Direktur
Pusat Studi Ilmu-ilmu
Keislaman
Internasional, Cianjur.
Paduan Ilmu
dan Kekayaan
Siang itu,
Jum’at (30/09), suasana Puncak, Kabupaten Bogor, sangat cerah. Jalanan cukup
lengang, tidak ada kemacetan berarti seperti yang biasa terjadi di akhir pekan.
Hamparan hijau kebun teh sepanjang jalan yang kami lewati menambah suasana teduh. Hari itu, kami akan
menemui seorang ulama besar dari Syiria yang mendirikan pesantren mahasiswa di
Cipanas, Cianjur Jawa Barat.
Sebelum
sampai di tempat yang dituju, kami mampir di Masjid Al-Ihsan, Ciloto, Cipanas.
Meski berstatus sebagai musafir, kami memutuskan untuk tetap menunaikan sholat
Jum’at.
Di balik
gerbang kampus yang sangat asri itu, nampak seseorang mengenakan jubah berwarna
krem dan coklat, sepertinya sedang mengawasi beberapa tukang yang melakukan
perbaikan bangunan. Melihat tamu datang, orang tesebut nampak tersenyum ramah.
Itulah sosok Prof Dr, Syekh Muhammad Hassan Hitou.
Romongan
kami dibagi dua. Saya dan Pak Pujo Kusharyadi (Dir. Marketing) diterima di
kantor kampus. Sedangkan rombongan Ibu Ratna Handini (Komisaris MU) diterima
oleh istri Syekh Hassan di rumahnya didampingi kedua putri beliau dan beberapa
ustadzah.
Ruang tamu
di kantor kampus tempat kami wawancara letaknya menghadap ke perbukitan.
Suasana alami begitu terasa. Saat menemui kami, Syekh Hassan mengajak empat
orang ustadz. Satu dari Indonesia, Ustadz Abdurrahman Naim, Sekretaris
Pesantren dan tiga orang ustadz dari Damaskus, Syiria, yaitu Ustadz Sadi Arbas,
Ustadz Mahir Sholuha dan Ustadz Anas Sarfawi.
Kagum dengan
Indonesia
Berikut
ringkasan wawancara Fahrurozi, Pimpinan Redaksi Media Ummat (MU) bersama Syekh
Muhammad Hassan Hitou (SH):
MU: Kapan
pertama kali Syekh berkunjung ke Indonesia..?.
SH: Saya
pertama kali ke Indonesia sudah 15 tahun yang lalu, ya mungkin sudah 18 tahun
yang lalu. Saya memiliki banyak teman di Indonesia sewaktu kami sama-sama
belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
MU: Faktor apa
yang mendorong tuan untuk mendirikan lembaga pendidikan dan dakwah di
Indonesia?
SH: Pertama,
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kedua,
Karakteristik orang-orang Indonesia sangat baik, mereka ramah, lembut dan
terbuka. Ketiga, ummat Islam Indonesia harus benar-benar memahami agamanya
sesuai syariat tanpa harus belajar ke luar negeri.
MU:
Bagaimana pendapat tuan tentang pondok-pondok yang ada di Indonesia, baik
pesantren salaf maupun modern..?.
SH: Semua
pesantren yang mengajarkan syariat Islam sesuai dengan paham ahlussunnah wal
jamaah, kalau ajarannya tidak menyimpang dan benar-benar mengajak ummat kepada
agama Allah dengan dakwah maupun pendidikan, maka kami sangat mendukung.
Semuanya baik dan kami siap bekerjasama dengan semuanya. Kecuali kalau ada
pesantren atau ajaran yang ingin menghancurkan tradisi keislaman Indonesia maka
itu tidak dibenarkan. Kami tidak pernah punya maksud untuk menghilangkan
tradisi atau budaya ummat Islam yang telah berlaku di Indonesia.
MU: Sudah
berapa lembaga pendidikan yang tuan dirikan di Indonesia selain yang ada di
Cianjur ini?
SH: saat ini
sudah ada beberapa lembaga yang kami dirikan, di Sumatera, di Pinang Tua ada
dua, di Pandeglang Banten. Di Cianjur ini, selain Kampus ini juga ada tiga pesantren.
Mahad Al-Budr, Mahad Al-Barokah dan mahad Al-Yumn. Rencananya kami ingin
mendirikan 100 pesantren atau lembaga pendidikan, baik mahad maupun jamiah
(perkuliahan). Saya adalah pengajar (muallim) saya hanya ingin mengajarkan ilmu
agama dan juga bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
MU: Tentu
dalam melaksanakan program-program tersebut dibutuhkan biaya, kira-kira dari
mana sumber pembiayaannya..?
SH: Sumber
dananya dari saya pribadi serta murid-murid saya yang ada di Kuwait. Kami tidak
meminta bantuan pemerintah apalagi partai politik. Ini adalah bentuk perjuangan
atau jihad kami dengan harta atau diri kami untuk memajukan agama kami. Namun,
kalau ada yang mau ikut membantu dana, maka kami siap menerimanya asalkan tidak
disertai persyaratan macam-macam. Tapi murni membantu karena Allah.
MU:
Bagaimana pendapat tuan tentang kebiasaan ummat Islam Indonesia yang senang
menggelar majelis maulid, majelis dzikir dan majelis haul?.
SH:
Majelis-majelis maulid dan dzikir tentu sangat baik dan itu sudah menjadi
tradisi di berbagai negara, kamipun sudah terbiasa. Demikian juga, majelis haul
selama diisi dengan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, dzikir, pengajian dan
berbagai hal-hal yang baik, kami rasa itu tidak ada masalah.
MU:
Bagaimana tanggapan tuan dengan gerakan terorisme yang akhir-akhir ini muncul
termasuk di Indonesia.?
SH: Gerakan
terorisme bukanlah ajaran Islam, itu tidak ada kaitannya dengan syariat Islam.
Itu adalah gerakan-gerakan perorangan atau kelompok tertentu yang tidak bisa
diatas namakan Islam. Kami melalui Pusat tudi Keilmuan Islam Internasional di
Jerman juga sudah menolak adanya gerakan-gerakan tersebut. Kita ingin
mengajarkan pendidikan Islam yang benar dan akhlak yang baik serta dakwah yang
santun. (Fahrurozi/MU)
Seperti
Keluarga Sendiri
Bagi alumnus
Al-Azhar dari Indonesia di era 70an, nama Syekh Muhammad Hassan Hitou tentu
tidak asing lagi.Maklum, ketika belajar di Al- Azhar, Syekh Hassan sudah
menjalin hubungan erat dengan mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Thailand,
Filipina dan Kamboja. Walaupun status beliau masih sebagai mahasiswa, namun,
beliau telah mencoba memberikan bantuan, baik bimbingan maupun dana kepada
saudara-saudaranya dari negara-negara tersebut .
Karena
memiliki begitu banyak kawan dari Indonesia ketika kuliah di Al-Azhar, maka
saat beliau datang ke Indonesia sekitar tahun 1980-an, Syekh Hassan sama sekali
tidak merasa sebagai orang asing. Bahkan sebaliknya, beliau seperti sedang
berada di tengah keluarga dan saudara sendiri. Kemanapun pergi, beliau
mendapatkan sambutan hangat dari berbagai lapisan masyarakat.
Syekh Hassan
juga telah bertemu dengan beberapa mentri dan pejabat lainnya. Beliau menjelaskan
aktivitasnya di Indonesia. Dengan tujuan agar masyarakat Indonesia mengetahui
bahwa semua aktivitas beliau dilakukan secara transparan dan terbuka, sehingga
tidak ada perasaan apapun atau kecurigaan terhadap kegiatan beliau.
Sangat
Produktif
Syekh Hassan
Hitou lahir pada 10 Oktober 1843 di Damaskus. Beliau menyandang gelar PhD dari
Universitar Al-Azhar Kairo Mesir (1973). Spesialisasinya adalah fiqh dan usul
fiqh. Namun spesialisasi khususnya adalah ushul fiqh. Beliau kuliah di Fakultas
Syariah. Tesisnya berjudul Imam As-Syairazi-Kehidupan dan asal-usulnya-
Pemahaman tentang Usul Fiqh.
Kedalaman
ilmunya membuat beliau diminta untuk mengajar di berbagai universitas. Beliau
adalah dosen di beberapa Universitas di Kuwait dan Jerman, seperti Fakultas
Syari’ah Universitas Kuwait (1981-1995), Fakultas Hukum Universitas Kuwait
(1979-1981), Fakultas Pendidikan Dasar Universitas Muhammad Bin Saud
(1975-1979).Dan Sekarang beliau bertugas sebagai direktur Pusat Ilmu-ilmu Keislaman
Internasional di Jerman yang saat ini
telah dibuka cabangnya di Cianjur, Jawa Barat
Sebagai
ilmuwan, Syekh Hassan Hitou telah menghasilkan banyak karya ilmiah. Diantara
karyanya adalah:
Al Wajiz Fi
Ushul Tasyri
Ringkasan
Dasar Penentuan Hukum
Kesimpulan
tentang Ushul Fiqh
Pembuka
Tabir tentang Sunnah Doa Qunut pada Shalat Shubuh
Imam Abu
Ishaq As Syairazi (Riwayat hidup dan asal usulnya)
Pemahaman
Tentang Ushul Fiqh
Al Mankhul
dari Komentar Ushul
Langkah Awal
untuk Mengeluarkan Penilaian Dari Dasar Hukum
Al-Qowati
dalam Ushul Fiqh
Ushul Fiqh
dan Ketentuannya
Ijtihad dan
Jenis Penggali Hukum
Tingkatan
Penggali Hukum
Pengikut
Imam syafi’i
Fiqih Puasa
Larangan
tentang Hukum Menyusui
Mujizat Al
Qur’an
Mereka yang
Mengaku Sebagai ahli Fiqh
Akal dan
Alam Ghoib
Agama dan
Ilmu Pengetahuan
Sistem dalam
Sejarah Definis Hadits
Sistem Para
Perawi Hadits Dalam Kitab al Muwatho
Dalam
Perjalanan dakwah
Kepedihan
dan Harapan
Ensiklopedi
Fiqih Imam Syafi’i dan perbandingan
Selain
menulis kitab, beliau juga aktif dalam syiar Islam melalui radio, antara lain,
tentang ushul fiqh Islam (disiarkan oleh Radio Kuwait dalam 153 seri) Mu’jizat
al-Qur’an (83 seri), hukum puasa (30 seri), agama ilmu pengetahuan dan
kehidupan (30 seri).
http://mediaummat.co.id/prof-dr-syekh-muhammad-hassan-hitou/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar