukaan dirham itu tertulis sesuatu
yang sulit dibaca karena dirham itu sudah terlalu tua. Beliau meraba dirham
tersebut, lalu berkata kepada murid beliau, Syeikh Muhammad bin Awudh Ba Fadhl,
"Coba perhatikan dengan teliti, apa yang tertulis di permukaan dirham
ini.". Ia mencoba membacanya, tapi tidak berhasil. Beliau kemudian berkata,
"Mungkin ini adalah jenis dirham ash-Shomadiah yang dikeluarkan oleh
Sulaiman bin Abdul Malik al-Umawi. Pada sisi yang satu tertulis surat al-Ikhlas
dan pada sisi lain tertulis: Laa ilaaha 'illallaah wahdahu laa syariikalahu,
lahulmulku wa lahulhamdu wahuwa 'alaa kulli syay'in qodiir.". Syeikh
Muhammad lalu mencoba melihat mata uang itu dengan lebih teliti, ternyata benar
apa yang ducapkan Habib Ahmad bin Hasan. Nama raja Sulaiman bin Abdul Malik
al-Umawi tertulis melingkari mata uang tersebut dengan tulisan kufi tanpat
titik dan dengan aturan yang aneh.
Menuntut Ilmu
Sejak kecil beliau Habib Ahmad bin Hasan al-'Atthos gemar
menuntut ilmu. Ketika berusia 5 tahun, kakek beliau, Habib Abdulloh, mengajari
beliau membaca Qur'an sebelum menyerahkan pendidikan beliau pada Faraj bin Umar
bin Sabbah murid Habib Hadun bin Ali bin Hasan al-'Atthos. Beliau juga belajar
kepada Habib Sholeh bin Abdullah al-'Atthos. Beliau bercerita, "Suatu
hari, ketika usiaku 5 tahun, aku bermain-main & berguling-guling di tanah.
Kebetulan Habib Sholeh bin Abdulloh al-'Atthos lewat di dekatku. Beliau
berkata, 'Bangun, pakai pakaianmu lalu tunaikan Sholat Jum'at!'...".
"Tubuhku kotor!", jawabku. "Tidak masalah, bangunlah, pakai
pakaianmu dan kerjakanlah Sholat Jum'at!". Habib Sholeh lalu membacakan
firman Alloh Ta'ala: "Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Alloh,
maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.". (Q.S. al-Haj, 22:32).
Inilah ayat pertama yang dihafalkan oleh Habib Ahmad bin Hasan al-'Atthos dari
Habib Sholeh bin Abdulloh al-'Atthos. Perlu diketahui bahwa Habib Ahmad
memiliki daya hafal yang luar biasa, beliau mampu menghafal dengan sekali
dengar. Setiap kali ada ulama datang ke kotanya, Huraidhoh, beliau selalu
memanfaatkan kesempatan itu untuk menimba ilmu dari mereka. "Hatiku
dipenuhi rasa pengagungan dan penghormatan pada salaf yang tiba di kotaku.
Ketika Habib al-'Allamah Muhammad bin Ali Assegaf datang, aku seakan-akan
melihat seorang nabi."
Guru-Guru Beliau
Guru-guru beliau antara lain adalah Habib Abubakar bin Abdulloh
al-'Atthos, Habib Sholeh bin Abdulloh al-'Atthos, Habib Ahmad bin Muhammad bin
Alwi al-Muhdhor, Habib Ahmad bin Abdulloh bin Idrus al-Bar, Habib Abdurrohman
bin Ali bin Umar bin Segaf Assegaf, Habib Muhammad bin Ali bin Alwi bin
Abdillah Assegaf & Habib Muhammad bin Ibrahim bin Idrus Bilfaqih. Sedangkan
guru-guru beliau di Haramain adalah Habib Muhammad bin Muhammad bin Muhammad
Assegaf, Habib Fadhl bin Alwi bin Muhammad bin Shol Maula Dawileh, dan Sayid
Ahmad bin Zaini Dahlan. Adapun Syeikh fath Habib Ahmad bin Hasan al-'Atthos
adalah Habib Sholeh bin Abdulloh al-'Atthos dan Habib Abubakar bin Abdulloh
al-'Atthos. Habib Sholeh men-tahkiim beliau sebagai seorang sufi dengan
mencukur rambut kepala beliau dengan kedua tangannya yang mulia dan memerintahkannya
untuk wudhu & mandi. Setelah itu Habib Sholeh mendudukkan beliau di
hadapannya lalu men-talqiin kalimat: "Laa ilaa illallah Muhammadun
Rasuulullaah" sebanyak 3 kali dan kemudian memberi beliau ijaazah dan
ilbaas. Buku-buku yang dibaca Habib Ahmad di hadapan Habib Sholeh antara lain
adalah "Idhoohu Asroori Uluumil Muqorrobiin, Ar-Risaalatul Qusyairiyyah,
Asy-Syifaa' karya Qodhi 'Iyadh dan Mukhtashor al-Adzkaar karya al-Allamah
Syeikh Muhammad bin Umar Bahroq. Semenjak berguru kepada Habib Sholeh, beliau
tidak pernah meninggalkan majlisnya, baik saat Habib Sholeh berada di kota 'Amd
maupun di luar kota, hingga Habib Sholeh meninggal dunia pada tahun 1279 H.
Subhaanaka-lloohumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla
anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...
Wallohu a'lam bishshowab
Sumber :
"Sekilas tentang Habib Ahmad bin Hasan al-'Atthos:
Riwayat hidup, Wasiat dan Nasihat, Kisah & Hikmah, Do'a dan Amalan."
Penerbit: Putera Riyadi, Solo.
Diposkan oleh ANDRI WIJAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar