(Pengasuh
Majelis Ta’lim Shiraathal Mustaqiim)
Beliau
dilahirkan di kota Makassar, pada tanggal 29 Januari 1978. Beliau adalah
pimpinan Yayasan Majelis Ilmu Do’a, Dzikir,Ruqiah & Ta’lim ‘Shiraathal
Mustaqiim’. Beliau merupakan anak ke-tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan
Al-Habib Muhammad Bin Abubakar Al-Hamid dan Syarifah Aminah Binti Kasim
Al-Mahdaly. Sewaktu pertama kali beliau membuka majelis Ilmu Do’a & Dzikir
‘Shiraathal Mustaqiim’ di Makassar, jumlah jama’ahnya yang hadir berdzikir
dirumhnya hanya sekitar dua sampai enam orang. Dengan semangat beliau terus
berdakwah dengan istiqomah, beliau meyebarkan kelembutan, yang membuat hati
para pendengarnya menjadi sejuk dan damai.
Beliau
selalu mengajarkan tujuan utama kita diciptakan adalah untuk beribadah kepada
Allah Swt, bukan berarti kita harus duduk berdzikir sehari penuh tanpa bekerja,
tapi justru mewarnai semua gerak gerik kita dengan kehidupan yang hablun
minallah dan hablun minannas. Tak jarang beliau juga mendapatkan cemoohan dan
Fitnahan dari orang-orang Sekitar. Kini majelis ilmu yang diasuhnya setiap hari
minggu malam di rumhnya, di jalan Andi Tonro Raya No.89 yang dulu hanya
dihadiri dua sampai enam orang itu, sudah berjumlah ratusan jamaah yang hadir setiap
hari minggu malam di rumahnya. Habib Hamid sudah membuka puluhan cabang Majelis
Ta’lim Shiraathal Mustaqiim di Makassar dan sekitarnya.
Nama
“Shiraathal Mustaqiim” sengaja digunakan untuk nama majelisnya agar apa-apa
yang dicita-citakan oleh majelis ilmu ini tercapai dengan perjuangan yang
lurus. Sebab beliau hanya berharap, kepada semua Muridnya/Jama’ahnya yang hadir
untuk berdzikir bisa meniru dan mencontoh Rasulullah Saw dan menjadikannya
sebagai panutan hidup di dunia sampai akhirat.
Habib Hamid
juga rutin setiap tahun melakukan tabligh akbar dan pengobatan gratis melalui
do’a, dzikir & ruqiah di berbagai tempat yang sering dihadiri oleh ribuan
Jamaah. Dakwah beliau sangat menjunjung tinggi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. Beliau mengajak para pemuda pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil
untuk berdzikir dan bersholawat kepada nabi.
Habib Hamid
orangnya sangat merakyat. Banyak dari kalangan mengenal beliau seorang Habaib
yang begitu arif, sederhana dan merakyat dalam menyampaikan dakwah dan syi’ar
islamnya melalui do’a & dzikir. Ia tidak pernah memilah-milih
pengundangnya, sekalipun yang mengundang adalah masyarakat kecil yang ada di
pelosok kampung.
Habib Hamid
adalah figur yang akrab dengan akhlaqul karimah. Apabila beliau bertemu dengan
muslim atau non muslim, beliau senantiasa menebar salam lebih dahulu. Dengan
siapapun beliau selalu berkomunikasi dengan tutur kata yang halus dan sopan,
bahkan sering kali tutur katanya membuat hati yang mendengarkan menjadi tenang.
Sikap yang lemah lembut dan rendah hati kepada semua muridnya senantiasa
menghiasi hari-harinya. Tidak berlebihan jika beliau disebut sebagai bapak anak
yatim, kasih sayang dan kepedulian kepada mereka sangat kental dengan kehidupan
pribadi Habib Hamid.
Keluhuran
akhlaq dan keluasan ilmunya melalui do’a & dzikir mampu melunakkan hati
semua orang yang hadir berdzikir. Suatu saat ada seorang non-muslim bertandang
di kediaman beliau guna mendiskusikan ajaran agama islam. Dengan ramah dan
senang hati, Habib Hamid menemuinya dan mengajaknya berkomunikasi dengan tutur
kata dan akhlaq yang luhur. Mendengarkan penjelasan dan petuah-petuahnya, orang
tersebut tercengang dan terkesima. Seketika ia memantapkan hatinya menyatakan
diri untuk memeluk agama islam.
Dalam urusan
mengajar dan berdakwah, Habib Hamid senantiasa berada di barisan terdepan.
Sakit, hujan, ataupun sedikitnya jama’ah yang hadir dalam Majelis Ilmu beliau,
itu semuanya tak mengurangi sedikitpun semangat bahkan keikhlasannya dalam
mengajar dan berdakwah. Suatu ketika Habib Hamid memimpin do’a dan dzikir di
salah satu cabang rantin yang sudah dibuatnya. Dalam perjalanan menuju ke
tempat acara tersebut hujan turun sangat lebat. Melihat kondisi demikian, salah
seorang murid beliau yang menyertainya ketika itu mengusulkan agar majelis
tersebut ditunda. Namun tidak demikian dengan Habib Hamid, Karena beban dan
tanggung jawab sebagai pengemban risalah nabawiyah, beliau tetap konsisten.
Ironisnya, ketika sampai di tempat, ternyata yang hadir saat itu hanya
segelintir manusia. Meskipun demikian, beliau tak patah semangat untuk
berdakwah. Bagi Habib Hamid, apalah artinya sebuah semangat jika tanpa disertai
keikhlasan.
Mau dibilang
setiap hari beliau diundang di berbagai jenis acara do’a & dzikir di
wilayah Makassar dan sekitarnya. Beliau berangkat tidak dijemput dengan mobil
mewah layaknya para muballigh lainnya. Namun, dengan landasan ikhlas yang
tinggi dan ditopang semangat juang yang gigih, beliau berangkat ke salah satu
wilayah hanya dengan mengendarai sepada motor, demi misi syiar islam.
Kesederhanaan
memang tersirat dalam diri Habib Hamid. Memang untuk urusan mengajar, beliau
bukan tipe Habaib yang perhitungan. Di mana dan kapanpun selagi tidak ada udzur
syar’i. Siapapun orangnya yang meminta sampai harus naik apa, beliau bersedia
untuk hadir. Tidak jarang beliau diundang oleh orang miskin, dari pelosok desa
yang berada di wilayah Makassar dan sekitarnya yang penuh rintangan, melalui
sepeda motornya ditemani dengan rombongan jama’ahnya. Hampir setiap pagi &
sore beliau mendapatkan undangan terutama hari senin sampai hari sabtu dan
beliau memberikan pengajian di masjid, Majelis Ta’lim sampai pengajian dari
rumah ke rumah.
Da’wah Habib
Hamid sudah melegenda ke segenap lapisan masyarakat khususnya di wilayah
Makassar dan sekitatnya. Mereka mengenal sosok beliau sebagai Habaib’ yang
memiliki kepribadian yang santun dan bersahaja. Maka tak heran jika beliau
memiliki pengaruh kuat yang membuahkan hasil perubahan dan peningkatan.
Keberaniannya dalam menyatakan yang Haq itu Haq dan yang bathil itu bathil
mampu menembus dinding baja ruang kerja para pejabat pemerintah.
Demi misi
dakwah, beliau sanggup merelakan segalanya. Dalam hidupnya beliau tidak ingin
merepotkan siapapun. Hampir disetiap minggu malam, dalam pengajian yang beliau
gelar di kediamannya, Habib Hamid menjamu para jama’ah dan semua santrinya
dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Belum lagi ketika beliau mengadakan
pengajian secara mendadak, maka beliau tidak segan-segan untuk merogoh koceknya
sendiri demi langgengnya dakwah islamiyah.
Begitu ramah
dan supelnya beliau, sehingga tukang becak atau pengemis sekalipun tidak merasa
sungkan untuk datang bertamu dan konsultasi kepada beliau. Lebih heran lagi,
Habib Hamid tidak pernah membeda-bedakan tamunya, Ini pejabat, ini tukang becak
dihadapan beliau semuanya sama. Beliau menghormati semua tamunya dari pejabat
hingga tukang becak dengan pelayanan yang sama. Sebagai tuan rumah, beliau
tidak segan-segan mengeluarkan sendiri hidangan untuk tamu tamunya yang datang.
Tak heran
jika kelak Habib Hamid menjadi Ulama’ besar yang syarat dengan Kharisma.
Sejak kecil
beliau telah menunjukan kecintaan dan kepeduliannya terhadap Ilmu. Menuntut
Ilmu beliau geluti tanpa mengenal rasa lelah. “Tiada hari tanpa belajar”,
Demikianlah mungkin Motto beliau semasa muda. Kapan dan dimanapun beliau
senantiasa selalu belajar & mengajar. Begitu penting kedudukan ilmu agama
di mata beliau.
Tujuan
dakwah beliau yaitu: mengikuti kakek moyang beliau sampai ke junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. Majelis yang dipimpinnya adalah wadah yang berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt, menghidupkan ajaran dan sunnah Rasulullah
SAW, mengamalkan ilmunya para Ulama dan Yayasan Majelis Ilmu Do’a & Dzikir
‘Shiraathal-Mustaqiim’ tidak menjalankan politik praktis.
Inilah
susunan silsilah nasab beliau:
Alfaqir
ilaAllah Al-Habib Hamid al-Hamid Bin Muhammad Bin Abu Bakar Bin Muhsin Bin
Ahmad Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Umar Bin Ahmad Bin Agil Bin Muthahar Bin Hamid
Bin As Syeikh Abu Bakar Bin Salim Bin Abdullah Bin Abdurrahman Bin Abdullah Bin
Abdurrahman Assegaf Bin Muhammad Mauladdawilah Bin Alwi Bin Muhammad Al Faqih
Al Muqaddam Bin Ali Bin Muhammad Shohib
Mirbath Bin Ali Khali Qasam Bin Alwi Bin Muhammad Bin Alwi Alawiyyin Bin Ali Al
Uraidhi Bin Ja’far Shodiq Bin Muhammad Al Bagir Bin Ali Zainal Abidin Bin Al
Imam Husein RA. Bin Al Imam Ali Karomallahu wajhah dan Sayyidah Fathimah
Azzahro Binti Rosulullah Muhammad Shollallahu ‘Alayhi wasallam.
27 keturunan?
BalasHapuskami dh yg 38..
kalau 27 itu moyang kpd moyang dan datuknya moyang itu..