Minggu, 27 Oktober 2013

SYEIKH ABDUL WAHAB BABUSSALAM ROKAN

Nama lengkap Syekh Abdul Wahab Rokan adalah Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an-Naqsyabandi, terkenal dengan sebutan “Tuan Guru Babussalam (Besilam)”, Faqih Muhammad gelarnya, dan Abu Qosim demikian nama kecilnya. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, keturunan dari raja-raja Siak. Sedangkan ibunya bernama Arba’iah binti Datuk Dagi binti Tengku Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim, kepenuhan (Riau) dan masih mempunyai pertalian darah dengan Sultan Langkat.

Ketika wafatnya, Haji Abdullah Tembusai meninggalkan 670 anak dan cucu. Salah seorang putra beliau bernama M. Yasin menikah dengan seorang wanita dari suku Batu Hampar, dari hasil pernikahan ini kedua sepasang suami istri ini melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Abdul Manaf, yaitu ayah kandung Syekh Abdul Wahab Rokan.

Beliau dilahirkan pada tanggal 19 Rabi’ul Akhir 1230 H. bertepatan dengan 28 September 1811 M. di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Sumatera Timur, (Sekarang Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan hulu, Propinsi Riau). Dan wafat pada tanggal 21 Jumadil awal 1345 H. bertepatan dengan 27 Desember 1926 M. di Babussalam, Tanjungpura, Sumatera Timur (Sekarang Sumatera Utara). Abdul Wahab tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung agamanya. Nenek buyutnya, H Abdullah Tembusai, dikenal sebagai seorang ulama besar dan golongan raja-raja yang sangat berpengaruh dan disegani pada zamannya.

Dengan titisan darah demikian, Syekh Abdul Wahab sejak kecil terdidik, terutama untuk pelajaran agama. Demi menghapal AlQuran, Syekh Abdul Wahab kecil tak jarang bermalam, di rumah gurunya. Ia pun patuh pada guru, bahkan kerap mencucikan pakaian orang yang mendidiknya itu. Keistimewaan telah tampak sejak Wahab masih bocah. Suatu ketika, saat orang terlelap pada dinihari, Abdul Wahab masih menekuni AlQuran. Mendadak muncul seorang tua mengajarinya membaca aLQuran. Setelah rampung satu khatam, orang tua itu menghilang.

Pada permulaan belajar ilmu agama, Syekh Abdul Wahab Rokan belajar pada Tuan Baqi di tempat kelahirannya, selain itu beliau juga belajar membaca al-Qurân kepada H.M. Sholeh, seorang alim besar asal Minangkabau sampai tamat. Kemudian Syekh Abdul Wahab Rokan melanjutkan studinya ke Tembusai dan berguru dengan Maulana Syekh Abdullah Halim dan Syekh Muhammad Shaleh Tembusai. Dari keduanya dipelajarinya berbagai ilmu dalam bahasa arab, antara lain kitab-kitab Fathul Qorîb, Minhâju al-Thâlibîn, Iqna’ (Fiqih), Tafsîr Jamâl, Nahwu, Sharaf, Balâghah, Manthiq, tauhîd, Arûdh dan lain-lain. Karena kepintarannya dalam menyerap ilmu-ilmu dari gurunya dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu tersebut, digelarlah ia dengan “Faqih Muhammad”, artinya orang yang ahli dalam ilmu Fiqih.

Setelah menamatkan studinya dengan dua ulama terkemuka tersebut, pada tahun (1846 M). Abu Qosim (nama kecil Syekh Abdul Wahab Rokan) berangkat ke Semenanjung Melayu untuk menambah ilmu pengetahuan dan tinggal di Sungai Ujung (Simunjung), Negeri Sembilan. Di tempat ini ia belajar kepada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau, seorang ulama terkemuka yang berasal dari minangkabau. Syekh H. Muhammad Yusuf kemudian diangkat sebagai mufti di Kerajaan Langkat dan digelari “Tuk Ongku”. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari Faqih Muhammad berdagang di kota Malaka. Menariknya, berkat kesalihannya, ia menyuruh pembeli menimbang sendiri barang yang dibeli. Ini demi menghindarkan kecurangan.

Setelah dua tahun di Malaka ia meneruskan pelajaran ke Mekkah. (1848 M). Selama enam tahun di Mekkah ia belajar kepada ulama-ulama terkenal seperti Saidi Syarif Zaini Dahlan (mufti mazhab Syafi’i), seorang ulama terkenal berasal dari Turki. Kemudian ia juga berguru dengan Syekh Sayyid Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki dan ulama bangsa Arab lainnya. Kepada ulama-ulama Jawi Atau Asia ia belajar kepada Syekh Muhammad Yunus bin Abdurrahman Batubara Asahan, Syekh H. Zainuddin Rawa, Syekh Ruknuddin Rawa, Syekh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathani, Syekh Abdul Qodir bin Abdurrahman Kutan al-Kalantani, Syekh Wan Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa al-Fathani dan lain-lain.

selama enam tahun pada guru-guru ternama pada saat itu. Di sini pulalah ia memperdalam ilmu tasawuf dan tarekat pada Syekh Sulaiman Zuhdi sampai akhirnya ia memperoleh ijazah sebagai “Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”.

Pada saat belajar di Mekah, Syekh Abdul Wahab dan murid-murid yang lain pernah diminta untuk membersihkan tandas dan kamar mandi guru mereka. Saat itu, kebanyakan dari kawan-kawan seperguruannya melakukan tugas ini dengan ketidakseriusan bahkan ada yang enggan. Lain halnya dengan Syekh Abdul Wahab. Ia melaksanakan perintah gurunya dengan sepenuh hati. Setelah semua rampung,

Sang Guru lalu mengumpulkan semua murid-muridnya dan memberikan pujian kepada Syekh Abdul Wahab sambil mendoakan,

mudah-mudahan tangan yang telah membersihkan kotoran ini akan dicium dan dihormati oleh termasuk para raja.Menyimak ketekunan muridnya, suatu ketika Sulaiman Zuhdi, resmi mengangkat Syekh Abdul Wahab sebagai khalifah besar. Pengukuhan itu diiringi dengan bai’ah dan pemberian silsilah tarekat Naqsyabandiyah yang berasal dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang kemudian diteruskan kepada Wahab. Ijazahnya ditandai dengan pemberian dua gelar.

Ia pun mendapat gelar Al Khalidi Naqsyabandi.Kemudian mendapat ijazah sebagai “Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”, dan diberi nama Syekh Haji Abdul Wahab Rokan Jawi al-khalidi an-Naqsyabandi. Tak lama Syekh Sulaiman Zuhdi menyuruh Abdul Wahab Rokan kembali ke tanahairnya untuk menyebarkan Tarekat Naqsyabandiah.

Di namakan Syekh Abdul Wahab dengan “Rokan”, karena ia berasal dari daerah Rokan, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Di namakan dengan “al-Khalidi”, karena ia menganut tarekat periode Syekh Khalid sampai pada masanya. Dan dinamakan ia dengan “an-Naqsyabandi”, karena ia menganut tarekat yang ajaran dasarnya berasal dari Syekh Bahauddin Naqsyabandi. Menurut silsilah urutan pengambilan tarikat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab Rokan adalah keturunan ke-32 dari Rasulullah Saw. Setelah kurang lebih enam tahun di Makkah, ia kembali ke Riau. Di sana, ia yang saat itu berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarekat yang dianutnya, hingga Sumatra Utara dan Malaysia.

Kampung Tarekat

Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan pulang ke tanah air pada tahun 1854 M dan dari sinilah awal karier penyebaran ilmu agama dan thoriqoh dimulai.dalam tahun itu juga. Pada masa awal, beliau mengajar di Tanjung Mesjid, daerah Kubu Bagan Siapi-api, Riau. Namun pada tahun 1856 M beliau mulai mengembangkan tidak hanya di Tanjung masjid, akan tetapi juga mengajar di Sungai Mesjid, daerah Dumai, Riau. Setelah itu beliau mulai merambah daerah di Kualuh, wilayah Labuhan Batu tahun 1860 M. Dan mengajar di Tanjung Pura, Langkat tahun 1865 M. Serta mengajar di Gebang tahun 1882 M, dan dalam tahun 1883 berpindah ke Babussalam, Padang Tualang, Langkat.

Di Babussalamlah dijadikan sebagai pusat seluruh aktiviti, sebagai pusat tarbiyah zhahiriyah, tarbiyah ruhaniyah dan dakwah membina umat semata-mata mengabdi kepada Allah SWT. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarekat yang dianutnya. Lama kelamaan muridnya banyak dan menyebar hingga ke Asia Tenggara. Sangking terkenalnya, raja-raja diwilayah Riau dan Sumatra Utara mengundangnya.

Pada suatu waktu Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan Langkat mengundangnya. Saat itu sang raja sedang dirudung kesedihan. Pasalnya putranya sakit parah dan akhirnya wafat. Syekh HM Nur yang sahabat karib Abdul Wahab ketika di Makkah yang kala itu menjadi pemuka agama di kerajaan memberikan saran agar Sultan bersuluk di bawah bimbingan Abdul Wahab. Sultan menyetujui dan mengundang Abdul Wahab.

Abdul Wahab pun akhirnya datang ke Langkat. Di sana ia mengajarkan tarekat Naqsyahbandi dan bersuluk kepada Sultan. Setelah berulang bersuluk, Sultan Musa memenuhi saran Wahab menunaikan ibadah haji. Di tanah suci sang Raja juga bersuluk kepada Sulaiman Zuhdi di Jabal Kubis.

Berkat kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan sebidang tanah di tepi Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya dapat mengembangkan syiar agama dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan menamakan kampung itu Babussalam (pintu keselamatan).
Dalam tarikh 12 Syawal 1300 H/12 Agustus 1883 M Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan bersama 160 orang pengikutnya dengan menggunakan 13 buah perahu mengarungi sungai Serangan menuju perkampungan peribadatan dengan undang-undang atau peraturannya tersendiri yang dinamakan Babussalam.

Pendidikan mengenai keislaman diterapkan setiap hari dan malam, sembahyang berjemaah tidak sekali-kali diabaikan. Tilawah al-Quran, selawat, zikir, terutama zikir menurut kaedah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan lain-lain sejenisnya semuanya dikerjakan dengan teratur di bawah bimbingan Syeikh Mursyid dan khalifah-khalifahnya. Syeikh Mursyid adalah Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan sendiri. Khalifah ada beberapa orang, pada satu ketika di antara khalifah terdapat salah seorang yang berasal dari Kelantan. Beliau ialah khalifah Haji Abdul Hamid, yang masih ada kaitan kekeluargaan dengan Syeikh Wan Ali bin Abdur Rahman Kutan al-Kalantani.

Babussalam berkembang pesat menjadi kampung yang mempunyai otonomi khusus. Kampung ini kemudian dikenal sebagai daerah basis pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah di Sumatra Utara. Bahkan Abdul Wahab sempat membentuk pemerintahan sendiri di Babussalam. Diantara yang paling menarik adalah membuat Lembaga Permusyawaratan Rakyat (Babul Funun).

Kendati terjalin erat, hubungan Wahab dan Sultan pernah juga mengalami pasang surut. Keduanya sempat renggang. Kala itu Syekh Abdul Wahab difitnah membuat uang palsu. Akibatnya, Sultan memerintahkan penggeledahan ke rumahnya. Namun kemudian tidak terbukti. Kedanya saling memaafkan. Namun seusai peristiwa Abdul Wahab memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Konon kepindahannya ini mengakibatkan sumur minyak di Pangkalan Brandan surut penghasilannya.

Ada peristiwa lain yang menyebabkan Syekh Abdul Wahab juga pernah penjajah Belanda menekan Sultan. Dalihnya, berbekal potret Tuan Guru Sheikh Abd Wahab , ditengarai Tuan Guru Babussalam demikian panggilan kehormatannya turut bertempur membantu pejuang Aceh melawan Belanda. Padahal, pada saat bersamaan, pengikutnya menegaskan Tuan Guru berdzikir di kamarnya.

Nota: ada cerita dr murid beliau ketika gurunya selesai berzikir dan keluar dr kamarnya terdapat tompok darah dr pakaian beliau seolah2 beliau baru pulang dr medan perang wallahualam

Syekh Abdul Wahhab Rokan adalah satu dari ulama Nusantara yang punya nama besar dan mengglobal melampaui tanah kelahiran dan daerah asalnya. Bagi masyarakat Langkat Sumatera Utara, Shekh Abdul Wahab Rokan adalah icon peradaban dan perkembangan keislaman. Melalui jasa beliaulah, Islam tersebar kepada masyarakat luas.Kealiman, kezuhudan, aktivitas dan produktivitasnya dalam berkarya dan berdakwah meninggalkan khazanah yang serasa tidak pernah habis digali oleh generasi sekarang.

Tokoh sejarawan Belanda, Martin Van Bruinessen menulis tentang Shekh Abdul Wahab Rokan:
Seorang Shekh Melayu (Abdul Wahab Rokan), hanya dengan sendirian saja mempunyai pengaruh di kawasan Sumatera dan Malaysia sebanding dengan apa yang dicapai para Shekh Minangkabau seluruhnya.

Fitnah Belanda

Sungguh pun Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan terkenal kezuhudannya, namun beliau tidak mengabaikan perjuangan duniawi, hal ini dibuktikan oleh beliau bersama-sama dengan Sultan Zainal Abidin, Sultan Kerajaan Rokan dan Haji Abdul Muthallib, Mufti Kerajaan Rokan pernah mengasaskan Persatuan Rokan. Persatuan Rokan bertujuan secara umumnya adalah untuk kemaslahatan dan kebajikan Rokan. Walau bagaimana pun tujuan utamanya adalah perjuangan kemerdekaan untuk melepaskan Kerajaan Rokan dari penjajahan Belanda. Pembahagian kerja Persatuan Rokan ialah Sultan Zainal Abidin sebagai pelaksana segala urusan luar negeri. Haji Abdul Muthallib menjalankan pekerjaan-pekerjaan dalam negeri dan Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab sebagai menerapkan pendidikan memberi semangat pada masyarakat.

Pada suatu saat Babussalam pernah dihancurkan oleh Belanda dan mengakibatkan tuan guru dan para pengikutnya akhirnya mengungsi. Setelah dirasa aman, maka beliau kembali ke Babussalam, setelah terharu menyaksikan kampung yang dibangunnya menjadi sepi dan hancur, Tuan Guru bersama pengikutnya, kembali membangun Babussalam dan menetap kembali disana. Tak sekadar berkembang pesat, Tuan Guru bersama Babussalam tumbuh sebagai basis Islam yang disegani.

Tak ayal, pemerintah kolonial Belanda berusaha menjinakkannya. Salah satunya dengan tipu daya berupa memberi gelar kehormatan. Pada tahun 1342 H/1923 M Asisten Residen Belanda bersama Sultan Langkat menyematkan Bintang Emas untuk Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan. Wakil pemerintah Belanda menyampaikan pidatonya pada upacara penyematan bintang itu, Adalah Tuan Syeikh seorang yang banyak jasa mengajar agama Islam dan mempunyai murid yang banyak di Sumatera dan Semenanjung dan lainnya, dari itu kerajaan Belanda menghadiahkan sebuah Bintang Emas kepada Tuan Syeikh. Namun demikian, penyematan bintang seperti itu bukanlah merupakan kebanggaan baginya, mungkin sebaliknya bahawa bisa saja ada maksud-maksud tertentu daripada pihak penjajah Belanda untuk memperalatkan beliau untuk kepentingan kaum penjajah yang sangat licik itu.

Oleh itu, dengan tegas Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan berkata ketika itu juga,
Jika saya dipandang seorang yang banyak jasa, maka sampaikanlah pesan (amanah) saya kepada Raja Belanda supaya ia masuk Islam.''

Tuan Guru menilai bahwa pemberian bintang itu merupakan pengingat yang diberikan oleh Allah kepadanya secara tidak langsung. Setelah kejadian itu, ia meminta pengikutnya lebih giat dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan kepada Sultan Langkat untuk dikembalikan kepada Belanda.

Tuan Guru wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H (27 Desember 1926), meninggalkan 4 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga kini makamnya diziarahi ribuan umat, terutama setiap peringatan hari wafat (haul).

Murid

Murid Syeikh Abdul Wahhab Rokan sangat ramai: Di antara muridnya yang dianggap mursyid dan khalifah dan yang sangat giat menyebarkan Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Batu Pahat, Johor ialah Syeikh Umar bin Haji Muhammad al-Khalidi. Muridnya yang lain ialah Syeikh Muhammad Nur Sumatera. Murid Syeikh Muhammad Nur Sumatera ialah Haji Yahya Laksamana al-Khalidi an-Naqsyabandi, Rambah, Sumatera. Beliau ini adalah penyusun buku berjudul Risalah Thariqat Naqsyabandiyah Jalan Ma'rifah, cetakan pertama tahun 1976 di Malaysia, diterbitkan oleh pengarangnya sendiri.

Karya

Tidak banyak diketahui hasil penulisan Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan. Setakat ini yang dapat dikesan ialah:

1. Munajat, merupakan kumpulan puji-pujian dan pelbagai doa.
2. Syair Burung Garuda, merupakan pendidikan dan bimbingan remaja .
3. Wasiat, merupakan pelajaran adab murid terhadap guru, akhlak, dan 41 jenis wasiat.

Petikan 41 wasiat yang dimaksudkan beliau antaranya:

Wasiat yang pertama,
Hendaklah kamu sekalian masyghul dengan menuntut ilmu Quran dan kitab kepada guru-guru yang mursyid. Dan hinakan diri kamu kepada guru kamu dan perbuat apa-apa yang disuruhnya. Jangan bertangguh. Dan banyak-banyak bersedekah kepadanya. Dan seolah-olah diri kamu itu hambanya.

Dan jika sudah dapat ilmu itu maka hendaklah kamu ajarkan kepada anak cucu, kemudian kepada orang lain. Dan kasih sayang kamu akan muridmu seperti kasih sayang akan cucu kamu. Dan jangan kamu minta upah dan makan gaji sebab mengajar itu, tetapi minta upah dan gaji itu kepada Tuhan Esa lagi Kaya Murah, iaitu Allah Ta'ala.

Wasiat yang kedua,
Apabila kamu sudah baligh hendaklah menerima Thariqat Syaziliyah atau Thariqat Naqsyabandiyah supaya sejalan kamu dengan aku.

Nota : Wasiat yang kedua ini jelas bahawa Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan sangat menekankan amalan tarekat. Mengenai ini juga ada hujah-hujah yang kuat di kalangan penganut-penganut sufi, walau pun ada golongan yang tidak sependapat dengan yang demikian itu. Pada pandangan saya mempertikaikannya adalah merupakan pekerjaan yang sia-sia, kerana bermujadalah adalah termasuk salah satu sifat mazmumah (dicela) oleh syarak Islam.

Wasiat yang ketiga,
Jangan kamu berniaga maksudnya jika terdapat penipuan atau pun riba. Jika hendak mencari nafkah hendaklah dengan tulang empat kerat seperti berhuma dan berladang dan menjadi amil (orang yang bekerja, pen:).

Dan di dalam mencari nafkah itu hendaklah bersedekah tiap-tiap hari supaya segera dapat nafkah. Dan jika dapat ringgit sepuluh, maka hendaklah sedekahkan satu dan taruh sembilan. Dan jika dapat dua puluh, sedekahkan dua. Dan jika dapat seratus, sedekahkan sepuluh dan taruh sembilan puluh. Dan apabila cukup nafkah kira-kira setahun maka hendaklah berhenti mencari itu dan duduk beramal ibadat hingga tinggal nafkah kira-kira empat puluh hari maka boleh mencari.

'Wasiat yang keempat,
Maka hendaklah kamu berbanyak-banyak sedekah sebilang hari istimewa pada malam Jumaat dan harinya. Dan sekurang-kurang sedekah itu empat puluh duit pada tiap-tiap hari. Dan lagi hendaklah bersedekah ke Mekah pada tiap-tiap tahun.

Wasiat yang kelima,
Jangan kamu bersahabat dengan orang yang jahil dan orang fasik. Dan jangan bersahabat dengan orang kaya yang bakhil. Tetapi bersahabatlah kamu dengan orang alim-alim dan ulama-ulama dan salih-salih.'

Wasiat yang keenam,
Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan kebesarannya seperti hendak menjadi kadi, imam dan lain-lainnya istimewa pula hendak jadi penghulu-penghulu dan lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak-banyak. Dan jangan dibanyakkan memakai pakaian yang halus.

Wasiat yang ketujuh,
Jangan kamu menuntut ilmu sihir seperti kuat, dan kebal dan pemanis serta lainnya kerana sekalian ilmu telah ada di dalam al-Quran dan kitab.

Wasiat yang kelapan,
Hendaklah kamu kuat menghinakan diri kepada orang Islam, dan jangan dengki khianat kepada mereka itu. Dan jangan diambil harta mereka itu melainkan dengan izin syarak.

Demikianlah 8 wasiat yang dipetik dari 41 wasiat Syeikh Abdul Wahhab Rokan, semuanya masih perlu perbahasan atau pentafsiran yang panjang. Kerana jika tidak ditafsirkan kemungkinan orang-orang yang berada di luar lingkungan sufi akan beranggapan bahawa wasiat beliau itu sebagai penghalang terhadap kemajuan dunia moden.


RASULULLAH bulan purnama,

RASULULLAH bulan purnama,
cahayanya cerah menerangi buana
Menyuluh kehidupan manusia,
memandu perjalanan mereka menuju Tuhannya
Manusia selamat di dalam perjalanan mereka
Dari kesesatan dan khurafat serta marabahaya

Para Sahabat laksana bintang-bintang di keliling purnama
Bertambah indah purnama dan makin terserlah cahaya kebesarannya
Laksana raja-raja dikelilingi oleh pembesar-pembesarnya
Bertambah hebat dan agung Rasulullah dibuatnya

Para Tabi’in laksana bintang-bintang yang berselerak di seluruh dunia
Menyuluh di malam gelap-gelita dan memeriahkan suasana
Panduan orang yang berjalan di tengah padang pasir dan hutan belantara
Banyak orang yang selamat daripada kesesatan perjalanan di malam yang gelap-gelita

Para mujtahidin, para mujaddidin dan ulama ul ‘amilin obor di zamannya
Menerangkan juga alam buana, kehidupan manusia yang hiruk-pikuk dan sibuknya
Cahaya-cahaya yang dibawa mereka boleh juga diguna dan dimanfaatkan
Mudah juga manusia berjalan di dalam suasana gelap-gelita

Para mubaligh dan da’i membawa pelita kehidupan dizamannya
Walaupun cahayanya tidak jauh pancarannya
Namun cahaya-cahayanya mencerahkan juga kehidupan manusia
Siapa yang sudi bernaung di bawah cahayanya,
pimpinan kehidupan dapat juga



Dicatat oleh 786 copymaster
Wasiat kedelapan, hendaklah kamu kuat merendahkan diri kepada orang Islam. Dan jangan dengki khianat kepada mereka itu. Dan jangan diambil harta mereka itu melainkan dengan izin syara'.

Wasiat kesembilan, jangan kamu menghinakan diri kepada kafir laknatullah serta makan gaji serta mereka itu. Dan jangan bersahabat dengan mereka itu, melainkan sebab uzur syara'.

Wasiat kesepuluh, hendaklah kamu kuat menolong orang yang kesempitan sehabis-habis ikhtiar sama ada tolong itu dengan harta benda atau tulang gega, atau bicara atau do'a. Dan lagi apa-apa hajat orang yang dikabarkannya kepada kamu serta dia minta tolong, maka hendaklah sampaikan seboleh-bolehnya.

Wasiat yang kesebelas, kekalkan air sembahyang dan puasa tiga hari pada tiap-tiap bulan.

Wasiat yang kedua belas, jika ada orang berbuat kebajikan kepada kamu barang apa kebajikan, maka hendaklah kamu balas akan kebajikan itu.

Wasiat yang ketiga belas, jika orang dengki khianat kepada kamu, telah dipeliharakan Allah kamu dari padanya, maka hendaklah kamu sabar dan jangan dibalas dan beri nasihat akan dia dengan perkataaan lemah lembut, karena mereka itu orang yang bebal.

Wasiat yang keempat belas, jika kamu hendak beristeri, jangan dipinang orang tinggi bangsa seperti anak datuk-datuk. Dan jangan dipinang anak orang kaya-kaya. Tetapi hendaklah pinang anak orang fakir-fakir dan miskin.

Wasiat yang kelima belas, jika memakai kamu akan pakaian yang lengkap, maka hendaklah ada didalamnya pakaian yang buruk. Dan yang aulanya yang buruk itu sebelah atas.

Wasiat yang keenam belas, jangan disebut kecelaan orang, tetapi hendaklah sembunyikan sehabis-habis sembunyi.

Wasiat yang ketujuh belas, hendaklah sebut-sebut kebajikan orang dan kemuliaannya.

Wasiat yang kedelapan belas, jika datang orang 'alim dan guru-guru kedalam negeri yang tempat kamu itu, istimewa pula khalifah thariqat Naqsyabandiah, maka hendaklah kamu dahulu datang ziarah kepadanya dari pada orang lain serta beri sedekah kepadanya.

Wasiat yang kesembilan belas, jika pergi kamu kepada suatu negeri atau dusun dan ada didalam negeri itu orang alim dan guru-guru khususnya khalifah thariqat Naqsyabandiah, maka hendaklah kamu ziarah kepadanya kemudian hendaklah membawa sedekah kepadanya.

Wasiat yang kedua puluh, jika hendak pergi orang alim itu daripada tempat kamu itu atau engkau hendak pergi dari pada tempat itu, maka hendaklah kamu ziarah pula serta memberi sedekah supaya dapat kamu rahmat yang besar.

Wasiat yang kedua puluh satu, sekali-kali jangan kamu kawin dengan janda guru kamu, khususnya guru thariqat. Dan tiada mengapa kawin dengan anak guru, tetapi hendaklah bersungguh-sungguh membawa adab kepadanya serta jangan engkau wathi akan dia, melainkan kemudian daripada meminta izin. Dan lebihkan olehmu akan dia daripada isterimu yang lain, karena dia anak guru, hal yang boleh dilebihkan.

Wasiat yang kedua puluh dua, hendaklah segala kamu yang laki-laki beristeri berbilang-bilang. Dan sekurang-kurangnya dua, dan yang baiknya empat. Dan jika isterimu tiada mengikut hukum, ceraikan, cari yang lain

Wasiat yang kedua puluh tiga, hendaklah kamu yang perempuan banyak sabar, jika suami kamu beristeri berbilang-bilang. Janganlah mengikut seperti kelakuan perempuan yang jahil, jika suaminya beristeri berbilang, sangat marahnya, dan jika suaminya berzina tiada marah.

Wasiat yang kedua puluh empat, jika ada sanak saudara kamu berhutang atau miskin dan sempit nafkahnya dan kamu lapang nafkah, maka hendaklah kamu beri sedekah sedikit-sedikit seorang supaya sama kamu. Inilah makna kata orang tua-tua, jika kamu kaya maka hendaklah bawa sanak saudara kamu kaya pula, dan jika kamu senang, maka hendaklah berikan senang kamu itu kepada sanak saudara kamu.

Wasiat yang kedua puluh lima, mana-mana sanak saudara kamu yang beroleh martabat dan kesenangan, maka hendaklah kamu kuat-kuat mendo'akannya supaya boleh kamu bernaung dibawah martabatnya.

Wasiat yang kedua puluh enam, hendaklah kasih akan anak-anak dan sayang akan fakir miskin dan hormat akan orang tua-tua.

Wasiat kedua puluh tujuh, apabila kamu tidur, hendaklah padamkan pelita, jangan dibiarkan terpasang, karena sangat makruh, sebab demikian itu kelakuan kafir Yahudi.

Wasiat yang kedua puluh delapan, jika kiamu hendak bepergian, maka hendaklah ziarah kepada ibu bapa dan kepada guru-guru dan orang saleh-saleh. Minta izin kepada mereka itu serta minta tolong do'akan,dan lagi hendaklah mengeluarkan sedekah supaya dapat lapang.

Wasiat yang kedua puluh sembilan, jangan berasah gigi laki-laki dan perempuan. Dan jangan bertindik telinga jika perempuan, karena yang demikian itu pekerjaan jahiliah.

Wasiat yang ketiga puluh, jangan kuat kasih akan dunia, hanya sekedar hajat. Siapa kuat kasih akan dunia banyak susah badannya dan percintaan hatinya dan sempit dadanya. Siapa benci akan dunia, sentosa badannya dan senang hatinya dan lapang dadanya.

Wasiat yang ketiga puluh satu, hendaklah kasih sayang akan ibu bapa seperti diikut apa kata-katanya dan membuat kebajikan kepada keduanya sehabis-habis ikhtiar. Dan jangan durhaka pada keduanya, seperti tiada mengikut perintah keduanya dan kasar perkataan kepada keduanya dan tiada terbawa adabnya.

Wasiat yang ketiga puluh dua, jika mati kedua ibu bapa kamu atau salah seorang, maka hendaklah kamu kuat-kuat mendoa'akannya pada tiap-tiap sembahyang dan \ziarah pada kuburnya pada tiap-tiap hari jum'at.

Wasiat yang ketiga puluh tiga, hendaklah kuat membuat kebajikan serta dengan yakin kepada guru-guru dan jangan durhaka kepadanya.

Wasiat yang ketiga puluh empat, hendaklah berkasih-kasihan dengan orang sekampung dan jika kafir sekalipun dan jangan berbantah-bantah dan berkelahi de ngan mereka itu.

Wasiat yang ketiga puluh lima, jangan diberi hati kamu mencintai akan maksiat, artinya membuat kejahatan, karena yang demikian itu percintaan hati. Dan jika banyak percintaan hati, membawa kepada kurus badan.

Wasiat yang ketiga puluh enam, jangan kamu jabatkan tangan kamu kepada apa-apa yang haram, karena yang demikian itu mendatangkan bala.

Wasiat yang ketiga puluh tujuh, jika datang bala dan cobaan, maka hendaklah mandi tobat mengambil air sembahyang, dan meminta do'a kepada Allah Ta'ala. Dan banyak-banyak bersedekah kepada fakir dan miskin dan minta tolong do'akan kepada guru-guru dan shalih-shalih karena mereka itu kekasih Allah Ta'ala.

Wasiat yang ketiga puluh delapan, apabila hampir bulan Ramadhan, maka hendaklah selesaikan pekerjaan dunia supaya senang beramal ibadat didalam bulan Ramadhan dan jangan berusaha dan berniaga didalam bulan Ramadhan, tetapi hendaklah bersungguh-sungguh beramal dan ibadat dan membuat kebajikan siang dan malam, khususnya bertadarus Quran dan bersuluk.

Wasiat yang ketiga puluh sembilan, hendaklah kuat bangun pada waktu sahur, beramal ibadat dan meminta do'a , karena waktu itu tempat do'a yang makbul, khususnya waktu sahur malam jum'at.

Wasiat yang ke empat puluh, hendaklah kuat mendo'akan orang Islam, sama ada hidup atau mati.

Wasiat yang keempat puluh satu, apabila bertambah-tambah harta benda kamu dan bertambah-tambah pangkat derjat kamu, tetapi amal ibadat kamu kurang, maka jangan sekali-kali kamu suka akan yang demikian itu, karena demikian itu kehendak setan dan iblis dan lagi apa faedah harta bertambah-tambah dan umur berkurang-kurang.

Wasiat yang keempat puluh dua, maka hendaklah kamu i'tikadkan dengan hati kamu, bahwasanya Allah Ta'ala ada hampir kamu dengan tiada bercerai-cerai siang dan malam. Maka Ia melihat apa-apa pekerjaan kamu lahir dan batin. Maka janganlah kamu berbuat durhaka kepada-Nya sedikit jua, karena Ia senantiasa melihat juga tetapi hendaklah senantiasa kamu memohonkan keridhaan-Nya lahir dan batin. Dan lazimkan olehmu i'tikad ini supaya dapat jannatul 'ajilah artinya sorga yang diatas dunia ini.

Wasiat yang keempat puluh tiga, maka hendaklah kamu ingat bahwa malikal maut datang kepada setiap seorang lima kali dalam sehari semalam, mengabarkan akan kamu bahwa aku akan mengambil nyawa kamu, maka hendaklah kamu ingat apabila sudah sembahyang tiada sampai nyawa kamu kepada sembahyang kedua, demikian selama-lamanya.

Wasiat yang keempat puluh empat, hendaklah kamu kuat mendo'akan hamba yang dha'if ini dan sekurang-kurangnya kamu hadiahkan kepada hamba pada tiap-tiap malam jum'at dibaca fatihah sekali dan Qul Huwallahu Ahad sebelas kali, atau Yasin sekali pada tiap-tiap malam jum'at atau ayatul Kursi 7 kali dan aku mendo'akan pula kepada kamu sekalian.
Inilah wasiat hamba yang empat puluh empat atas jalan ikhtisar dan hamba harap akan anak cucu hamba akan membuat syarahnya masing-masing dengan kadarnya yang munasabah, supaya tahu dha'ifut thullab wa qashirul fahmi. Wallahu Khairul Hakimin, wa Maqbulus Sailin. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar