dilahirkan
pada bulan Muharram 1326 H / Maret !908 M. Ayah beliau bernama Habib Ahmad bin
Muhammad Bahsin, sedang ibunya bernama Syarifah Syifa' binti Abdurrahman.
Sejak kecil
beliau dididik dalam keluarga islami. Pendidikan pertamanya di Arabian School,
di samping belajar kepada ayah an paman beliau, Habib Ali bin Muhammad Bahsin.
Dalam
menunutut ilmu, Habib bAlwi bersungguh-sungguh dan tidak pernah merasa puas.
Banyak ulama yang tercatat sebagai guru beliau, antara lain, Habib Ahmad bin
Hamid Al-Kaff, Syekh Abu Bakar bin Hasan Basyaib, KH.Abdullah Azhari ( Kiai
Pedatuan ), dan Habib Husein bin Abu Bakar Syekh Abu Bakar. Sejak berusia 15
tahun, Habib Alwi telah diizinkan oleh guru-gurunya untuk mengajar. Sistem
pengajaran yang beliau terapkan kebanyakan berupa diskusi dan praktik, terutama
dalam hal fiqih. Tidak berhenti ampai disitu, pendidikan Habib Alwi terus
berlanjut, hingga beliau banyak mendapatkan ijazah dari berbagai Habib yang
masyhur, di antaranya Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Kwitang ), Habib
Salim bin Jindan ( Jakarta ), Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid ( Tanggul ) dan
Habib Salim bin Alwi Al-Khirid ( Makkah ).
Habib Alwi
terkenal sebagai seorang ulama yang tegas dan berani dalam menjalankan Amar
makruf Nahi Munkar. Madrasah yang didirikannya pada zaman penjajahan jepang
sempat ditutup karena beliau menentang Jepang untuk menyembah matahari setiap
pagi hari. Namun setelah Jepang meninggalkan Indonesia, 1945, madrasah tersebut
beliau buka kembali dan dinamai Madrasah Al-Kautsar, terletak di Kampung
Munawar 13 Ulu.
Kegigihan
Habi Alwi dalam berdakwah terlihat tatkala beliau ke pelosok daerah seperti
Tanjung Agung dan Talang Padang. Dengan berbekal sampan dan lampu petromaks,
beliau dan beberapa temannya menunggu perahu motor yang lewat untuk mengikatkan
ampan pada perahu tersebut, sehingga perjalanan menjadi lebih cepat. Demikian
pula ketika mereka akan kembali ke kota. Sesampainya di daerah tersebut, mereka
membersihkan musala dan mengajak penduduk untuk shalat berjamaah atau
menghadiri majlis taklim.
Habib Alwi
mencurahkan perhatian yang luar biasa kepada kaum muslimin, terutama faqir
miskin dan yatim piatu. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan panti asuhan Darul
Aitam, pada 8 Desember 1971 M ( 29 Syawal 1391 H ). Di tanah wakaf H.Syukur bin
Ahmad Bustam, 14 Ulu, Palembang, yang juga merupakan gagasan gurunya, Habib
Abdurrahman bin Syekh Al-Idrus.
Selain
mendirikan Darul Aitam, beliau juga membangun Madrasah Al-Munawariyah yang
terletak di Lr.Sederhana 13 Ulu. Aktivitas yayasan dan madrasah tersebut
hinggga kini masih berjalan. Pada tahun 1395 H, Habib Alwi mempelopori kuliah
subuh di masjid dan musholla. Antara lain yang masih berjalan di Masjid Darul
Muttaqin 8 Ilir, Palembang, setiap minggu pagi.
Sudah
menjadi kebiasaan para habib untuk melazimkan berziarah kepada para sholihin.
Demikian pula Habib Alwi, sering berziarah ke makam kakeknya, Habib Muhammad
bin Ahmad Bahsin, di Jebus, Pulau Bangka. Konon kakek beliau dengan ilmunya
dapat menaklukan dukun-dukun santet yang terkenal hebat di daerah tersebut.
Habib Alwi
memiliki persahabatan yang istimewa dengan Habib Ali bin Husein Al-Aththas (
Bungur ). Hal ini terlihat tatkala Habib Ali wafat. Sebelum wafat, beliau
berwasiat agar yang memandikan jenazahnya adalah Habib Alwi Bahsin. Maka
dipenuhilah keinginan beliau dengan memberangkatkan Habib Alwi dari Palembang
untuk memandikan jenazahnya. Demikian pula semasa hidupnya, Habib Ali bin
Husein Al-Aththas selalu berpesan kepada jemaah yang hendak pulang atau
berziarah ke Palembang, agar memintakan doa' kepada hAbib Alwi Bahsin untuk
beliau.
Pada tahun
1398 H, Habib Alwi menunaikan ibadah haji. Setibanya di Jeddah, karena
kecintaan yang begitu mendalam kepada datuknya, Rasulullah saw, beliau dan
rombongan langsung menuju Madinah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah yang
biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan izin Allah swt menjadi
begitu singkat, sehingga membuat sopir mobil yang ditumpanginya takjub.
Saat di
Madinah, Habib Alwi tidak mau menginap di hotel yang telah disediakan di lantai
atas. "Bagaimana mungkin aku berada di atas, sedangkan Rasulullah saw
berada di bawah. Aku takut tidak mengamalkan akhlaq yang telah diajarkan oleh
Nabi saw." Katanya. Dan sewaktu berziarah ke makam Nabi saw, dengan
melepas gigi palsunya, beliau menyatakan tidak menyukai kedustaan seperti
halnya gigi palsu itu.
Habib Alwi
berpulang ke Rahmatullah pada waktu fajar hari selasa, 22 Januari 1985 M ( 1
Jumadil awal 1405 H ). Beliau berwasiat agar kita selalu berpegang teguh pada
madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, dengan mengikuti jejak langkah salaf
as-sholihin, para ulama Sholeh terdahulu.
Al - Kisah
No.21 / Tahun II / 11 – 24 Oktober 2004
Diposkan
oleh Izhar Syapawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar