Amah binti Khalid adalah putri Khalid bin Sa’id dengan
isterinya Umainah binti Khalaf bin As’ad bin Amir Al-Khuzaiyah. Mereka termasuk
generasi awal yang beriman kepada Nabi Muhammad saw.
Amah binti
Khalid di lahirkan di Habasyah (Ethiopia), tempat hijrah yang dianjurkan oleh
Rasulullah saw, karena Raja Habasyah tidak pernah menzalimi siapapun. Sedangkan
Rasulullah saw sangat prihatin melihat pada awal munculnya Islam di Mekah,
hanya beberapa orang yang beriman kepada Nabi saw. Mereka mendapat siksaan dan
penganiayaan dari masyarakat Quraisy Mekah dan hidup merekapun penuh
penderitaan. Maka Nabi saw menganjurkan hijrah ke Habasyah, di tempat ini kaum
muslimin bertetangga dengan orang Najasyi yang baik dan ramah.
Ketika itu,
orang mukmin yang hijrah ke Habasyah bisa dihitung di antaranya, yaitu Utsman
bin Affan dan isterinya Ruqayyah binti Rasulullah saw, Khalid bin Sa’id dan
isterinya Umainah (orang tua Amah binti Khalid).
Sewaktu kecil
Amah binti Khalid sangat menikmati kisah tentang Nabi Muhammad saw dari
orang-orang di sekelilingnya. Suatu senja ayahnya Khalid bin Sa’id masuk ke
kamar puterinya itu. Tak di sangka, gadis cilik itu sudah menunggu ayahnya
untuk bercerita tentang kisah-kisah pejuang Islam.
Sang ayah
(Khalid bin Sa’id) lalu bercerita : “ Suatu malam, aku pergi tidur dan
bermimpi. Rasanya, aku berdiri di tepi kobaran api besar. Tiba-tiba ayahku
Sa’id bin Al-Ash, mendorongku ke arah api itu. Ia berniat melemparkan aku ke
dalam api yang sedang berkobar-kobar itu. Aku sangat takut. Aku berteriak
sekeras-kerasnya. Tiba-tiba Muhammad datang. Ia memegang pakaianku dan
menjauhkan aku dari nyala api itu.”
Pagi-pagi benar,
aku bangun dan buru-buru menemui Abu Bakar Shiddiq, karena ia adalah orang yang
paling ahli menafsirkan makna mimpi. Setelah mendengar tentang mimpiku, maka
Abu Bakar berkata : “ Hai Khalid, Allah menghendaki kebaikan bagimu. Sekarang ,
Muhammad berada di dekatmu. Temuilah dia dan ikutilah perkataannya, karena dia
akan menjauhkanmu dari api neraka. Sedang ayahmu Sa’id, akan jatuh ke dalam
kobaran api neraka. Wahai Khalid, selamatkanlah dirimu dengan mengikuti Islam
!.”
Setelah
mendapat nasehat itu, aku segera menemui Muhammad dan bersaksi di depan beliau
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah
utusan Allah. Aku menjadi orang yang beriman, begitu pula dengan ibumu. Dengan
demikian mimpiku terwujud.
Amah binti
Khalid mendengar cerita ayahnya dengan saksama. Pikirannya yang masih polos
menangkap sesuatu yang ganjil dari kisah tersebut, dia bertanya :“Ayah,mengapa
kakek tidak masuk Islam? ”
Khalid bin
Sa’id terdiam, pandangannya merunduk ke bawah. Air mata bening mulai memenuhi
kedua pelupuk matanya. Dipandanginya anak kesayangannya itu, dan berkata : “
Putriku, kakekmu Said bin Al-Ash adalah salah seorang tokoh Quraisy.
Kedudukannya sangat penting. Perkataannya didengar kaumnya. Ia dikenal dengan
nama Abu Uhaihah yang cerdas. Sayang, setan menguasai jalan pikirannya. Ia
berang ketika mendengar bahwa aku masuk Islam. Ia memintaku agar meninggalkan
Muhammad. Tapi, aku menolak keras permintaan kakekmu itu dan tetap memeluk
agama Allah. Karena itu, ia memukuliku.”
Kakekmu
melarang anak-anaknya(saudaraku) yang lain berbicara denganku. Jika salah
seorang di antara mereka melanggar larangannya, tidak diberi makan dan minum.
Kakekmu juga melarang ayah makan dan menetap di rumahnya. Ia berkata : “ Hai
orang hina, pergilah dari rumahku ke manapun engkau inginkan. Demi Lata dan
Uza, aku tidak akan memberimu makan lagi ! ”
Amah binti
Khalid, walaupun masih kecil sudah bisa merasakan penderitaan batin ayahnya.
Namun ia masih penasaran. Sambil mendekap ayahnya, Amah binti Khalid berbisik :
“ Lalu, kapan Ayah masuk Islam ?”
Khalid bin
Sa’id segera mendekap anaknya ke dadanya, dengan lembut ayahnya berkata : “ Aku
termasuk orang-orang yang pertama kali diberi kenikmatan iman. Orang yang masuk
Islam bersamaku adalah pamanmu Amr bin Sa’id. Tetapi pamanmu yang lain Aban bin
Sa’id belum masuk Islam hingga sekarang.”
Amah binti
Khalid mencoba kembali bertanya kepada ayahnya tentang nasib kakeknya : “ Ayah,
bagaimana dengan kakekku? Apakah Allah memberinya petunjuk untuk masuk Islam
ataukah tetap berada dalam kekafiran ?”. Khalid bin Sa’id lalu berkata : “
Putriku sayang, kakekmu tetap berada dalam kekafiran dan kesombongan.”
Setelah
beberapa tahun mengungsi ke Habasyah, Amah binti Khalid bersama orang tuanya
dan sebagian kaum Muhajirin yang lain mengikuti Rasulullah saw, menetap di
Madinah dan mendapat perhatian dan asuhan dari Rasulullah saw. Mereka belajar
Islam secara langsung kepada Rasulullah saw, termasuk Amah binti Khalid
Ketika Amah binti Khalid menginjak dewasa, dia dinikahi
oleh Zubair bin Awwam, sahabat setia Rasulullah saw. Dari pernikahan itu, Amah
binti Khalid mendapat dua anak lelaki, yaitu Umar dan Khalid. Mereka menjadi
anak saleh dan meneruskan perjuangan Rasulullah saw, sehingga Amah binti Khalid
kemudian mendapat nama panggilan “Ummu Khalid”.
Amah binti
Khalid ini menerima kehormatan agung di sisi Rasulullah saw, dan menjadi
shahabiyah (sahabat perempuan) beliau saw. Rasulullah saw juga menghormati
kedua orang tuanya Amah binti Khalid ini.
Salah satu
kisah bagaimana Rasulullah saw dekat dengan Amah binti Khalid, diriwayatkan
Imam Bukhari : “ Beberapa pakaian yang di dalamnya terdapat pakaian
bergaris-garis (dengan sutra atau wol) dibawa Rasulullah saw, Beliau bersabda :
“ Menurut kalian, siapa yang paling layak kita beri pakaian ini ? ”.
Orang-orang diam, kemudian Rasulullah saw bersabda : “ Bawa kemari ummu khalid
(ibu Khalid).”
Tidak berapa
lama, Amah binti Khalid dibawa menghadap Rasulullah saw, kemudian beliau
memakaikan pakaian tersebut kepada Amah binti Khalid, sambil berkata : “
Kenakan pakaian ini hingga lusuh.” Rasulullah bersabda seperti itu hingga dua
kali. Itu artinya, Rasulullah saw mendoakan agar Amah binti Khalid panjang
umur.
Prestasi
paling menonjol yang dicapai Amah binti Khalid adalah menulis Sirah Nabawiyah
(Sejarah Nabi) dengan hadits-hadits yang baik. Ia pun menyimpan banyak hadits
yang didengarnya dari ayahnya ketika berada di Habasyah. Amah binti Khalid
pernah mengatakan : “ Ayahku adalah sahabat yang pertama kali menulis, “Bismillahirramanirrahim.”
Amah binti Khalid termasuk wanita mulia, karena
meriwayatkan tujuh hadits Rasulullah saw, atau disebut ‘Ashhabus-sabah’
Salah satu
hadits yang diriwayatkan oleh Amah binti Khalid
di Habasyah dari ayahnya : “ Pada suatu malam, sebelum Muhammad diutus
Allah menjadi Rasul-Nya, Khalid bin Sa’id tertidur, kemudian berkisah : Aku
lihat, sepertinya Mekah diselimuti kegelapan hingga seseorang tidak dapat
melihat telapak tangannya sendiri. Ketika itu, tiba-tiba ada cahaya keluar dari
Zamzam, kemudian naik ke langit, lalu menyinari Ka”bah dan seluruh Mekah.
Setelah itu, cahaya itu pindah ke Yatsrib (Medinah) dan menyinarinya hingga aku
mampu melihat kurma yang belum matang. Aku bangun, lalu menceritakan mimpiku
kepada saudaraku Amr bin Sa’id, yang memang orang cerdas. Ia berkata : “ Saudaraku,
sesungguhnya urusan itu terjadi di Bani Abdul Muthalib. Tidakkah engkau
lihat bahwa urusan tersebut keluar dari lubang nenek moyang mereka?”
Setelah
Muhammad bin Abdullah menjadi Rasul, ayah Amah menceritakan mimpinya itu kepada
Rasulullah. Rasulullah kemudian bersabda : “ Hai Khalid, demi Allah, akulah
cahaya tersebut. Akulah utusan Allah.”
Amah binti
Khalid adalah salah seorang putri sahabat yang karena keberkahan Rasulullah
saw, berumur panjang. Dia hidup hampir 90 tahun. Tentang hadits mengenai doa
Rasulullah saw (Shollallahu’alaihi was salam) kepada Amah binti Khalid, Imam
Bukhari , berkata : “ Tidaklah ada wanita yang hidup lebih lama seperti dia.”
http://anangkatut.blogspot.com/2013/10/wanita-mulia-yang-didoakan-panjang-umur.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar