Nama lengkap
Syekh Abdul Wahab Rokan adalah Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi
an-Naqsyabandi, terkenal dengan sebutan “Tuan Guru Babussalam (Besilam)”, Faqih
Muhammad gelarnya, dan Abu Qosim demikian nama kecilnya. Ayahnya bernama Abdul
Manaf bin M. Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tembusai, keturunan dari
raja-raja Siak. Sedangkan ibunya bernama Arba’iah binti Datuk Dagi binti Tengku
Perdana Menteri bin Sultan Ibrahim, kepenuhan (Riau) dan masih mempunyai pertalian
darah dengan Sultan Langkat.
Ketika
wafatnya, Haji Abdullah Tembusai meninggalkan 670 anak dan cucu. Salah seorang
putra beliau bernama M. Yasin menikah dengan seorang wanita dari suku Batu
Hampar, dari hasil pernikahan ini kedua sepasang suami istri ini melahirkan
seorang anak laki-laki yang bernama Abdul Manaf, yaitu ayah kandung Syekh Abdul
Wahab Rokan.
Beliau
dilahirkan pada tanggal 19 Rabi’ul Akhir 1230 H. bertepatan dengan 28 September
1811 M. di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Sumatera Timur, (Sekarang
Negeri Tinggi, Rokan Tengah, Kab. Rokan hulu, Propinsi Riau). Dan wafat pada
tanggal 21 Jumadil awal 1345 H. bertepatan dengan 27 Desember 1926 M. di
Babussalam, Tanjungpura, Sumatera Timur (Sekarang Sumatera Utara). Abdul Wahab
tumbuh di lingkungan keluarga yang menjunjung agamanya. Nenek buyutnya, H
Abdullah Tembusai, dikenal sebagai seorang ulama besar dan golongan raja-raja
yang sangat berpengaruh dan disegani pada zamannya.
Dengan
titisan darah demikian, Syekh Abdul Wahab sejak kecil terdidik, terutama untuk
pelajaran agama. Demi menghapal AlQuran, Syekh Abdul Wahab kecil tak jarang
bermalam, di rumah gurunya. Ia pun patuh pada guru, bahkan kerap mencucikan
pakaian orang yang mendidiknya itu. Keistimewaan telah tampak sejak Wahab masih
bocah. Suatu ketika, saat orang terlelap pada dinihari, Abdul Wahab masih
menekuni AlQuran. Mendadak muncul seorang tua mengajarinya membaca aLQuran.
Setelah rampung satu khatam, orang tua itu menghilang.
Pada
permulaan belajar ilmu agama, Syekh Abdul Wahab Rokan belajar pada Tuan Baqi di
tempat kelahirannya, selain itu beliau juga belajar membaca al-Qurân kepada
H.M. Sholeh, seorang alim besar asal Minangkabau sampai tamat. Kemudian Syekh
Abdul Wahab Rokan melanjutkan studinya ke Tembusai dan berguru dengan Maulana
Syekh Abdullah Halim dan Syekh Muhammad Shaleh Tembusai. Dari keduanya
dipelajarinya berbagai ilmu dalam bahasa arab, antara lain kitab-kitab Fathul
Qorîb, Minhâju al-Thâlibîn, Iqna’ (Fiqih), Tafsîr Jamâl, Nahwu, Sharaf,
Balâghah, Manthiq, tauhîd, Arûdh dan lain-lain. Karena kepintarannya dalam
menyerap ilmu-ilmu dari gurunya dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu tersebut,
digelarlah ia dengan “Faqih Muhammad”, artinya orang yang ahli dalam ilmu
Fiqih.
Setelah
menamatkan studinya dengan dua ulama terkemuka tersebut, pada tahun (1846 M).
Abu Qosim (nama kecil Syekh Abdul Wahab Rokan) berangkat ke Semenanjung Melayu
untuk menambah ilmu pengetahuan dan tinggal di Sungai Ujung (Simunjung), Negeri
Sembilan. Di tempat ini ia belajar kepada Syekh Muhammad Yusuf Minangkabau,
seorang ulama terkemuka yang berasal dari minangkabau. Syekh H. Muhammad Yusuf
kemudian diangkat sebagai mufti di Kerajaan Langkat dan digelari “Tuk Ongku”.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari Faqih Muhammad berdagang di kota
Malaka. Menariknya, berkat kesalihannya, ia menyuruh pembeli menimbang sendiri
barang yang dibeli. Ini demi menghindarkan kecurangan.
Setelah dua
tahun di Malaka ia meneruskan pelajaran ke Mekkah. (1848 M). Selama enam tahun
di Mekkah ia belajar kepada ulama-ulama terkenal seperti Saidi Syarif Zaini
Dahlan (mufti mazhab Syafi’i), seorang ulama terkenal berasal dari Turki.
Kemudian ia juga berguru dengan Syekh Sayyid Muhammad bin Sulaiman Hasbullah
al-Makki dan ulama bangsa Arab lainnya. Kepada ulama-ulama Jawi Atau Asia ia
belajar kepada Syekh Muhammad Yunus bin Abdurrahman Batubara Asahan, Syekh H.
Zainuddin Rawa, Syekh Ruknuddin Rawa, Syekh Muhammad bin Ismail Daud
al-Fathani, Syekh Abdul Qodir bin Abdurrahman Kutan al-Kalantani, Syekh Wan
Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa al-Fathani dan lain-lain.
selama enam
tahun pada guru-guru ternama pada saat itu. Di sini pulalah ia memperdalam ilmu
tasawuf dan tarekat pada Syekh Sulaiman Zuhdi sampai akhirnya ia memperoleh
ijazah sebagai “Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”.
Pada saat
belajar di Mekah, Syekh Abdul Wahab dan murid-murid yang lain pernah diminta
untuk membersihkan tandas dan kamar mandi guru mereka. Saat itu, kebanyakan
dari kawan-kawan seperguruannya melakukan tugas ini dengan ketidakseriusan
bahkan ada yang enggan. Lain halnya dengan Syekh Abdul Wahab. Ia melaksanakan
perintah gurunya dengan sepenuh hati. Setelah semua rampung,
Sang Guru
lalu mengumpulkan semua murid-muridnya dan memberikan pujian kepada Syekh Abdul
Wahab sambil mendoakan,
mudah-mudahan
tangan yang telah membersihkan kotoran ini akan dicium dan dihormati oleh
termasuk para raja.Menyimak ketekunan muridnya, suatu ketika Sulaiman Zuhdi,
resmi mengangkat Syekh Abdul Wahab sebagai khalifah besar. Pengukuhan itu
diiringi dengan bai’ah dan pemberian silsilah tarekat Naqsyabandiyah yang
berasal dari Nabi Muhammad SAW hingga kepada Sulaiman Zuhdi yang kemudian
diteruskan kepada Wahab. Ijazahnya ditandai dengan pemberian dua gelar.
Ia pun
mendapat gelar Al Khalidi Naqsyabandi.Kemudian mendapat ijazah sebagai
“Khalifah Besar Thariqat Naqsyabandiyah al-Khalidiyah”, dan diberi nama Syekh
Haji Abdul Wahab Rokan Jawi al-khalidi an-Naqsyabandi. Tak lama Syekh Sulaiman
Zuhdi menyuruh Abdul Wahab Rokan kembali ke tanahairnya untuk menyebarkan
Tarekat Naqsyabandiah.
Di namakan
Syekh Abdul Wahab dengan “Rokan”, karena ia berasal dari daerah Rokan,
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Di namakan dengan “al-Khalidi”, karena ia
menganut tarekat periode Syekh Khalid sampai pada masanya. Dan dinamakan ia
dengan “an-Naqsyabandi”, karena ia menganut tarekat yang ajaran dasarnya
berasal dari Syekh Bahauddin Naqsyabandi. Menurut silsilah urutan pengambilan
tarikat Naqsyabandiyah, Syekh Abdul Wahab Rokan adalah keturunan ke-32 dari Rasulullah
Saw. Setelah kurang lebih enam tahun di Makkah, ia kembali ke Riau. Di sana, ia
yang saat itu berusia 58, mendirikan Kampung Mesjid. Dari sana, ia
mengembangkan syiar agama dan tarekat yang dianutnya, hingga Sumatra Utara dan
Malaysia.
Kampung
Tarekat
Tuan Guru
Syeikh Abdul Wahhab Rokan pulang ke tanah air pada tahun 1854 M dan dari
sinilah awal karier penyebaran ilmu agama dan thoriqoh dimulai.dalam tahun itu
juga. Pada masa awal, beliau mengajar di Tanjung Mesjid, daerah Kubu Bagan
Siapi-api, Riau. Namun pada tahun 1856 M beliau mulai mengembangkan tidak hanya
di Tanjung masjid, akan tetapi juga mengajar di Sungai Mesjid, daerah Dumai,
Riau. Setelah itu beliau mulai merambah daerah di Kualuh, wilayah Labuhan Batu
tahun 1860 M. Dan mengajar di Tanjung Pura, Langkat tahun 1865 M. Serta
mengajar di Gebang tahun 1882 M, dan dalam tahun 1883 berpindah ke Babussalam,
Padang Tualang, Langkat.
Di
Babussalamlah dijadikan sebagai pusat seluruh aktiviti, sebagai pusat tarbiyah
zhahiriyah, tarbiyah ruhaniyah dan dakwah membina umat semata-mata mengabdi
kepada Allah SWT. Dari sana, ia mengembangkan syiar agama dan tarekat yang
dianutnya. Lama kelamaan muridnya banyak dan menyebar hingga ke Asia Tenggara.
Sangking terkenalnya, raja-raja diwilayah Riau dan Sumatra Utara mengundangnya.
Pada suatu
waktu Sultan Musa Al-Muazzamsyah dari Kerajaan Langkat mengundangnya. Saat itu
sang raja sedang dirudung kesedihan. Pasalnya putranya sakit parah dan akhirnya
wafat. Syekh HM Nur yang sahabat karib Abdul Wahab ketika di Makkah yang kala
itu menjadi pemuka agama di kerajaan memberikan saran agar Sultan bersuluk di
bawah bimbingan Abdul Wahab. Sultan menyetujui dan mengundang Abdul Wahab.
Abdul Wahab
pun akhirnya datang ke Langkat. Di sana ia mengajarkan tarekat Naqsyahbandi dan
bersuluk kepada Sultan. Setelah berulang bersuluk, Sultan Musa memenuhi saran
Wahab menunaikan ibadah haji. Di tanah suci sang Raja juga bersuluk kepada
Sulaiman Zuhdi di Jabal Kubis.
Berkat
kekariban hubungan guru-murid, Sultan Musa menyerahkan sebidang tanah di tepi
Sungai Batang Serangan, sekitar 1 km dari Tanjung Pura. Sultan berharap gurunya
dapat mengembangkan syiar agama dari tanah pemberiannya. Wahab menyetujui dan
menamakan kampung itu Babussalam (pintu keselamatan).
Dalam tarikh
12 Syawal 1300 H/12 Agustus 1883 M Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan bersama
160 orang pengikutnya dengan menggunakan 13 buah perahu mengarungi sungai
Serangan menuju perkampungan peribadatan dengan undang-undang atau peraturannya
tersendiri yang dinamakan Babussalam.
Pendidikan
mengenai keislaman diterapkan setiap hari dan malam, sembahyang berjemaah tidak
sekali-kali diabaikan. Tilawah al-Quran, selawat, zikir, terutama zikir menurut
kaedah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan lain-lain sejenisnya semuanya
dikerjakan dengan teratur di bawah bimbingan Syeikh Mursyid dan
khalifah-khalifahnya. Syeikh Mursyid adalah Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan
sendiri. Khalifah ada beberapa orang, pada satu ketika di antara khalifah
terdapat salah seorang yang berasal dari Kelantan. Beliau ialah khalifah Haji
Abdul Hamid, yang masih ada kaitan kekeluargaan dengan Syeikh Wan Ali bin Abdur
Rahman Kutan al-Kalantani.
Babussalam
berkembang pesat menjadi kampung yang mempunyai otonomi khusus. Kampung ini
kemudian dikenal sebagai daerah basis pengembangan tarekat Naqsyahbandiyah di
Sumatra Utara. Bahkan Abdul Wahab sempat membentuk pemerintahan sendiri di
Babussalam. Diantara yang paling menarik adalah membuat Lembaga Permusyawaratan
Rakyat (Babul Funun).
Kendati
terjalin erat, hubungan Wahab dan Sultan pernah juga mengalami pasang surut.
Keduanya sempat renggang. Kala itu Syekh Abdul Wahab difitnah membuat uang
palsu. Akibatnya, Sultan memerintahkan penggeledahan ke rumahnya. Namun
kemudian tidak terbukti. Kedanya saling memaafkan. Namun seusai peristiwa Abdul
Wahab memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Konon kepindahannya ini
mengakibatkan sumur minyak di Pangkalan Brandan surut penghasilannya.
Ada
peristiwa lain yang menyebabkan Syekh Abdul Wahab juga pernah penjajah Belanda
menekan Sultan. Dalihnya, berbekal potret Tuan Guru Sheikh Abd Wahab ,
ditengarai Tuan Guru Babussalam demikian panggilan kehormatannya turut
bertempur membantu pejuang Aceh melawan Belanda. Padahal, pada saat bersamaan,
pengikutnya menegaskan Tuan Guru berdzikir di kamarnya.
Nota: ada
cerita dr murid beliau ketika gurunya selesai berzikir dan keluar dr kamarnya
terdapat tompok darah dr pakaian beliau seolah2 beliau baru pulang dr medan
perang wallahualam
Syekh Abdul
Wahhab Rokan adalah satu dari ulama Nusantara yang punya nama besar dan
mengglobal melampaui tanah kelahiran dan daerah asalnya. Bagi masyarakat
Langkat Sumatera Utara, Shekh Abdul Wahab Rokan adalah icon peradaban dan
perkembangan keislaman. Melalui jasa beliaulah, Islam tersebar kepada masyarakat
luas.Kealiman, kezuhudan, aktivitas dan produktivitasnya dalam berkarya dan
berdakwah meninggalkan khazanah yang serasa tidak pernah habis digali oleh
generasi sekarang.
Tokoh
sejarawan Belanda, Martin Van Bruinessen menulis tentang Shekh Abdul Wahab
Rokan:
Seorang
Shekh Melayu (Abdul Wahab Rokan), hanya dengan sendirian saja mempunyai
pengaruh di kawasan Sumatera dan Malaysia sebanding dengan apa yang dicapai
para Shekh Minangkabau seluruhnya.
Fitnah
Belanda
Sungguh pun
Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan terkenal kezuhudannya, namun beliau tidak
mengabaikan perjuangan duniawi, hal ini dibuktikan oleh beliau bersama-sama
dengan Sultan Zainal Abidin, Sultan Kerajaan Rokan dan Haji Abdul Muthallib,
Mufti Kerajaan Rokan pernah mengasaskan Persatuan Rokan. Persatuan Rokan
bertujuan secara umumnya adalah untuk kemaslahatan dan kebajikan Rokan. Walau
bagaimana pun tujuan utamanya adalah perjuangan kemerdekaan untuk melepaskan
Kerajaan Rokan dari penjajahan Belanda. Pembahagian kerja Persatuan Rokan ialah
Sultan Zainal Abidin sebagai pelaksana segala urusan luar negeri. Haji Abdul
Muthallib menjalankan pekerjaan-pekerjaan dalam negeri dan Tuan Guru Syeikh
Abdul Wahhab sebagai menerapkan pendidikan memberi semangat pada masyarakat.
Pada suatu
saat Babussalam pernah dihancurkan oleh Belanda dan mengakibatkan tuan guru dan
para pengikutnya akhirnya mengungsi. Setelah dirasa aman, maka beliau kembali
ke Babussalam, setelah terharu menyaksikan kampung yang dibangunnya menjadi
sepi dan hancur, Tuan Guru bersama pengikutnya, kembali membangun Babussalam
dan menetap kembali disana. Tak sekadar berkembang pesat, Tuan Guru bersama
Babussalam tumbuh sebagai basis Islam yang disegani.
Tak ayal,
pemerintah kolonial Belanda berusaha menjinakkannya. Salah satunya dengan tipu
daya berupa memberi gelar kehormatan. Pada tahun 1342 H/1923 M Asisten Residen
Belanda bersama Sultan Langkat menyematkan Bintang Emas untuk Tuan Guru Syeikh
Abdul Wahhab Rokan. Wakil pemerintah Belanda menyampaikan pidatonya pada
upacara penyematan bintang itu, Adalah Tuan Syeikh seorang yang banyak jasa
mengajar agama Islam dan mempunyai murid yang banyak di Sumatera dan
Semenanjung dan lainnya, dari itu kerajaan Belanda menghadiahkan sebuah Bintang
Emas kepada Tuan Syeikh. Namun demikian, penyematan bintang seperti itu
bukanlah merupakan kebanggaan baginya, mungkin sebaliknya bahawa bisa saja ada
maksud-maksud tertentu daripada pihak penjajah Belanda untuk memperalatkan
beliau untuk kepentingan kaum penjajah yang sangat licik itu.
Oleh itu,
dengan tegas Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan berkata ketika itu juga,
Jika saya
dipandang seorang yang banyak jasa, maka sampaikanlah pesan (amanah) saya
kepada Raja Belanda supaya ia masuk Islam.''
Tuan Guru
menilai bahwa pemberian bintang itu merupakan pengingat yang diberikan oleh
Allah kepadanya secara tidak langsung. Setelah kejadian itu, ia meminta
pengikutnya lebih giat dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan
bintang kehormatan itu pun kemudian diserahkan kepada Sultan Langkat untuk
dikembalikan kepada Belanda.
Tuan Guru
wafat di usia 115, pada 21 Jumadil Awal 1345 H (27 Desember 1926), meninggalkan
4 istri, 26 anak, dan puluhan cucu. Hingga kini makamnya diziarahi ribuan umat,
terutama setiap peringatan hari wafat (haul).
Murid
Murid Syeikh
Abdul Wahhab Rokan sangat ramai: Di antara muridnya yang dianggap mursyid dan
khalifah dan yang sangat giat menyebarkan Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah di
Batu Pahat, Johor ialah Syeikh Umar bin Haji Muhammad al-Khalidi. Muridnya yang
lain ialah Syeikh Muhammad Nur Sumatera. Murid Syeikh Muhammad Nur Sumatera
ialah Haji Yahya Laksamana al-Khalidi an-Naqsyabandi, Rambah, Sumatera. Beliau
ini adalah penyusun buku berjudul Risalah Thariqat Naqsyabandiyah Jalan Ma'rifah,
cetakan pertama tahun 1976 di Malaysia, diterbitkan oleh pengarangnya sendiri.
Karya
Tidak banyak
diketahui hasil penulisan Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan. Setakat ini yang
dapat dikesan ialah:
1. Munajat,
merupakan kumpulan puji-pujian dan pelbagai doa.
2. Syair
Burung Garuda, merupakan pendidikan dan bimbingan remaja .
3. Wasiat,
merupakan pelajaran adab murid terhadap guru, akhlak, dan 41 jenis wasiat.
Petikan 41
wasiat yang dimaksudkan beliau antaranya:
Wasiat yang
pertama,
Hendaklah
kamu sekalian masyghul dengan menuntut ilmu Quran dan kitab kepada guru-guru
yang mursyid. Dan hinakan diri kamu kepada guru kamu dan perbuat apa-apa yang
disuruhnya. Jangan bertangguh. Dan banyak-banyak bersedekah kepadanya. Dan
seolah-olah diri kamu itu hambanya.
Dan jika
sudah dapat ilmu itu maka hendaklah kamu ajarkan kepada anak cucu, kemudian
kepada orang lain. Dan kasih sayang kamu akan muridmu seperti kasih sayang akan
cucu kamu. Dan jangan kamu minta upah dan makan gaji sebab mengajar itu, tetapi
minta upah dan gaji itu kepada Tuhan Esa lagi Kaya Murah, iaitu Allah Ta'ala.
Wasiat yang
kedua,
Apabila kamu
sudah baligh hendaklah menerima Thariqat Syaziliyah atau Thariqat
Naqsyabandiyah supaya sejalan kamu dengan aku.
Nota :
Wasiat yang kedua ini jelas bahawa Tuan Guru Syeikh Abdul Wahhab Rokan sangat
menekankan amalan tarekat. Mengenai ini juga ada hujah-hujah yang kuat di
kalangan penganut-penganut sufi, walau pun ada golongan yang tidak sependapat
dengan yang demikian itu. Pada pandangan saya mempertikaikannya adalah
merupakan pekerjaan yang sia-sia, kerana bermujadalah adalah termasuk salah
satu sifat mazmumah (dicela) oleh syarak Islam.
Wasiat yang
ketiga,
Jangan kamu
berniaga maksudnya jika terdapat penipuan atau pun riba. Jika hendak mencari
nafkah hendaklah dengan tulang empat kerat seperti berhuma dan berladang dan
menjadi amil (orang yang bekerja, pen:).
Dan di dalam
mencari nafkah itu hendaklah bersedekah tiap-tiap hari supaya segera dapat
nafkah. Dan jika dapat ringgit sepuluh, maka hendaklah sedekahkan satu dan
taruh sembilan. Dan jika dapat dua puluh, sedekahkan dua. Dan jika dapat
seratus, sedekahkan sepuluh dan taruh sembilan puluh. Dan apabila cukup nafkah
kira-kira setahun maka hendaklah berhenti mencari itu dan duduk beramal ibadat
hingga tinggal nafkah kira-kira empat puluh hari maka boleh mencari.
'Wasiat yang
keempat,
Maka
hendaklah kamu berbanyak-banyak sedekah sebilang hari istimewa pada malam
Jumaat dan harinya. Dan sekurang-kurang sedekah itu empat puluh duit pada
tiap-tiap hari. Dan lagi hendaklah bersedekah ke Mekah pada tiap-tiap tahun.
Wasiat yang
kelima,
Jangan kamu
bersahabat dengan orang yang jahil dan orang fasik. Dan jangan bersahabat
dengan orang kaya yang bakhil. Tetapi bersahabatlah kamu dengan orang alim-alim
dan ulama-ulama dan salih-salih.'
Wasiat yang
keenam,
Jangan kamu
hendak kemegahan dunia dan kebesarannya seperti hendak menjadi kadi, imam dan
lain-lainnya istimewa pula hendak jadi penghulu-penghulu dan lagi jangan hendak
menuntut harta benda banyak-banyak. Dan jangan dibanyakkan memakai pakaian yang
halus.
Wasiat yang
ketujuh,
Jangan kamu
menuntut ilmu sihir seperti kuat, dan kebal dan pemanis serta lainnya kerana
sekalian ilmu telah ada di dalam al-Quran dan kitab.
Wasiat yang
kelapan,
Hendaklah
kamu kuat menghinakan diri kepada orang Islam, dan jangan dengki khianat kepada
mereka itu. Dan jangan diambil harta mereka itu melainkan dengan izin syarak.
Demikianlah
8 wasiat yang dipetik dari 41 wasiat Syeikh Abdul Wahhab Rokan, semuanya masih
perlu perbahasan atau pentafsiran yang panjang. Kerana jika tidak ditafsirkan
kemungkinan orang-orang yang berada di luar lingkungan sufi akan beranggapan
bahawa wasiat beliau itu sebagai penghalang terhadap kemajuan dunia moden.
RASULULLAH
bulan purnama,
RASULULLAH
bulan purnama,
cahayanya
cerah menerangi buana
Menyuluh
kehidupan manusia,
memandu
perjalanan mereka menuju Tuhannya
Manusia
selamat di dalam perjalanan mereka
Dari
kesesatan dan khurafat serta marabahaya
Para Sahabat
laksana bintang-bintang di keliling purnama
Bertambah
indah purnama dan makin terserlah cahaya kebesarannya
Laksana
raja-raja dikelilingi oleh pembesar-pembesarnya
Bertambah
hebat dan agung Rasulullah dibuatnya
Para Tabi’in
laksana bintang-bintang yang berselerak di seluruh dunia
Menyuluh di
malam gelap-gelita dan memeriahkan suasana
Panduan
orang yang berjalan di tengah padang pasir dan hutan belantara
Banyak orang
yang selamat daripada kesesatan perjalanan di malam yang gelap-gelita
Para
mujtahidin, para mujaddidin dan ulama ul ‘amilin obor di zamannya
Menerangkan
juga alam buana, kehidupan manusia yang hiruk-pikuk dan sibuknya
Cahaya-cahaya
yang dibawa mereka boleh juga diguna dan dimanfaatkan
Mudah juga
manusia berjalan di dalam suasana gelap-gelita
Para
mubaligh dan da’i membawa pelita kehidupan dizamannya
Walaupun
cahayanya tidak jauh pancarannya
Namun
cahaya-cahayanya mencerahkan juga kehidupan manusia
Siapa yang
sudi bernaung di bawah cahayanya,
pimpinan
kehidupan dapat juga
Dicatat oleh
786 copymaster
Wasiat
kedelapan, hendaklah kamu kuat merendahkan diri kepada orang Islam. Dan jangan
dengki khianat kepada mereka itu. Dan jangan diambil harta mereka itu melainkan
dengan izin syara'.
Wasiat
kesembilan, jangan kamu menghinakan diri kepada kafir laknatullah serta makan
gaji serta mereka itu. Dan jangan bersahabat dengan mereka itu, melainkan sebab
uzur syara'.
Wasiat
kesepuluh, hendaklah kamu kuat menolong orang yang kesempitan sehabis-habis
ikhtiar sama ada tolong itu dengan harta benda atau tulang gega, atau bicara
atau do'a. Dan lagi apa-apa hajat orang yang dikabarkannya kepada kamu serta
dia minta tolong, maka hendaklah sampaikan seboleh-bolehnya.
Wasiat yang
kesebelas, kekalkan air sembahyang dan puasa tiga hari pada tiap-tiap bulan.
Wasiat yang
kedua belas, jika ada orang berbuat kebajikan kepada kamu barang apa kebajikan,
maka hendaklah kamu balas akan kebajikan itu.
Wasiat yang
ketiga belas, jika orang dengki khianat kepada kamu, telah dipeliharakan Allah
kamu dari padanya, maka hendaklah kamu sabar dan jangan dibalas dan beri
nasihat akan dia dengan perkataaan lemah lembut, karena mereka itu orang yang
bebal.
Wasiat yang
keempat belas, jika kamu hendak beristeri, jangan dipinang orang tinggi bangsa
seperti anak datuk-datuk. Dan jangan dipinang anak orang kaya-kaya. Tetapi
hendaklah pinang anak orang fakir-fakir dan miskin.
Wasiat yang
kelima belas, jika memakai kamu akan pakaian yang lengkap, maka hendaklah ada
didalamnya pakaian yang buruk. Dan yang aulanya yang buruk itu sebelah atas.
Wasiat yang
keenam belas, jangan disebut kecelaan orang, tetapi hendaklah sembunyikan
sehabis-habis sembunyi.
Wasiat yang
ketujuh belas, hendaklah sebut-sebut kebajikan orang dan kemuliaannya.
Wasiat yang
kedelapan belas, jika datang orang 'alim dan guru-guru kedalam negeri yang
tempat kamu itu, istimewa pula khalifah thariqat Naqsyabandiah, maka hendaklah
kamu dahulu datang ziarah kepadanya dari pada orang lain serta beri sedekah
kepadanya.
Wasiat yang
kesembilan belas, jika pergi kamu kepada suatu negeri atau dusun dan ada didalam
negeri itu orang alim dan guru-guru khususnya khalifah thariqat Naqsyabandiah,
maka hendaklah kamu ziarah kepadanya kemudian hendaklah membawa sedekah
kepadanya.
Wasiat yang
kedua puluh, jika hendak pergi orang alim itu daripada tempat kamu itu atau
engkau hendak pergi dari pada tempat itu, maka hendaklah kamu ziarah pula serta
memberi sedekah supaya dapat kamu rahmat yang besar.
Wasiat yang
kedua puluh satu, sekali-kali jangan kamu kawin dengan janda guru kamu,
khususnya guru thariqat. Dan tiada mengapa kawin dengan anak guru, tetapi
hendaklah bersungguh-sungguh membawa adab kepadanya serta jangan engkau wathi
akan dia, melainkan kemudian daripada meminta izin. Dan lebihkan olehmu akan
dia daripada isterimu yang lain, karena dia anak guru, hal yang boleh
dilebihkan.
Wasiat yang
kedua puluh dua, hendaklah segala kamu yang laki-laki beristeri
berbilang-bilang. Dan sekurang-kurangnya dua, dan yang baiknya empat. Dan jika
isterimu tiada mengikut hukum, ceraikan, cari yang lain
Wasiat yang
kedua puluh tiga, hendaklah kamu yang perempuan banyak sabar, jika suami kamu
beristeri berbilang-bilang. Janganlah mengikut seperti kelakuan perempuan yang
jahil, jika suaminya beristeri berbilang, sangat marahnya, dan jika suaminya
berzina tiada marah.
Wasiat yang
kedua puluh empat, jika ada sanak saudara kamu berhutang atau miskin dan sempit
nafkahnya dan kamu lapang nafkah, maka hendaklah kamu beri sedekah
sedikit-sedikit seorang supaya sama kamu. Inilah makna kata orang tua-tua, jika
kamu kaya maka hendaklah bawa sanak saudara kamu kaya pula, dan jika kamu
senang, maka hendaklah berikan senang kamu itu kepada sanak saudara kamu.
Wasiat yang
kedua puluh lima, mana-mana sanak saudara kamu yang beroleh martabat dan
kesenangan, maka hendaklah kamu kuat-kuat mendo'akannya supaya boleh kamu
bernaung dibawah martabatnya.
Wasiat yang
kedua puluh enam, hendaklah kasih akan anak-anak dan sayang akan fakir miskin
dan hormat akan orang tua-tua.
Wasiat kedua
puluh tujuh, apabila kamu tidur, hendaklah padamkan pelita, jangan dibiarkan
terpasang, karena sangat makruh, sebab demikian itu kelakuan kafir Yahudi.
Wasiat yang
kedua puluh delapan, jika kiamu hendak bepergian, maka hendaklah ziarah kepada
ibu bapa dan kepada guru-guru dan orang saleh-saleh. Minta izin kepada mereka
itu serta minta tolong do'akan,dan lagi hendaklah mengeluarkan sedekah supaya
dapat lapang.
Wasiat yang
kedua puluh sembilan, jangan berasah gigi laki-laki dan perempuan. Dan jangan
bertindik telinga jika perempuan, karena yang demikian itu pekerjaan jahiliah.
Wasiat yang
ketiga puluh, jangan kuat kasih akan dunia, hanya sekedar hajat. Siapa kuat
kasih akan dunia banyak susah badannya dan percintaan hatinya dan sempit
dadanya. Siapa benci akan dunia, sentosa badannya dan senang hatinya dan lapang
dadanya.
Wasiat yang
ketiga puluh satu, hendaklah kasih sayang akan ibu bapa seperti diikut apa
kata-katanya dan membuat kebajikan kepada keduanya sehabis-habis ikhtiar. Dan
jangan durhaka pada keduanya, seperti tiada mengikut perintah keduanya dan
kasar perkataan kepada keduanya dan tiada terbawa adabnya.
Wasiat yang
ketiga puluh dua, jika mati kedua ibu bapa kamu atau salah seorang, maka
hendaklah kamu kuat-kuat mendoa'akannya pada tiap-tiap sembahyang dan \ziarah
pada kuburnya pada tiap-tiap hari jum'at.
Wasiat yang
ketiga puluh tiga, hendaklah kuat membuat kebajikan serta dengan yakin kepada
guru-guru dan jangan durhaka kepadanya.
Wasiat yang
ketiga puluh empat, hendaklah berkasih-kasihan dengan orang sekampung dan jika
kafir sekalipun dan jangan berbantah-bantah dan berkelahi de ngan mereka itu.
Wasiat yang
ketiga puluh lima, jangan diberi hati kamu mencintai akan maksiat, artinya
membuat kejahatan, karena yang demikian itu percintaan hati. Dan jika banyak
percintaan hati, membawa kepada kurus badan.
Wasiat yang
ketiga puluh enam, jangan kamu jabatkan tangan kamu kepada apa-apa yang haram,
karena yang demikian itu mendatangkan bala.
Wasiat yang
ketiga puluh tujuh, jika datang bala dan cobaan, maka hendaklah mandi tobat
mengambil air sembahyang, dan meminta do'a kepada Allah Ta'ala. Dan
banyak-banyak bersedekah kepada fakir dan miskin dan minta tolong do'akan
kepada guru-guru dan shalih-shalih karena mereka itu kekasih Allah Ta'ala.
Wasiat yang
ketiga puluh delapan, apabila hampir bulan Ramadhan, maka hendaklah selesaikan
pekerjaan dunia supaya senang beramal ibadat didalam bulan Ramadhan dan jangan
berusaha dan berniaga didalam bulan Ramadhan, tetapi hendaklah
bersungguh-sungguh beramal dan ibadat dan membuat kebajikan siang dan malam,
khususnya bertadarus Quran dan bersuluk.
Wasiat yang
ketiga puluh sembilan, hendaklah kuat bangun pada waktu sahur, beramal ibadat
dan meminta do'a , karena waktu itu tempat do'a yang makbul, khususnya waktu
sahur malam jum'at.
Wasiat yang
ke empat puluh, hendaklah kuat mendo'akan orang Islam, sama ada hidup atau
mati.
Wasiat yang
keempat puluh satu, apabila bertambah-tambah harta benda kamu dan
bertambah-tambah pangkat derjat kamu, tetapi amal ibadat kamu kurang, maka
jangan sekali-kali kamu suka akan yang demikian itu, karena demikian itu
kehendak setan dan iblis dan lagi apa faedah harta bertambah-tambah dan umur
berkurang-kurang.
Wasiat yang
keempat puluh dua, maka hendaklah kamu i'tikadkan dengan hati kamu, bahwasanya
Allah Ta'ala ada hampir kamu dengan tiada bercerai-cerai siang dan malam. Maka
Ia melihat apa-apa pekerjaan kamu lahir dan batin. Maka janganlah kamu berbuat
durhaka kepada-Nya sedikit jua, karena Ia senantiasa melihat juga tetapi
hendaklah senantiasa kamu memohonkan keridhaan-Nya lahir dan batin. Dan
lazimkan olehmu i'tikad ini supaya dapat jannatul 'ajilah artinya sorga yang
diatas dunia ini.
Wasiat yang
keempat puluh tiga, maka hendaklah kamu ingat bahwa malikal maut datang kepada
setiap seorang lima kali dalam sehari semalam, mengabarkan akan kamu bahwa aku
akan mengambil nyawa kamu, maka hendaklah kamu ingat apabila sudah sembahyang
tiada sampai nyawa kamu kepada sembahyang kedua, demikian selama-lamanya.
Wasiat yang
keempat puluh empat, hendaklah kamu kuat mendo'akan hamba yang dha'if ini dan
sekurang-kurangnya kamu hadiahkan kepada hamba pada tiap-tiap malam jum'at
dibaca fatihah sekali dan Qul Huwallahu Ahad sebelas kali, atau Yasin sekali
pada tiap-tiap malam jum'at atau ayatul Kursi 7 kali dan aku mendo'akan pula
kepada kamu sekalian.
Inilah
wasiat hamba yang empat puluh empat atas jalan ikhtisar dan hamba harap akan
anak cucu hamba akan membuat syarahnya masing-masing dengan kadarnya yang
munasabah, supaya tahu dha'ifut thullab wa qashirul fahmi. Wallahu Khairul
Hakimin, wa Maqbulus Sailin. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar