Sayyid Abdurrahman Al – Mahdum
Sayyid Abdurrahman Al – Makhdum, biasa di panggil Sunan
Mahdum adalah seorang ulama dari Timur Tengah, yang ditugaskan oleh Sultan
Muhammad 1, Khalifah Kerajaan Istanbul untuk menyebarkan agama Islam di
Indonesia. Sultan Muhammad 1 adalah Raja yang kaya raya di antara raja-raja
Islam lainnya. Beliau mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia.
Sayyid Abdurrahman Al – Mahdum berdakwah sambil berdagang di
Semenanjung Malaya dan di sekitar Pulau Sumatera,Jawa dan Madura. Beliau
melaporkan bahwa sebagian penduduk sudah memeluk agama Islam akan tetapi pulau
Jawa masih di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Atas dasar
laporan itu maka Sulatan Muhammad 1 tergugah hatinya untuk menyebarkan agama
Islam di Nusantara. Akhirnya beliau mengirimkan surat kepada pembesar-pembesar
Islam di Negara Afrika Utara dan Timur Tengah.
Surat tersebut berisi permintaan bantuan dan keikhlasan para
ulama yang mempunyai karamah (keistimewaan) untuk bersedia menyebarkan agama
Islam di Nusantara. Pada tahun 808 H/1404 M ada Sembilan ulama yang bersedia
menyebarkan agama Islam si Nusantara. Kesembilan ulama tersebut di kenal dengan
istilah Walisongo 1, mereka adalah :
1. Maulana Malik Ibrahim,, seorang ahli tatanegara. Beliau
ditugaskan menyebarkan Islam di Jawa Timur . Wafat di gresik pada tahun 1419 M.
2. Maulana Ishaq, seorang ahli pengobatan . Beliau bertempat
tinggal di Blambangan dan menikah dengan Dewi Sekar Dadu kemudian di tugaskan
ke Pasai untuk membantu Sayyid abdurrahaman Al-Mahdum, pimpinan Walisongo 1,
hingga akhir hayatnya.
3. Maulana Ahmad Jumadil Qubra, beliau dakwah dengan
berkeliling. Wafat di Troloyo,Mojokerto,Jawa Timur.
4. Maulana Ahamd Al Magribi, berdakwah dengan berkeliling.
Wafat dan di makamkan di Jatinom,Klaten,Jawa Tengah pada tahun 1465 M.
5. Maulana Malik Israil, seorang ahli pengatur pemerintahan.
Wafat dan di makamkan di Gunung Santi, Banten pada tahun 1436 M.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, seorang ahli di bidang
pengobatan. Wafat dan di makamkan di Gunung Santi, Banten pada tahun 1436 M.
7. Maulana Hasanuddin, beliau berdakwah dengan berkeliling.
Wafat dann di makamkan di samping masjid kuno Banten pada tahun 1462 M.
8. Maulana Aliyuddin, beliau berdakwah dengan berkeliling
menemani Maulana Hassanuddin. Wafat dan di makamkan di samping masjiid Banten
pada tahun 1466 M.
9. Sayyid Subakir, seorang ahli yang pandai membuat rajah
asmat, membersihkan tanah dari pengaruh jin, setan dan makhluk ghoib lainnya,
juga menaklukkan tempat yang angker. Beliau kembali ke Baghdad pada tahun 1452
M setelah tugasnya selesai. Salah satu murid beliau yang meninggal dan di
makamkan di Blitar,Jawa Timur. Di samping makam murid beliau terdapat sajadah
yang terbuat dari batu yang berkhasiat. Diriwayatkan,barang siapa shlat shubuh
dan maghrib di atas batu tersebut selama tujuh hari beerturut-turut maka dengan
izin Allah, apa yang menjadi keinginannya akan terkabul.
Sayyid Abdurrahaman Al-Mahdum sangat gigih dalam menyebarkan
agama Islam di Pasai dan mempunyai pengikut sangat banyak. Setelah bertugas di
Pasai, Sayyid Abdurrahman Al-Mahdum peergi ke Pati sampai akhir hayatnya dan di
makamkan di Parenggan, Pati.
Keramat Sayyid Abdurrahman Al-Mahdum
Menurut Mbah Thoyyib,tokoh agama desa
Waturoyo,Margoyoso,Pati,Jawa Tengah,Sayyid Abdurrahman adalah ulama yang penuh
karammah (keistimewaan). “Ayah saya setiap malam Sepuluh Suro(Asyura) selalu
ziarah ke makam Mbah Mutamakkkin dan Sayyid Mahdum,” kisah kakak kandung
K.Muhammadun (almarhum), da’I kondang yang juga pengasuh pondok Pesantren
Ngrunting Pati.
Diceritakan pada malam sepuluh Suro, Thoyyib yang kala itu
baru berumur 6 tahun bersma 5 orang dari Waturoyo di ajak ayahnya,Kyai
Daiman,berziarah ke makam Sunan Mahdum setelah berziarah ke makam Mbah
Mutammakin. Sesampainya di makam Sunan Mahdum mereka bertemu dengan Habib Ahmad
Al-Idrus,Habib Idrus Al-Idrus dan Habib Ahmad Assegaf. Ketiga habaibb tersebut
berhenti di pintu makam dan tidak segera masuk,karena salah satu dari mereka
member isyarat agar jamaah jangan masuk ke dalam makam dulu,konon saat itu
sedang ada pertemuan para aulia dari berbagai daerah di makam Sunan Mahdum
tersebut. Selang beberapa lama, salah satu Habib tersebut mengisyaratkan agar
semua jamaah mengikutinya kea rah Sunan Mahdum.
Sesampainya di depan makam para jamaah terutama para Habib
tersebut dan Kyai Daiman, bersiap diri untuk memulai bacaan ziarah,tahlil, dan
tawassul. Kyai Daiman dengan penuh tadzim, mempersilahkan salah satu dari Habib
tersebut untuk membuka asbacaan ziarah, namun terjadi saling “melempar” satu
sama lainya yang disebabkan oleh saling menghormati satu sama lainyya, yang
satu memandang yang lain lebih afdal untuk memimpin.
Sungguh hal ini merupakan gambaran akhlak pendahulu kita
yang jauh dari semangat berebut di depan, seperti yang banyak terjadi
belakangan ini.
Melihat mereka tidak berkenan, akhirnya K. Daiman , ayah
Toyyib berceletuk, “bagaimana kalau saya borong semua saja, saya yang memimpin
wasilah hadirah, tahlil dan do’a. .he he he?”. Mendengar itu, mereka tertawa
dan alkhirnya berkenan memimpin bacaan tahlil dan do’a. Ketiga Habib tersebut
kemudian berbagi tugas, ada yang memimpin wasilah(pembacaan nama nama ulama
yang di kirimi surat Al Fatikah), tahlil dan do’a. Selesai berdo’a tiba tiba
terdengar suara keras , ada benda yang terjatuh. “Saya, Ayah dan semua peziarah
terkejut karena di tengah kegelapan tiba-tiba ada benda terjatuh. Setelah kami
dekati dan amatiternyata benda itu berupa keranjang yang berisi ansi lengkap
dengan lauknya, “kisah thoyyib yang pernah ikut pertempuran 10 November 1945 di
Surabaya itu. Konon yang mendapatkan bagian dari “nasi berkah” itu dan kemudian
dimakan oleh istrinya yang sedang hamil, anak yang lahir menjadi ulama dan
pejuang Islam,subhanallah.
Sayyid Maqdum ulama merupakan ulama yang penuh kharisma.
Karena itulah muslimin senantiasa ziarah ke makamnya berdoa dan memohon berkah
darinya. “Kaum muslimin dan muslimat sering ziarah dan khalwat [menyendiri]
sampai berhari – hari di makam beliau.” Jelas kH. Nur Rohmat. Pengasuh
pesantren Al Istianah. Pati yang juga menjadi bintal Brimob POLWIL Pati.
Setiap 10 Muharram diadakan peringatan haul untuk mengenang
jasa – jasanya menyebarkan agama Islam di Nusantara.Peringatan haul ini adalah
untuk mengenang jasa – jasanya yang di selenggarakan bersama antara
pemerintahan desa dan masyarakat. Tutur Bambang Sugiharto. BA. Kepala Kelurahan
Parenggan.
Diposkan oleh Pesantren AL MUBAROK
http://ziarahdipati.blogspot.com/2011/04/sunan-makhdum.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar