Makam Sultan Suriansyah terletak di Kelurahan Kuin Utara,
Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Sultan Suriansyah merupakan raja
Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah
Raden Samudera, setelah diangkat menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera
dan setelah memeluk Islam namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya
adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang.
Sultan Suriansyah, berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan
Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak
beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk
pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang
dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di
Kalimantan Selatan. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan
nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun 1550,
berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap
sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. Menurut
M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar
tahun 1526-1550. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari
jadi kota Banjarmasin jatuh pada tanggal 24 September 1526.
Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan
Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada
diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera
bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat
agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula
Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak
mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena
kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu
Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih
Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya
menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari
meninggal pada awal abad ke-16.
Sultan Rahmatullah, putera Sultan Suriansyah, beliau raja
Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun
1550-1570.
Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, cucu Sultan
Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun
1570-1595. Ia senang memperdalam syiar agama Islam. Pembangunan masjid dan
langgar (surau) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok
perkampungan.
Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari
Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden
Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa
pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib
Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Ia
menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada
di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan
dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di
daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya
sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta
hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang Melayu yang
sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara
turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba
Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia
seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi
gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama
besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia
meninggal pada tahun 1640.
Haji Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan Brunei
Darussalam. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri
di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji Al-Qur'an dan
mengajarkan tentang keislaman seperti ilmu tauhid dan sebagainya. Ia meninggal
pada tahun 1825.
Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di
masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur
hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada
tahun 1630.
Pangeran Muhammad, adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga
sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun
1645.
Sayyid Ahmad Iderus, adalah seorang ulama dari Mekkah yang
datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia
menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan
langgar (surau). Ia meninggal pada tahun 1681.
Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia
meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran Pangeran Antasari melawan penjajah
Belanda. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke Cianjur beserta anak
buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia
meninggal pada thaun 1938.
Kiai Datu Bukasim merupakan seorang menteri di Kerajaan
Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah
satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun 1681.
Anak Tionghoa Muslim. Pada permulaan abad ke-18, seorang
Tionghoa datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk
Islam sebagai muallaf. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi sungai, hingga
jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin,
mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar