Kamis, 31 Oktober 2013

Sayyidah Fathimah Azzahra Rha

Nama : Fathimah
Gelar : Az-Zahra
Julukan : Ummu al-Aimah, Sayyidatu Nisa’, al-‘Alamin, Ummu Abiha
Ayah : Muhammad Rasulullah saww
Ibu : Khadijah al-Kubra
Tempat/Tgl Lahir : Makkah, Hari Jum’at, 20 Jumadi al-Tsani (jamadil akhir)
Hari/Tgl Wafat : Selasa, 3 Jumadi al-Tsani Tahun 11 H
Jumlah Anak : 4 orang; 2 laki-laki dan 2 perempuan
Laki-laki : Hasan dan Husein
Perempuan : Zainab dan Ummu Kaltsum

Riwayat Hidup

    Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra , merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaimana yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fathimah , aku meminta bantuan wanita-wanita Quraish tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dari mereka menyapaku: ‘Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah lahir."
    Meningkat usia 5 tahun, beliau telah ditinggal pergi ibunya. Tidak secara langsung beliau mengantikan tempat ibunya dalm melayani, membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam uji coba. Beliau melihat dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Quraish kepada ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata kerana melihat penderitaan yang dialami ayahnya.
    Ketika Rasulullah pindah ke kota Madinah beliau ikut berhijrah bersama ayahnya. Selang beberapa tahun setelah hijrah tepat pada tanggal 1 dzulhijjah, hari jum’at, tahun 2 Hijrah, beliau menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw
Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra; Hasan dan Husein serta dua orang putri, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati.
    Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan serta sebagai pendidik terbaik telah berhasil mendidik anak-anaknya.
    Masa-masa indah bagi beliau adalah ketika hidup bersama Rasulullah s.a.w. Beliau mempunyai tempat agung disisi Rasulullah sehingga digambarkan di kitab Thabari Hal 40, Siti Aisah berkata: “Aku tidak melihat orang yang pembicaraannya mirip dengan Rasulullah s.a.w seperti Fathimah. Apabila datang kepada ayahanya, beliau berdiri, menciumnya, menyambut gembira dan mengiringnya lalu didudukkan di tempat duduk beliau. Apabila Rasulullah datang kepadanya, ia pun berdiri menyambut ayahandanya dan mencium tangan beliau s.a.w".
    Tidak heran, jika setelah kepergian baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah s.a.w tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
    Sejarah mencatat bahwa Sayyidah Fathimah Az-Zahra a.s setelah kepergian Rasulullah s.a.w tidak penah terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah a.s tanah itu adalah hadiah dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin".
    M.H. Shakir berpendapat: "Wafat Rasulullah s.a.w sangat mempengaruhinya, ia sangat sedih, berduka dan tangis hatinya memekik sepanjang masa. Sayang sekali, setelah wafat nabi, pemerintah mengambil alih tanah fadak dan menyerahkannya sebagai milik negara".
Kehidupan Fathimah az-Zahra a.s, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.
    Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijriyah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam Ali Krw yang isinya:
1.      Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2.      Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3.      Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
    Fathimah Az-Zahra ," Putri bungsu Rasulullah sa.w, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambarkan keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya. 


Karomah Fathimah Rha

Abu Sai'd al-Khudri berkata: “Pada suatu hari Ali Krw berkata bahwa beliau Sayyidatina Fathimah Az Zahra berasa amat lapar. Beliau kemudian meminta Fatimah  menyediakan makanan. Fatimah  bersumpah bahwa tidak ada makanan yang tinggal untuk menghilangkan kelaparan Ali Krw. Imam Ali Krw bertanya mengapa Fatimah  tidak memberitahukan kepadanya bahwa di rumah mereka sudah tidak ada makanan lagi. Fatimah  menyatakan bahwa dia merasa malu untuk menyatakan perkara itu, dan dia juga tidak mau menuntut apa-apa dari Imam Ali Krw. Imam Ali Krw keluar dari rumah dengan rasa tawakal kepada Allah SWT. Beliau meminjam uang sebanyak satu dinar dengan hasrat untuk membeli makanan untuk penghuni rumahnya. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu Miqdad ibn Aswad sedang terbaring di atas jalan pasir yang panas terik oleh sinar matahari yang membakar. Miqdad kelihatan sedih dan muram. Lalu Imam Ali Krw bertanya kepadanya apa yang terjadi tetapi dia enggan menyatakan perkara yang berlaku kepada Imam Ali Krw. Tetapi akhirnya dia menyatakan juga rahasia itu dan berkata:

“Wahai Abul Hasan! Aku bersumpah bahwa ketika aku keluar rumah tadi, penghuni rumahku berada di dalam kelaparan yang amat sangat. Anak-anakku kelaparan dan aku tidak sanggup menonton keadaaan mereka menangis itu. Lalu aku meninggalkan mereka, dan berusaha mencari jalan untuk mengatasi masalah tersebut."

Air mata Ali Krw jatuh bercucuran dan mengenai janggutnya apabila mendengar kisah tersebut. Ali Krw berkata kepadanya:

" Aku bersumpah bahwa aku juga mengalami keadaan yang sama seperti engkau."

          Ali Krw lalu menyerahkan uang yang dibawanya kepada Miqdad. Ali Krw kemudian pergi ke masjid di mana pada ketika itu Nabi S.A.W sedang shalat. Ali Krw bershalat di tempat suci itu, dan selepas selesai menunaikan kewajibannya, beliau menemui Nabi S.A.W di pintu masjid. Rasulullah S.A.W bertanya Ali Krw tentang makanan apa yang akan dia siapkan untuk makam malam karena Nabi S.A.W hendak ikut makan malam di tempat putrinya..

          Ali Krw tunduk dan tidak berkata apa-apa. Beliau tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kelihatannya Rasulullah S.A.W tahu tentang kisah uang satu dinar itu. Telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W bahwa hendaklah beliau S.A.W bersama Ali AS pada petang itu." Mengapa anda tidak berkata sesuatu..?," tanya Nabi Muhammad S.A.W. Ali Krw dengan menjawab:" Diriku di tanganmu."

          Nabi Muhammad S.A.W memegang tangan Ali Krw dan dua orang yang agung ini berjalan bersama-sama ke rumah Fatimah . Apabila sampai di sana, Fatimah baru selesai menunaikan kewajibannya (sholat), dan di atas tungku ada satu periuk masakan sedang di masak dan ketika ia sedang mendidih. Fatimah  kemudian keluar apabila mendengar bunyi tapak kaki ayahnya datang dan menyambut kedatangan mereka. Nabi S.A.W mengucapkan salam dengan lembut." Semoga Allah SWT memberi rahmat ke atas kamu berdua, dan semoga kamu dapat menyediakan kami hidangan makan malam!" sambung Rasulullah S.A.W.

          Fatimah mengambil periuk tersebut dan meletakkan di hadapan ayahnya S.A.W dan suaminya, Ali Krw, yang terkejut dan bertanya isterinya bau makanan yang lezat di dalam periuk itu. Fatimah berkata:" Apakah anda marah dengan memandangku dengan pandangan yang demikian! Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah menyebabkan aku layak menerima kemarahanmu!?"

          Ali Krw berkata:" Mengapa tidak..? Semalam engkau bersumpah bahwa engkau tidak mempunyai sedikit makanan pun untuk kita hidup selama beberapa hari! Apa artinya ini semua..?"

          Dengan memandang ke langit Fatimah menyambung:" Tuhanku yang berkuasa ke atas langit dan bumi akan menjadi saksi bahwa apa yang akan aku katakan ini adalah benar."

          Ali Krw menambah:" Wahai Fatimah! Sudikah engkau menyatakan kepada kami kisah sebenarnya. Sudikah engkau dengan jujur menyatakan kepada kami siapakah yang mengantarkan hidangan yang lezat ini yang menjadi makanan kita!"

          Rasulullah S.A.W dengan lembut meletakkan tangannya ke atas bahu Ali Krwdan berkata:" Wahai Ali! Semua sebenarnya ini adalah anugerah dari Allah SWT karena kemurahan yang kamu tunjukkan ketika memberikan uang dinar tersebut.

Fathimah az-Zahra Pemimpin Wanita di Surga

Fatimah al-Zahra adalah puteri Rasulullah SAW. Ibunya Khadijah adalah isteri Rasulullah S.A.W yang pertama dan amat dikasihinya. Tentang Khadijah, Rasulullah S.A.W pernah bersabda yang bermaksud: "Empat wanita yang terbaik ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim isteri kepda Firaun." [Muhibuddin al-Tabari, Dhakha'ir al-Uqba fi Manaqib Dhawi al-Qurba, hl.42; Al-Hakim alam al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm.157].

          Fatimah mempunyai nama-nama timangan seperti Ummal Hasan, Ummal Husayn, Ummal Muhsin, Ummal A'immah dan Umma Abiha [Bihar al-Anwar' Juzuk 43, hlm.16]

          Rasulullah SAW menggelarkannya Fatimah sebagai "Ummu Abiha" bermaksud ibu kepada ayahnya. Ini kerana Fatimah AH sentiasa mengambil berat tentang ayahandanya yang dikasihi itu. Selain daripada itu gelaran-gelaran lain ialah Zahra, Batul, Siddiqah Kubra Mubarakah, Adhra, Tahirah, dan Sayyidah al-Nisa [Bihar al-Anwar, Juzuk 43, hlmn.16]

          Fatimah dilahirkan pada 20 Jamadil Akhir di Mekah yaitu pada Hari Juma'at, tahun kelima selepas kerasulan Nabi Muhammad S.A.W [Manaqib Ibn Shahrashub, (Najaf), Juzuk 3, hlm.132; al-Kulaini, al-Kafi; Misbah al-Kaf'ami; Syeikh al-Mufid, Iqbal al-Amal]. Tempat beliau dilahirkan ialah di rumah ayahanda dan ibundanya iaitu Rasulullah S.A.W dan Khadijah al-Kubra. Beliau AH wafat pada tahun ke-11 hijrah iaitu selepas enam bulan kewafatan ayahandanya Rasulullah S.A.W [al-Bukhari, Sahih, Juzuk 5, Hadith 546]

          Kelahiran Fatimah AH amat menggembirakan Rasulullah SAWA. Beliau S.A.W bersabda tentang Fatimah AH: " Dia adalah daripadaku dan aku mencium bau syurga dari kehadirannya."[Kasyf al-Qummah, Juzuk 2, hlm.24].

          Mengapa diberikan Nama Fatimah? Menurut Imam Ali al-Ridha  nama "Fatimah" diberikan oleh Rasulullah S.A.W Fatimah dan para pengikutnya terpelihara dari api neraka. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata: " Rasulullah S.A.W bersabda kepada Ali Krw : Tahukah kamu nama mengapa nama Fatimah diberikan kepadanya? Ali menjawab: Mengapa dia diberikan nama itu? Dia (Rasulullah S.A.W) bersabda: Kerana dia dan shiahnya akan diperlihara dari api neraka."


Keperibadian Fathimah Az Zahra

Fatimah termasuk dalam Ahlul Bayt Rasulullah S.A.W sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat al-Tathir dalam surah al-Ahzab: 33. Dalam Surah Al-Ahzab:33 bermaksud:

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan kalian daripada kekotoran (rijsa), wahai Ahlul Bayt dan menyucikan kamu sebersih-bersihnya."
          Ayat di atas mengisahkan Sayyidina Hasan dan Husayn AS sedang dalam keadaan sakit. Rasulullah S.A.W dengan beberapa orang sahabat menziarahi mereka. Rasulullah S.A.W mencadangkan kepada Ali AS bernazar kepada Allah SWT bahawa dia dan keluarganya akan berpuasa selama tiga hari apabila anak mereka sembuh dari penyakit tersebut. Ali, Fatimah, dan pembantu mereka, Fizzah bernazar kepada Allah SWT. Apabila Hasan dan Husayn AS sembuh, mereka pun berpuasa. Pada waktu berbuka datang seorang pengemis meminta makanan kepada mereka. Pada hari itu mereka hanya berbuka dengan air saja. Keesokan hari ini datang seorang anak yatim meminta makanan daripada mereka pada waktu berbuka dan sekali lagi mereka hanya berbuka dengan air saja. Pada hari ketiga, datang pula seorang tawanan perang meminta makanan. Selepas memberikan makanan, Ali Krw membawa anak-anaknya ke rumah Rasulullah S.A.W. Rasulullah S.A.W berasa sedih melihat keadaan cucunya itu. Ali Krw membawa Rasulullah S.A.W ke rumah mereka. Sampai di sana Rasulullah S.A.W. melihat Fatimah sedang berdoa dengan keadaan yang amat lemah. Rasulullah S.A.W berasa amat sedih. Turun malaikat Jibril berkata kepada beliau S.A.W," Wahai Muhammad ambillah dia (Fatimah). Allah memberikan tahniah pada Ahl Bayt kamu." Lalu Jibril membacakan ayat tersebut.[Al-Hakim al-Haskani, Shawahid al-Tanzil, jld.II, hlm.298; al-Alusi, Ruh al-Ma'ani, jld.XXIX, hlm.157; Fakhur al-Razi, Jild.XIII, hlm.395]


Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
" Fatimah adalah sebahagian daripadaku. Barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [a-Bukhari, Jilid II, hlm.185]
Imam Ali al-Redha Krw berkata bahwa Rasulullah S.A.W bersabda 
" Hasan AS dan Husayn AS adalah makhluk yang terbaik di dunia selepasku dan selepas bapa mereka (Ali Krw) dan ibu mereka (Fatimah ) adalah wanita yang terbaik di kalangan semua wanita."[Bihar, Jilid 43, hlm. 19 dan 20]
Dari Imam Ali Krw dari Rasulullah S.A.W berkata kepada Fatimah bermaksud:
“Sesungguhnnya Allah marah kerana kemarahanmu dan redha kerana keredhaanmu." [Mustadrak al-sohihain, juzuk 3, hlm152]

Dari Aisyah berkata bahawa:
" Tidak pernah aku melihat seorang pun yang lebih benar dalam berhujah daripadanya melainkan ayahnya (Rasulullah S.A.W)."[Mustadrak al-Sohihain, Juzuk 3, hlm.160]

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadith dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah S.A.W bersabda:
".....Tidakkah engkau redha (wahai Fatimah) bahawa engkau adalah saidati-nisa fil-Jannah(pemimpin wanita di syurga) atau pemimpin wanita seluruh alam..." [Sahih Bukhari, Jld. IV, hadith 819]

Dalam hadith yang lain al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah sebuah hadith yang panjang dan di sini dinyatakan sebahagiannya:
"....Wahai Fatimah! Tidakkah engkau redha bahawa engkau adalah saidati-nisa il-mu'minin (pemimpin wanita mu'minin) atau saidanti-nisa-i hadzhihi il-ummah (pemimpin wanita umah ini)?"[Al-Bukhari, Jilid 8, hadith 301]

          Al-Bukhari meriwayatkan hadith dari Imam Ali Krw bahwa pada suatu ketika Fatimah  mengadu tentang kesusahannya mengisar tepung. Apabila beliau mendengar berita ada beberapa orang hamba dari rampasan perang telah dibawa kepada Rasulullah S.A.W, beliau lalu pergi (ke rumah Rasulullah S.A.W) untuk menemui baginda S.A.W bagi mendapatkan pembantu tersebut, tetapi pada ketika itu (Rasulullah S.A.W tidak ada di rumah) Aisyah tidak dapat mencari baginda S.A.W. Lalu Fatimah menceritakan hasratnya kepada Aisyah. Apabila Rasulullah S.A.W pulang, Aisyah menyatakan kepadanya perkara tersebut. Rasulullah S.A.W kemudian pergi ke rumah kami....Maukan kamu aku nyatakan suatu perkara yang lebih baik daripada apa yang kamu minta? (Iaitu) apabila kamu hendak masuk ke tempat tidurmu, maka ucapkanlah Allahu Akbar 34 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Subhan Allah 33 kali. Ini adalah lebih baik daripada yang kamu pohonkan."[ Al-Bukhari, Jld. VI, hadith 344]

Amru bin Dinar meriwayatkan dari Aisyah berkata:
" Tidak pernah aku melihat seseorang pun yang lebih benar daripada Fatimah salamullah 'alaiha selain daripada ayahnya."[Hilyatul-awliya, Juzuk 2, hlm. 41]

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
"Pada malam aku diangkat ke langit (mi'raj), aku melihat di pintu syurga tertulis bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah, Muhammad Rasulullah, Allah mengasihiku, dan Hasan, dan Husayn sofwatullah (sari yang terbaik dari Allah) , Fatimah Khiratullah (sesuatu yang terbaik dari pilihan Allah), laknatullah ke atas mereka yang membenci mereka."[Tarikh al-Baghdadi, Juzuk 1, hlm. 259]

          Fatimah al-Zahra mempunyai sifat-sifat berikut seperti ayahnya dan suaminya serta anggota keluarganya :(1) menemukan jalan yang benar (ihtida') (2) mentaati prinsip-prinsip Islam (iqtida'), dan (3) berpegang teguh serta menyakini kewajiban'' nya (tamassuk)." [ Nasa'i dalam Khashais Alawiyyah]

Sikap Rasulullah terhadap Fathimah Rha

Rasulullah mengaitkan Fatimah dengan dirinya S.A.W. Justru Rasulullah S.A.W bersabda yang bermaksud:
     
“Fatimah adalah daripadaku dan barang siapa yang membuat dia marah, akan membuat aku marah." [Al-Bukhari, Jilid V, hadith 111]

Imam Ali Krw suatu ketika bertanya kepada Rasulullah S.A.W:
" Wahai Rasulullah! Siapakah di kalangan keluargamu yang paling dekat denganmu? Fatimah binti Muhammad," jawab baginda S.A.W.
[Al-Tabari, Dhakair al-Uqba; Al-Tirmidzi, Sunan. hlm.549; Al-Mustadrak, Jilid 3, hlm.21 dan 154] 


Kezuhudan Fathimah as

Imam Hasan AS meriwayatkan," Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak." Imam Hasan AS juga meriwayatkan:

“Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri sholat pada malam Jumaat. Beliau meneruskan sholatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar beliau berdoa untuk kaum mu'minin dan mu'minat dengan menyebut nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau tidak berdoa untuk dirinya sendiri. "Ibu," Aku bertanya kepada beliau "Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa untuk orang lain..?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri."[Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The Gracious, hlm.168-169;Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]

Kehidupan Politik Sayyidah Fathimah as

Kehidupan Fatimah a.s. bukan hanya melakukan tugas sebagai suri rumah tangga dan beribadat saja tetapi juga meliputi soal-soal politik sejak dari zaman ayahandanya Rasulullah S.A.W di Mekah hingga selepas wafat ayahandanya S.A.W. Beliau dengan gigih menyokong keras perjuangan ayahandanya Rasulullah S.A.W dan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip Islam yang telah dididik oleh ayahandanya Rasulullah S.A.W.
Pada tahun kesepuluh kerasulan, Khadijah ibu Fatimah meninggal dunia. Fatimah kehilangan ibundanya yang tercinta. Pada tahun yang sama, beliau kehilangan bapa saudara ayahnya Abu Thalib yang selalu melindungi Rasulullah S.A.W. Dengan kewafatan dua orang insan mulia ini, para musyirikin Quraish mulai berani menentang dan menyakiti Rasulullah S.A.W secara terbuka. Sehingga pada suatu saat mereka sanggup memutuskan untuk membunuh Rasulullah S.A.W. Justru, Rasulullah S.A.W membuat keputusan berhijrah ke Madinah. Malam itu Ali AS tidur di tempat tidur Rasulullah S.A.W demi untuk mengelirukan musuh-musuh Allah itu. Pada malam itu juga Fatimah menginap di rumah ayahandanya dan mengetahui semua kejadian tersebut. Fatimah bertahan pada malam itu dengan penuh perjuangan, kesabaran, dan keberanian segala kemungkinan yang akan berlaku kepada mereka.

Fatimah a.s. kemudian berhijrah ke Madinah dengan rombongan hijrah di ketuai oleh Ali Krw. Dalam perjalanan ke Madinah, beberapa orang kafir mencoba untuk menghalang mereka tetapi dengan keberanian dan tekad Ali Krw, maka mereka ketakutan dan membiarkan rombongan hijrah itu meninggalkan Mekah. Akhirnya setelah menempuh segala kesulitan, mereka pun sampai ke Madinah.

Fatimah  turut menjadi saksi Perang Badar dan Perang Uhud. Dalam Perang Uhud, dahi, dan gigi Nabi S.A.W luka parah. Dan yang lebih menyedihkan ialah ketika tersebarnya berita palsu bahwa Rasulullah S.A.W telah terbunuh. Fatimah  berangkat ke Uhud untuk menyaksikan medan pertempuran, dan juga melihat ayahandanya yang dikasihi Rasulullah S.A.W. Setelah perang berakhir, Fatimah menemui ayahandanya Rasulullah S.A.W, dan membersihkan wajah baginda dari luka-luka. Dalam peperangan ini juga, Fatimah menyaksikan bapa saudara ayahnya, Hamzah syahid di medan perang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar