Tanggal 1 Juni 2013 kemarin telah diselenggarakan dengan
sukses Haul yang ke-7 Anre Gurutta KH. Syaikh Djamaluddin Assegaf Puang Ramma
di Masjid Raya Makassar, Sulawesi Selatan. Siapa sebenarnya beliau?. Berikut
kami paparkan mengenai riwayat Syaikh Djamaluddin Assegaf yang kami ambil dari
selebaran buletin AL-AHSAN yang dibagikan ketika kami mengunjungi Haul kemarin.
Sejarah mencatat nama KHS Djamaluddin Assegaf Puang Ramma,
merupakan sosok yang tidak dapat dipisahkan dari lembaran sejarah perjalanan
dakwah Islam di Sulsel. Sejak zaman perjuangan kemerdekaan hingga di era
reformasi, sosoknya sebagai ulama yang agung dan ulama yang dituakan tetap
melekat pada dirinya.
Artinya, sepanjang perjalanan sejarah bangsa ini, mulai dari
zaman perjuangan kemerdekaan, Orde Lama (Orla), Orde Baru (Orba) dan Reformasi,
nama KHS Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, senantiasa menyertai aktivitas
keagamaan masyarakat (Islam) di deaerah ini. Betapa tidak, jauh sebelum
bertumbuh kembangnya organisasi besar keagamaan Islam di Indonesai seperti
Nahdlatul Ulama (NU) dan Perserikatan Muhammadiyah, di Sulsel, kiyai yang lahir
di "Butta Turikale" Kabupaten Maros 1920, yang akrab disapa Puang
Ramma ini, telah aktif melakukan dakwah di berbagai tempat di Sulsel.
Dari catatan yang kami peroleh, KHS Djamaluddin Assegaf
Puang Ramma, termasuk salah seorang pendiri NU Sulsel. Dia juga termasuk tokoh
politik, pendidik dan budaya Sulsel.
Besar kecilnya peran Puang Ramma yang telah dimainkan semasa
hidupnya selaku penda'wah. Sejumlah warga mengakui bahwa sosok Puang Ramma,
yang wafat tahun 2006 lalu, banyak memberikan pemahaman tentang Islam, meski
pada zamannya dahulu, banyak berbenturan dengan berbagai tantangan, termasuk
kondisi umat Islam pada waktu itu yang belum memahami nilai-nilai keesaan Allah
SWT dan tradisi yang masih kental.
Ketika karier sebagai pendakwah belum menjadi profesi yang
banyak dilirik orang, Puang Ramma tampil memposisikan diri sebagai pendakwah
yang siap berhadapan dengan problematikan saat itu.
Dengan semangat keihlasan yang dimiliki dan semangat untuk
lebih memahamankan Islam kepada umatnya, Puang Ramma, tidak mengenal kata lelah
dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, bukan hanya melayani umat di dalam
wilayah Kota Makassar, tetapi sampai ke pelosok daerah di Sulsel. Makanya tidak
mengherankan jika hingga saat ini banyak ditemukan foto almarhum di rumah-rumah
penduduk, di pelosok pegunungan di Sulsel.
Singkatnya, dalam menjalankan dakwah Islam, Puang Ramma,
mampu menerobos daerah "hitam" dan "lontang" (tempat
masyarakat mi- numam-minuman keras, khususnya ballo/arak).
Dan hasilnya dapat dirasakan hi¬ngga saat ini, bahwa
kehadiran sosok Puang Ramma ke pentas dakwah, telah menghantarkan pemahaman
pemasyarakat terhadap dunia Islam, yang alhamdulillah kita rasakan hingga ke
area peradaban yang serba modern saat ini.
Tidak salah jika Puang Ramma, adalah benang merah perjalanan
dakwah di Indonesai. Tentunya situasi¬nya saat ini telah berbeda dengan warna
generasi yang baru pula. Dan dari pondasi dasar dakwah yang telah
dicanangkannya itu pemahaman Islam generasi saat diharapkan pada tingkat yang
lebih mapan lagi .
Lantas apa kiat dakwah yang diterapkan Puang Ramma, dalam
menjalankan misi keagamaan yang diembannya kala itu.
Putra Puang Ramma, Syekh Sayyid Abdur Rahim Assegaf Puang
Makka, yang ditemui di kediamannya di Jalan Baji Bicara No 7 Makassar,
memaparkan teknik dakwah yang diterapkan ayahandanya tersebut.
Syekh Sayyid A Rahim Assegaf, yang akrab disapa Puang Makka,
menguraikan bahwa petunjuk yang dipakai almarhum Puang Ramma dalam melaksanakan
dakwah, berdasarkan tuntunan Allah SWT, sebagaimana yang disampaikan di dalam
kitab suci Al-qur'an Surah Annahl (surat ke 16) ayat 125.
Dalam ayat ini lanjut Puang Makka, bahwa Allah SWT mengajari
hambanya tata cara berdakwah yakni dengan jalan hikmah dan khasanah,
sebagaimana arti ayat tersebut yang berbunyi" Serulah manusia kepada jalan
Tuhanmu dengan 'hikmah', dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan
mereka dengan cara Ahsan. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan dialah (Allah) yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk".
"Dari kedua konsep ajaran Tuhan itulah Puang Ramma,
mampu menerobos daerah hitam dan lontang, dalam menyebarluaskan dakwah Islam,
di tengah masyarakat yang masih terkebelakang pendidikan dan wawasan
keagamaan" tutur Puang Makka.
Satu catatan yang patut menjadi perhatin dari aktivitas
dakwah yang dilaksanakan Puang Ramma, berada pada suatu realitas yang sangat
memprihatinkan, selain karena latar belakang sasaran dakwah yang masih
terkebelakang, juga diperhadapkan pada situasi medan yang masih sulit
dijangkau. Hanya denga niat yang kuat kesemua tantangan dakwah dapat dilewati.
Namun demikian lanjut Puang Makka, berdasarkan al-Qur'an
Surat Annahl ayat 125, Puang Ramma mampu melakukan pendekatan se¬cara persuasif
tanpa menghilangkan nilai-nilai ajaran Islam yang substansif.
Dengan pendekatan "Bil Hikmah" dan
"Khasanah", umat yang dihadapi melalui dakwah Puang Ramma, tidak
merasa terbebani dan tidak merasa berat menjalankan syariat Islam, khususnya
shalat, lima kali sehari semalam.
"Konsep ini membuat Puang Ramma, lebih lembut, ramah
dan lebih santun menghadapi umat pada zamannya dan turut memberikan contoh
tingkah laku dari ajara agama yang diajarkan. Ini yang terkadang te¬rabaikan
oleh pendakwah, di era kekinian,"kata Puang Makka.
Dan menambahkan dengan konsep khasanah, perbedaan pendapat
Puang Ramma dengan pihak lain dalam menjalankan dakwah dihadapinya dengan sopan
santun. Perbedaan pendapat pada waktu itu, tidak disikapi dengan kekerasan
dikarenakan adanya tuntunan dari Allah SWT, bahwa di dalam melakukan perdebatan
haruslah dengan cara Ahsan (cara yang baik).
Keluwesan Puang Ramma menjalankan dakwah, dikarenakan basic ajaran
yang dipahaminya begitu dalam. Artinya, sebelum melaksanakan aktivitas dakwah,
Puang Ramma, begitu dalam totalitasnya dalam mempelajar ajaran Islam.
Hal tersebut sesuai perintah Al- Qur'an agar umat Islam
memasuki Islam secara keseluruhan. Kedalaman pemahaman terhadap ajaran Islam
yang diperolehnya saat nyantri di Pulau Salemo, menghantarkannya mampu menukik
ke dasar ajaran Islam, sehingga dakwah yang dilakukannya memberikan solusi
terhadap problematika umat.
"Kedalaman pemahaman terhadap ajaran Islam inilah yang
membuat dakwah Puang tidak kering, dan mampu berakselerasi dengan per¬kembangan
zaman, mulai dari era perjuangan kemerdekaan, hingga memasuki awal-awal
reformasi," kata Puang Makka.
Kedalaman pemahaman terhadap ajaran Islam, membuatnya mampu melakukan
pendekatan terhadap tiga pilar agama yang mulia ini, yakni Islam, Iman dan
Ikhsan. Pemahaman Islam dihadapi dengan ilmu fiqhi, Iman dihadapi dengan ilmu
qalam dan Ikhsan dilakukan dengan pendekatan ilmu ahlak atau tasawuf.
Bagi puang dalam melaksanakan dakwah senantiasa mendahulukan
ahlak yang mulia, sehingga dakwahnya dengan mudahnya diterima masyarakat.
Begitu pentingnya ahlak yang mulia ini, Syekh Yusuf yang di¬kenal dengan Hianta
Salamaka, menegaskan barang siapa yang tidak berahlak berarti tidak ada tasawuf
baginya. "Inilah salah satu konsep dakwah yang dimiliki Puang Ramma.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar