Pada suatu hari seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW,
dengan wajah pucat dan pakaian compang-camping ia ingin meminta sesuatu.
Rasulullah SAW
menerimanya dengan baik, dan menjawab : “Ya, ada sehelai kain. Sebagian aku
pakai, sebagian lagi kami bentangkan untuk duduk. Juga ada bejana untuk minum.”
Kemudian
Rasulullah meminta seorang sahabat membawakan kain dan bejana tersebut. Dengan
bergegas, salah seorang sahabat beranjak dari tempat duduknya lalu mengambilkan
barang-barang yang dimaksud untuk dibawa ke hadapan Rasulullah. “Aku telah
membeli kain dan bejana ini seharga satu dirham” : sabda beliau.
Lalu Rasulullah
SAW menawarkannya kepada para sahabat, dan bersabda : “Adakah para sahabat yang
akan membelinya ? Barangkali ada yang akan menambah harganya satu dirham lagi
?.”
Setelah
berkali-kali Rasulullah menawarkan kepada para sahabat, akhirnya salah seorang
sahabat membelinya. “Saya ambil barang-barang itu seharga dua dirham seperti
tawaran Tuan, ya Rasulullah” : katanya.
Rasulullah lalu
memberikan kain dan bejana itu sembari menerima uang dua dirham. Segera setelah
itu Beliau SAW menyerahkan uang dua dirham tersebut kepada tamunya, yaitu
pengemis tadi. Seraya menasehatinya : “Gunakan satu dirham untuk membeli
makanan keluargamu, sedangkan satu dirham lagi untuk membeli sebuah kapak.
Setelah itu bawalah kapak itu kepadaku.”
Sebelum pulang
ke rumah, pengemis itu membeli makanan secukupnya dan sebuah kapak (dari besi
tanpa hulu / tangkai untuk memegangnya). Kemudian setelah mengantar makanan dan
minuman kepada keluarganya di rumah yang memang tengah kelaparan.
Ia kemudian
membungkus kapak (tanpa hulu) itu dan membawanya menghadap Rasulullah SAW. Saat
itu Rasulullah masih duduk di majelis, dikelilingi para sahabat yang menyimak
penjelasan beliau tentang agama.
“Sudahkah engkau
laksanakan perintahku ?” : tanya Rasulullah kepada pengemis yang tampak
malu-malu berdiri di depan pintu. “Sudah, ya Rasulullah,” : jawab pengemis itu.
“Masuklah kemari,
bawa kapak yang telah engkau beli itu,” : ujar Rasulullah. Lalu pengemis itu
berjalan mendekat, duduk di depan beliau, dan mengeluarkan kapak (tanpa hulu)
dari kantung kulit, lalu menyerahkannya kepada Rasulullah SAW.
Hari itu
Rasulullah SAW tampak gembira melihat pengemis itu telah melaksanakan perintah Beliau dengan taat. Sambil memegang
kapak tersebut, beliau beranjak ke pojok ruangan mengambil sepotong kayu.
Dengan sangat
cekatan tangan Nabi yang suci memasang sepotong kayu itu pada kapak sebagai
hulu / tangkainya. Maka siaplah sudah kapak itu untuk di gunakan. Masya Allah
SWT...!!!
Kemudian
Rasulullah SAW bersabda pada pengemis itu : “Pergilah ke gurun, tebanglah kayu,
kemudian jual kayu bakar itu ke pasar. Dan kemarilah 15 hari lagi.”
Dengan patuh pengemis itu menuruti perintah, lalu pamit
pulang kepada Rasulullah SAW dan para sahabat yang hadir.
Sesampainya di
rumah pengemis tadi mempersiapkan perbekalan makanan dan minuman secukupnya
untuk di bawa ke gurun. Dengan penuh semangat, iapun segera berangkat ke gurun,
kemudian satu persatu ranting-ranting pohon yang telah kering ia potong dan
kumpulkan.
Setelah
terkumpul cukup banyak, ia menjualnya ke pasar, lalu membawa hasil penjualan
itu ke rumah.
Setelah 15 hari
mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar, ia kembali menghadap Rasulullah
SAW, dengan membawa uang 10 dirham hasil dagang kayunya.
Rasulullah SAW
Nabi yang mulia ini, kemudian menasehatinya,: “Gunakan sebagian uang penghasilanmu
itu untuk membiayai keluargamu. Belikan mereka makanan, minuman dan pakaian.
Itu lebih baik daripada kamu meminta-minta. Sebab, di hari kiamat kelak Allah
SWT akan memberikan tanda di wajah para pengemis.”
“Dan sesungguhnya mengemis tidak layak, kecuali bagi orang
yang sangat miskin dan hina dina, atau mereka yang terbelit utang, atau mereka
yang harus membayar diyat atau denda yang sangat besar karena membunuh.”
Dari riwayat
tersebut diatas banyak sekali hikmah yang dapat dipetik di antaranya, bagaimana
sikap Nabi SAW sebagai seorang pemimpin yang di taati dengan menggunakan tangan
suci beliau sendiri untuk membuatkan hulu / tangkai kapak untuk pengemis.
Beliau tidak menyuruh sahabatnya untuk membuatkannya, sungguh begitu tawadhu
sikap Rasulullah SAW yang memiliki akhlak mulia ini.
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai hamba yang mempunyai
pekerjaan. Barang siapa bersusah payah mencari rezeki untuk mereka yang menjadi
tanggung jawabnya, ia ibarat seorang mujahid di jalan Allah, Yang Maha Mulia.”
[HR. Ahmad]
*******
Sumber :
-Dikisahkan kembali dari sebuah hadits shahih riwayat Ibnu
Majah
http://anangkatut.blogspot.com/2013/10/tangan-suci-rasulullah-yang-mulia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar