Pada sekitar abad ke 18 ada sepasang suami istri dari
Padang Basar Amuntai Hulu Sungai Utara yang hidup
rukun,tidak tercatat secara pasti nama mereka,pada
suatu hari mereka pergi ke Martapura yang pada saat
itu merupakan ibukota kerajaan Banjar,mereka
berkunjung kepada sanak keluarganya yang berada di Martapura melalui sungai dengan membawa perahu
atau jukung besar khas Banjar,setelah saling melepas
rindu dengan sanak keluarganya mereka pamit
pulang,tapi alangkah terkejutnya mereka ketika sampai
keperahu,ternyata didalam perahu sudah ada seorang
bayi mungil,sadar bahwa bayi tersebut bukan anak mereka,mereka lalu melaporkannya kepada masyarakat
sekitarnya,tak lama kemudian datanglah seluruh
masyarakat Martapura untuk melihat bayi
tersebut,ternyata dari semua masyarakat itu tak ada
satupun yang mengaku bahwa bayi tersebut bayi
mereka,akhirnya setelah dibicarakan dengan warga setempat,akhirnya bayi tersebut mereka bawa pulang
kekampung halamannya untuk di didik dan dipelihara
seperti anak kandung mereka sendiri,dan diberi nama
Sulaiman,ternyata anak tersebut bukan sembarangan,
banyak keganjilan keganjilan yang terjadi sejak iya
masih bayi,pada saat bayi anak tersebut tidak pernah mau minum susu,ia cuma mau minum air putih,dan
setiap waktu sholat anak tersebut pasti bangun dan
tidak mau tidur,keanehan lain pada saat bulan
Ramadhan tiba dan orang orang melaksanakan
puasa,pada siang hari bayi tersebut tidak mau
minum,kecuali saat tibanya berbuka puasa baru bayi tersebut baru mau minum,hal tersebut terus terjadi
hingga iya semakin besar,makin besar iya makin
banyaklah keanehan keanehan yang terjadi dengan
dirinya,selain dipanggil dengan Datu Sulaiman beliau
juga dipanggil oleh masyarakat dengan nama Datu
Burung,kenapa jadi dipanggil Datu Burung hal ini ada kejadiannya,pada suatu hari beliau yang pada saat itu
masih kanak kanak disuruh oleh orang tuanya untuk
menunggu padi yang pada saat itu tengah dijemur,padi
tersebut dijaga supaya jangan sampai dimakan ayam
dan binatang lainnya,sebagai anak yang patuh dan
berbakti dengan orang tuanya beliau tidak menolak,tapi apa yang terjadi...apa yang dilakukannya membuat
orang tuanya dan seluruh masyarakat kampung
menjadi gempar,ternyata untuk melaksanakan tugas
yang diberikan orang tuanya beliau naik keatas pohon
pisang yang dekat dengan jemuran tersebut,lalu duduk
diatas daun pisang tersebut...anehnya jangankan patah daun pisang tersebut,lenturpun tidak dan sejak beliau
menunggui jemuran tersebut tak seekor ayam pun yang
berani mendekat.
tidak tercatat apakah setelah beliau dewasa,beliau
menyebarkan ilmu ilmunya atau diketahui siapa guru
guru beliau,yang ada cuma kesaktian kesaktian beliau yang masih disimpan masyarakat sampai kini,pada
suatu ketika belanda mau menyerang desa Padang
Basar amuntai dan sekitarnya,karena desa Padang
Basar terletak ditepi sungai Tabalong maka Belanda
melakukan penyerangan melalui sungai dengan kapal
laut,mengetahui hal tersebut masyarakat segera melaporkan hal tersebut kepada Datu Sulaiman
"Datu !!..Belanda mau menyerang kampung kita,mereka
sedang dalam perjalanan menuju ke sini" kata salah
seorang warga melapor.
"Tenang ..mereka takkan sampai kesini" sahut Datu
Sulaiman. "mereka sudah dekat Datu,mari kita siapkan
segalanya"....
"baik..panggil semua kawan kawan kumpul semua.."
setelah semua pejuang berkumpul beliau lalu mengajak
mereka semua ketepi sungai Tabalong,beliau mencari
tali lalu dibentangkan melintang keseberang sungai. "untuk apa tali itu dibentangkan menyeberang
sungai ..Datu" tanya seorang warga.
"untuk menghalangi kedatangan Belanda ke daerah
kita..."sahut Datu Sulaiman.
benar saja ketika Belanda mendekati kampung Padang
Basar mereka melihat bahwa sungai yang mereka arungi buntu,dan akhirnya merekapun berbalik arah
tidak jadi menyerang daerah Padang Basar dan
sekitarnya.
konon kabarnya apabila Datu Sulaiman ingin makan
ikan,ikan yang sedang berkeliaran bebas disungai
beliau ambil begitu saja,tanpa menggunakan alat yang lazim dipakai orang,dan juga bila beliau ingin
(mengurung ( bahasa banjar) menangkap ikan yang
berkeliaran disungai,beliau pancangkan empat buah
bilah atau tongkat berbentuk segi empat maka ikan
yang berada didalam keempat bilah tersebut tidak bisa
lepas. Pada suatu hari beliau menanam pohon Kutapi dimuka
rumah beliau,keada keluarganya beliau berpesan agar
tanaman tersebut dipelihara,kalau pohon Kutapi ini
sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka
ajalnya akan tiba,ternyata apa yang dikatakan beliau
benar adanya,pada saat pohon Kutapi tersebut sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka wafatlah
beliau.
sebelum beliau wafat beliau sempat berwasiat agar
supaya beliau dimakamkan di Kampung Padang Basar
yang merupakan kampung beliau,tapi ketika wafatnya
oleh pemerintah setempat beliau dimakamkan di kampung Pangacangan,karena tidak sesuai dengan
wasiat maka pada malam harinya salah seorang sanak
keluarganya bermimpi bahwa Datu Sulaiman kembali
berkubur ketempat yang sudah diwasiatkannya yaitu
dikampung Padang Basar,siang harinya kemudian dia
ceritakan kepada keluarga lainnya,oleh keluarga akhirnya disepakati untuk membongkar makam di
kampung Pangacangan dengan disaksikan seluruh
warga,anehnya mayat Datu Sulaiman benar benar tidak
ada dan mereka hanya menemukan buluh barencong
(bambu yang dibikin runcing),sedangkan dikampung
padang Basar muncul onggokan tanah dan onggokan tanah tersebutlah yang diyakini oleh seluruh
masyarakat sebagai makam Datu Sulaiman dan
diziarahi sampai sekarang ...wallahu a'lam bissawab.
Padang Basar Amuntai Hulu Sungai Utara yang hidup
rukun,tidak tercatat secara pasti nama mereka,pada
suatu hari mereka pergi ke Martapura yang pada saat
itu merupakan ibukota kerajaan Banjar,mereka
berkunjung kepada sanak keluarganya yang berada di Martapura melalui sungai dengan membawa perahu
atau jukung besar khas Banjar,setelah saling melepas
rindu dengan sanak keluarganya mereka pamit
pulang,tapi alangkah terkejutnya mereka ketika sampai
keperahu,ternyata didalam perahu sudah ada seorang
bayi mungil,sadar bahwa bayi tersebut bukan anak mereka,mereka lalu melaporkannya kepada masyarakat
sekitarnya,tak lama kemudian datanglah seluruh
masyarakat Martapura untuk melihat bayi
tersebut,ternyata dari semua masyarakat itu tak ada
satupun yang mengaku bahwa bayi tersebut bayi
mereka,akhirnya setelah dibicarakan dengan warga setempat,akhirnya bayi tersebut mereka bawa pulang
kekampung halamannya untuk di didik dan dipelihara
seperti anak kandung mereka sendiri,dan diberi nama
Sulaiman,ternyata anak tersebut bukan sembarangan,
banyak keganjilan keganjilan yang terjadi sejak iya
masih bayi,pada saat bayi anak tersebut tidak pernah mau minum susu,ia cuma mau minum air putih,dan
setiap waktu sholat anak tersebut pasti bangun dan
tidak mau tidur,keanehan lain pada saat bulan
Ramadhan tiba dan orang orang melaksanakan
puasa,pada siang hari bayi tersebut tidak mau
minum,kecuali saat tibanya berbuka puasa baru bayi tersebut baru mau minum,hal tersebut terus terjadi
hingga iya semakin besar,makin besar iya makin
banyaklah keanehan keanehan yang terjadi dengan
dirinya,selain dipanggil dengan Datu Sulaiman beliau
juga dipanggil oleh masyarakat dengan nama Datu
Burung,kenapa jadi dipanggil Datu Burung hal ini ada kejadiannya,pada suatu hari beliau yang pada saat itu
masih kanak kanak disuruh oleh orang tuanya untuk
menunggu padi yang pada saat itu tengah dijemur,padi
tersebut dijaga supaya jangan sampai dimakan ayam
dan binatang lainnya,sebagai anak yang patuh dan
berbakti dengan orang tuanya beliau tidak menolak,tapi apa yang terjadi...apa yang dilakukannya membuat
orang tuanya dan seluruh masyarakat kampung
menjadi gempar,ternyata untuk melaksanakan tugas
yang diberikan orang tuanya beliau naik keatas pohon
pisang yang dekat dengan jemuran tersebut,lalu duduk
diatas daun pisang tersebut...anehnya jangankan patah daun pisang tersebut,lenturpun tidak dan sejak beliau
menunggui jemuran tersebut tak seekor ayam pun yang
berani mendekat.
tidak tercatat apakah setelah beliau dewasa,beliau
menyebarkan ilmu ilmunya atau diketahui siapa guru
guru beliau,yang ada cuma kesaktian kesaktian beliau yang masih disimpan masyarakat sampai kini,pada
suatu ketika belanda mau menyerang desa Padang
Basar amuntai dan sekitarnya,karena desa Padang
Basar terletak ditepi sungai Tabalong maka Belanda
melakukan penyerangan melalui sungai dengan kapal
laut,mengetahui hal tersebut masyarakat segera melaporkan hal tersebut kepada Datu Sulaiman
"Datu !!..Belanda mau menyerang kampung kita,mereka
sedang dalam perjalanan menuju ke sini" kata salah
seorang warga melapor.
"Tenang ..mereka takkan sampai kesini" sahut Datu
Sulaiman. "mereka sudah dekat Datu,mari kita siapkan
segalanya"....
"baik..panggil semua kawan kawan kumpul semua.."
setelah semua pejuang berkumpul beliau lalu mengajak
mereka semua ketepi sungai Tabalong,beliau mencari
tali lalu dibentangkan melintang keseberang sungai. "untuk apa tali itu dibentangkan menyeberang
sungai ..Datu" tanya seorang warga.
"untuk menghalangi kedatangan Belanda ke daerah
kita..."sahut Datu Sulaiman.
benar saja ketika Belanda mendekati kampung Padang
Basar mereka melihat bahwa sungai yang mereka arungi buntu,dan akhirnya merekapun berbalik arah
tidak jadi menyerang daerah Padang Basar dan
sekitarnya.
konon kabarnya apabila Datu Sulaiman ingin makan
ikan,ikan yang sedang berkeliaran bebas disungai
beliau ambil begitu saja,tanpa menggunakan alat yang lazim dipakai orang,dan juga bila beliau ingin
(mengurung ( bahasa banjar) menangkap ikan yang
berkeliaran disungai,beliau pancangkan empat buah
bilah atau tongkat berbentuk segi empat maka ikan
yang berada didalam keempat bilah tersebut tidak bisa
lepas. Pada suatu hari beliau menanam pohon Kutapi dimuka
rumah beliau,keada keluarganya beliau berpesan agar
tanaman tersebut dipelihara,kalau pohon Kutapi ini
sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka
ajalnya akan tiba,ternyata apa yang dikatakan beliau
benar adanya,pada saat pohon Kutapi tersebut sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka wafatlah
beliau.
sebelum beliau wafat beliau sempat berwasiat agar
supaya beliau dimakamkan di Kampung Padang Basar
yang merupakan kampung beliau,tapi ketika wafatnya
oleh pemerintah setempat beliau dimakamkan di kampung Pangacangan,karena tidak sesuai dengan
wasiat maka pada malam harinya salah seorang sanak
keluarganya bermimpi bahwa Datu Sulaiman kembali
berkubur ketempat yang sudah diwasiatkannya yaitu
dikampung Padang Basar,siang harinya kemudian dia
ceritakan kepada keluarga lainnya,oleh keluarga akhirnya disepakati untuk membongkar makam di
kampung Pangacangan dengan disaksikan seluruh
warga,anehnya mayat Datu Sulaiman benar benar tidak
ada dan mereka hanya menemukan buluh barencong
(bambu yang dibikin runcing),sedangkan dikampung
padang Basar muncul onggokan tanah dan onggokan tanah tersebutlah yang diyakini oleh seluruh
masyarakat sebagai makam Datu Sulaiman dan
diziarahi sampai sekarang ...wallahu a'lam bissawab.
dan ini fhoto maqam beliau di desa pakacangan yg hasil admint sendiri ziarah pada tanggal 05 - 10 - 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar