Dapatkan Derajat Dengan Adab
Acara peringatan maulid Nabi dan Haul, Manaqib Syeikh Abdul
Qadir Al-Jailani, yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Miftahul Huda, Gading
bekerjasama de ngan Jamâiyyah Ahlit Thoriqoh An-Nahdhiyyah Kota Malang pada
hari Ahad, 18 Maret 2012 yang lalu terasa istimewa.Pasalnya, tanpa direncanakan
dan diduga, acara tesebut dihadiri Habib Ali bin Syekh Abubakar dari Tarim
Hadhromaut. Habib Ali bin Syekh Abubakar diajak Habib Jamal bin Toha Baagil,
alumni Pesantren Darul Musthofa, yang diasuh Habib Umar bin Hafidz.
Habib Ali bin Syekh Abubakar memang sedang melaksanakan
safari dakwah di Jawa Timur selama tiga hari. Pertama, Beliau menghadiri haul
Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsy, Surabaya. Selanjutnya mengikuti pertemuan
(Multaqo) Majelis Muwasholah Bainal Ulama di Pondok Besuk, Pasuruan dan
mengikuti pengajian rutin di Pesantren Kyai Chumaidi, Pasuruan. Habib Ali
kemudian bersilaturahim ke Pesantren Anwaruttaufiq, Batu asuhan Habib Jamal
Baagil. Selama di Malang, beliau menyampaikan taushiyah di beberapa tempat.
Pertama di Pondok Gading, dalam acara Maulid Nabi dan haul serta Manaqib Syekh Abdul
Qadir Al-Jilani.Kemudian di majelis maulid dan haul Habib Alwi bin Salim
Al-Aydrus, di PP. Daruta’lim Waddawah, Bumiayu Kedungkandang. Pada Selasa pagi
Beliau juga mengisi pengajian di Majelis Dzikir Basaudan, Jagalan Asem pimpinan
Habib Baqir Mauladdawilah. Habib Ali bin Syekh Abubakar juga direncanakan akan
menghadiri Multaqo Ulama Internasional ke-6 yang digalang oleh Majelis
Muwasholah Bainal Ulama (Asosiasi Ulama Internasional) yang insyaallah akan
digelar di Pondok Pesantren Lirboyo pada 27 – 30 April 2012 mendatang.
TAUSYIAH
Berikut ini rangkuman ceramah Habib Ali bin Syekh Abubakar
di Pondok Gading yang langsung diterjemahkan oleh Habib Jamal bin Toha Baagil.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaro katuh. Segala puji
bagi Allah yang dengan nikmat-nikmat-Nya sempurnalah amal-amal sholeh. Semoga
rahmat dan keselamatan senantiasa diberikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya.
Sungguh suatu kenikmatan kita berkumpul pada hari ini. Allah
telah memberikan kepada kita banyak kenikmatan. Misalnya nikmat bisa melihat.
Sudahkah kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah itu. Mari kita syukuri nikmat
Allah sebelum nikmat-nikmat itu dicabut.
Dan diantara nikmat yang termahal adalah nikmat bisa
mengenal Allah, mengenal agama Allah. Siapakah yang telah mengenalkan kita
kepada Allah, kepada agama Allah kalau bukan Nabi Muhammad SAW. Siapa yang
telah menjadikan kita ummat Nabi Muhammad SAW. Allah yang telah memilih kita
sebagai ummat Beliau. Bisa jadi kita menjadi ummat Nabi Nuh, ummat Nabi Ibrahim
atau Firaun. Kita dijadikan ummat terbaik, karena Nabi kita adalah nabi yang
terbaik. Paling afdholnya para nabi. Cintailah Nabi ini, buatlah hubu ngan
dengan Nabi ini, berakhlakah dengan akhlak Nabi ini dan bersholawatlah kepada
Nabi ini.
Siapa yang mencintai nabi dan dijadikan penuntunnya, maka
akan bahagia dunia akhirat. Memikirkan dan menghayalkan Nabi ibadah, memandang
Nabi ibadah, menyerupai Nabi dan mengikuti adab Nabi ibadah, baik dalam
berpakaian, makanan, tidur maupun jalannya Nabi.
Kita makan, kita duduk dengan anak-anak bahkan kita
berhubungan dengan istri kalau dengan adab Nabi maka bernilai ibadah.
Inilah akhlak para auliya dan orang-orang sholeh dan adab
mereka. Yang punya keterikatan dengan Nabi Muhammad SAW dan mengikuti adab-adab
Beliau. Dikisahkan, suatu saat Syekh Abdul Qadir al-Jailani ketika menuntut
ilmu di Baghdad, beliau diajak dua orang temannya untuk menemui seorang
waliyullah.
Berjalanlah ketiga orang tersebut bersama-sama. Di tengah
perjalanan, salah satu temannya berkata, Aku akan menanyai syekh itu dengan
sebuah pertanyaan. Aku ingin tahu apakah dia bisa menjawab atau tidak. Seorang lagi berkata, Aku akan bertanya kepadanya, tapi dengan
melihat dulu jawaban syekh untuk pertanyaan kamu. Sedangkan kamu wahai Abdul
Qadir apa yang kamu tanyakan, tanya mereka. Syekh Abdul Qadir menjawab,
Aku hanya ingin berjumpa dan memandang wajahnya orang alim itu dan dipandang
oleh wali itu
Ketika telah sampai kepada sang wali, tanpa diduga sang wali
sudah mengetahui rencana mereka. Kepada orang yang pertama, Beliau berkata, Kamu
ingin mengetes ilmuku. Agar ketika aku tidak bisa menjawab kamu akan
mengumumkan kepada orang-orang bahwa aku tidak mampu menjawabnya. Pertanyaan mu
ini, dan jawabannya adalah ini. Aku melihat cahaya kekafiran akan datang
kepadamu. Dan kepada yang kedua, Kamu yang ingin
bertanya tapi ingin melihat dulu jawabanku pada saudaramu ini. Pertanyaanmu ini
dan jawabannya adalah ini. Kamu berhati-hati karena akan terbuai dunia.
Wahai Abdul Qadir, Ahlan wasahlan, kamu ingin berziarah
kepadaku dan memandang wajahku, aku akan memandangmu nanti di kursi kota
Baghdad. Kamu akan berada di atas pundak para wali.
Coba lihat orang beradab. Memandang wajah para wali
mencerahkan hati. Pandangan para wali menghidupkan hati yang mati. Pandangan
para wali menyembuhkan penyakit hati. Mendekatkan kepada Allah.
Nabi Bersabda,Orang yang memandangku di surga, orang yang
memandang orang yang memandangku di surga , Apa kemuliaan para sahabat. Dengan ilmu dan
adab. Tidak, dengan iman dan melihat nabi. Paling tingginya para wali,
tidak sampai pada derajat seorang sahabat. Karena mereka dipandang oleh
Rasulullah SAW.
Subhanallah. Berkat adabnya, Syekh Abdul Qadir mendapatkan
derajat yang begitu tinggi. Inilah adabnya orang alim kepada para wali. Beliau
menjadi imamnya para wali dari masyriq dan maghrib. Setiap hari maqamnya
diangkat oleh Allah, karena beliau punya hubungan dengan Nabi dan senantiasa
menjaga adab-adab Nabi.
Kita harus mengikat hubungan dengan Nabi SAW. Kita harus
punya sanad ilmu yang sambung kepada Beliau. Dari mana kita mengambil ilmu,
dari mana kita mengambil sanad dzikir. Dari mana kita mengambil sanad Al-Qur’an.
Nabi berdakwah dengan izin Allah. Maka kita kalau ingin
berdakwah harus mendaptkan izin dari guru. Punyakah kita sanad yang bersambung
kepada Nabi atau justru sanadnya bersambung kepada setan. Kalau kita tidak
punya sanad, atau hanya mengikuti hawa nafsu, mengikuti setan maka dakwah kita
tidak akan sampai.
Jangan kira taktik syetan itu lemah.Namun, taktik syetan itu
akan lemah bagi orang mukmin yang kuat. Kuat iman dan ilmunya. Bagaimana setan
berusaha menipu Syekh Abdul Qadir. Suatu sat setan mendatangi Syekh Abdul Qadir
yang sedang bermunajat dalam bentuk cahaya. Dia berkata, Wahai Abdul Qadir,
kamu sudah mencapai maqam tinggi, mulai hari ini aku halalkan untuk apa-apa
yang selama ini diharamkan. Syekh Abdul
Qadir karena kekuatan iman dan keluhuran ilmunya, Beliau tidak bisa
tertipu. Karena beliau yakin, tidak mungkin Allah memerintahkan perkara yang
haram. Enyahlah kamu wahai syetan yang terkutuk, kata
Beliau. Maka sirnalah cahaya itu. Kemudian setan berkata, Sungguh aku telah
menyesatkan 70 orang wali de ngan caraku ini.
Nabi Muhammad SAW adalah hamba paling mulia, namun beliau
tetap beribadah. Beliau bahkan orang yang paling takut pada Allah, orang yang
paling banyak ibadahnya kepada Allah, orang yang paling bertaqwa kepada Allah,
maka kalau ada wali yang tidak mau ibadah, itu adalah walinya syetan.
Barangsiapa yang tidak punya guru, maka gurunya adalah setan.
Mari beradab dengan adab nabi dan orang sholeh. Kita
makmurkan hati dan rumah kita seperti orang sholeh memakmurkan rumah mereka.
Kita didik anak-anak kita seperti orang-orang sholeh
mendidik anak-anak mereka. Apakah kita sudah memperkenalkan Nabi di tengah-tengah
anak-anak kita. Anak-anak akan terpengaruh de ngan apa yang dia dengar dan
saksikan. Kalau banyak hal baik yang mereka serap, maka akan baiklah mereka.
Tapi kalau yang mereka lihat dan dengar perkara-perkara buruk, maka merekapun
akan menjadi buruk.
Mari kita makmurkan rumah kita dengan bacaan al-Qur’an.
Rumah yang dibacakan al-Qur’an dan diisi dengan sholat-sholat sunnah akan
menjadi pemandangan bagi penduduk langit. Kita jadikan rumah kita sebagai
pemandangan yang dipandang penduduk langit, seperti kita memandang ke langit karena melihat bintang-bintang yang
bercahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar