Oleh: Al-Ustadz Muhammad Jamhur bin Muhammad Indra
Adapun Waliyullah Maulana Syaikh Muhammad Indra bin Abdullah
itu beliau berasal dari Hulu Sungai Utara, Sungai Banar, tepatnya di Sungai
Baru. Lahir pada tahun 1905. Bapaknya bernama Abdullah dan ibunya bernama Jahra
yang digelari Nyai Ilum. Yang berasal dari Amuntai dan sebelah dari Martapura
Kabupaten Banjar.
Adapun usaha beliau selagi mudanya adalah bertani dan
bertukang jam. Untuk cari nafkah. Sebelum ia menjalani jalan thariqah. Beliau
ini pernah memiliki bermacam-macam thariqah. Thariqah yang diajarkannya adalah
thariqah syadzaliyah, dan menuntut ilmu agama di Amuntai dengan Syaikh Maulana
Ahmad bin Abdul Qadir selama 29 tahun.
Kemudian lalu berhijrah ke Anjir yaitu sekitar tahun 1940
lalu meneruskan ilmunya dengan Syaikh Muqti Jamaludin Al Banjari di
Banjarmasin. Selain dari itu masih banyak guru-guru beliau yang tidak
disebutkan di risalah ini.
Beliau itu adalah memiliki tiga orang istri. Istri yang
pertama berasal dari Marabahan bernama Khamsah binti Dullah dan selama 54 tahun
berkumpul ia memperoleh anak sebanyak 13 orang. Wafat pada tanggal 22 Ramadan
1422 H.
Adapun istri yang kedua berasal dari Hambuku dan Sungai
Banar yaitu bernama Arbayah bin Abdul Latif wafat pada tanggal 15 Muharram 1328
H mereka memperoleh 4 orang anak.
Adapun istri yang ketiga bernama Siti Khadijah binti H. Umar
yang berasal dari Hulu Sungai Selatan di Pantai Hambawang. Wafat pada tanggal
13 Jumadil Akhir 1424 H. Dan memperoleh anak sebanyak 7 orang. Jadi jumlah anak
beliau semuanya 27 orang.
Tidak lama kemudian
beliau diminta oleh masyarakat untuk membuka majelis ta’lim, karena majelis
ta’lim itu sangat perlu bagi kehidupan umat beragama dan keselamatan di dunia
dan akhirat bahkan hukumnya fardhu ‘ain. Akhirnya lama kelamaan tersebarlah di
mana-mana sehingga siang dan malam orang-orang pada berdatangan.
Pada waktu itu yang diajarkannya adalah ilmu zhahir atau
ilmu syari’at. Beberapa tahun kemudian menurut riwayat ada perintah Allah yang
didengar beliau dengan jelas yaitu diantara tidur dan jaga ada suara yang
mengatakan sampaikan sampaikan beberapa kali.
Tak lama kemudian ada lagi suara seperti itu juga lalu
beliau berpikir apakah yang aku sampaikan sedangkan aku sudah sampaikan. Namun
akhirnya beliau teringat bahwa aku sedang menyembunyikan ilmu batin, yakni ilmu
rahasia dan ilmu thariqah. Akhirnya sedikit demi sedikit ia mengajarkan ilmu
tersebut kepada masyarakat yang bisa menerimanya.
Kalau kita ingin tahu kenapa beliau itu mempunyai tiga orang
istri atau yang disebut sekarang poligami. Karena sebab istri pertama itu
merasa tidak mampu memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Maklum karena
mereka banyak mempunyai anak yang harus dipelihara. Akhirnya tidak bisa untuk
melayani tamu yang berdatangan dari sana-sini, mengurusi rumah tangga, menyapu,
mencuci pakaian, mencuci piring cangkir, memasak, dan sebagainya. Lalu mereka
merasa berdosa kemudian mengawinkannya. Begitulah seterusnya sehingga sampai tiga
orang istri.
Karena menurut dalam ajaran agama kita dibolehkan
berpoligami asalkan berbuat adil dan mampu nafkah zhahir dan nafkah batin. Dan
mendapat izin dari istri yang tertua.
Adapun Syaikh Muhammad Indra itu walaupun mempunyai tiga
orang istri namun beliau mampu berbuat adil. Adil dalam nafkah zhahir maupun
dalam nafkah batin tiada pernah berat sebelah. Misalnya apabila ia tidur dua
alam di tempat istri kedua, dan dua malam lagi di tempat istri ketiga.
Begitulah seterusnya. Dan apabila ia sakit tiada bisa berjalan untuk menuju
rumah tersebut, maka ia meminta izin kepadanya. Begitu juga tentang pembagian
harta.
Apabila ia memperoleh harta, misalnya uang, maka
diberikannya kepada istrinya dengan bagian yang sama sehingga hal ini terjadi
terus menerus sampai wafat.
Adapun budi pekertinya sangat mulia. Beliau adat dan
berbakti kepada orang tua, ramah tambah, pengasih penyayang kepada siapa pun
dan suka menghormati tamu. Antara lain apabila ada tamu, lebih-lebih pada waktu
pengajian beliau tiada mengubah silanya sampai selesai atau sampai tamu itu
pulang dan tiada pernah mengkhianati janji. Apabila ia berjanji selalu tepat bahkan
siap sebelum sampai waktunya.
Kemudian beliau itu suka membantu orang dalam kesusahan
apakah itu kesusahan dunia atau kesusahan akhirat. Kesusahan dunia seperti
orang yang sakit, yang ditimpa musibah. Adapun kesusahan akhirat seperti orang
yang butuh ilmu pengetahuan agama, ingin belajar fiqh, tauhid, tasawuf, hadis,
nahwu, saraf dan lain-lain.
Dan apabila ada keluarga atau tetangga yang meninggal dunia
beliau segera datang tanpa diundang dan tiada membedakan kepada siapa pun, kaya
atau miskin. Beliau sangat memperhatikan keluarga. Dan suka menghubungkan tali
silaturahim.
Beliau pernah berwasiat, wahai anakku atau murid jangan
engkau putuskan tali silaturahmi. Dan jangan dibiarkan mereka mendapat
kesusahan. Hendaknya saling tolong-menolong, sehingga rukun dan damai.
Selain daripada itu suka juga membantu, memberikan sumbangan
kepada anak-anak yatim piatu, rumah-rumah ibadah, masjid, langgar, rumah
sekolah, jalanan, jamban, bahkan beliau selalu baik daripada orang lain.
Adapun Syaikh Muhammad Indra bin Abdullah itu, menurut dalam
sepengetahuan kami, beliau itu adalah orang yang benar-benar ahli, tekun
beribadah dan disiplin waktu. Apabila sampai waktu salat maka setengah jam.
Atau paling lambat lima belas menit sebelumnya beliau sudah siap ditempat sujudnya.
Sehingga tak pernah melalaikan waktu, walau bagaimanapun sibuknya semuanya akan
ditinggalkan demi untuk menegakkan perintah Allah.
Dan beliau itu suka melazimkan salat sunah seperti salat
rawatib, salat isyroq, dhuha, salat tahajud, dan amalan-amalan lainnya. Apabila
selesai salat Maghrib beliau tidak akan berangkat dari tempat sujudnya sehingga
sampai waktu Isya.
Dan apabila jam empat subuh, beliau sudah berada ditempat
sujudnya, berzikir menyebut kalimat La Ilaha Illallah. Sehingga sampai waktu Subuh.
Dan hampir setiap malam beliau selalu menangis pada waktu berzikir. Pernah
ditanya oleh anak-anak dan istrinya. Mengapa sampeyan apabila berzikir selalu
menangis? Beliau menjawab, Aku sangat takut kepada Tuhanku.
Demikian ini sesuai dengan apa yang ia lakukan di dalam
kehidupannya sehari-hari. Yakni beliau tak pernah melakukan pekerjaan yang
tiada disukai oleh Allah. Sehingga yang makruh pun ia tinggalkan apalagi yang
diharamkan. Beliau menangis apabila mendengar suara musik-musik seperti seruni,
seruling, orkes dan sebagainya. Dan beliau tidak tak pernah memakai celana
walaupun pergi ke mana saja.
Selain daripada itu beliau suka salat berjama’ah, membimbing
anak dan istri dirumah terutama anaknya yang perempuan dan menyuruh anak-anak
yang laki-laki pergi ke Mushalla (langgar) untuk salat berjama’ah, bahkan
beliau pernah membangunkan langgar yang bernama Darul Falah.
Dan apabila ia salat sendirian, maka sangat lambat. Kemudian
apabila ia pergi ke masjid pasti setengah jam sebelumnya sudah berada di masjid.
Hal ini iterjadi hampir selama hidupnya. Dan apabila pulang dari masjid maka
pulangnya selalu terakhir daripada orang-orang lain.
Syaikh Muhammad Indra itu adalah seseorang yang benar-benar
beriman dan bertakwa, menjalankan perintah dan meninggalkan segala yang
dilarang. Menurut Syaikh Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Ad-Dural Munsyarah
menerangkan yang artinya:
Hal yang mesti bagi wali untuk dapat disebut wali yang
sebenarnya adanya sikap dan perbuatan melepaskan hak-hak Allah dan hak-hak
hambanya secara maksimal dan menunaikan serta melaksanakan semua yang
diperintahkan kepadanya. Sebagai ciri-ciri Waliyullah antara lain adalah
ma’shum, mahfuz, suluk dan ma’rifah.
Syaikh Abul Qasim di dalam risalah Al Qusairiyah halaman 128
mengatakan yang artinya:
Salah satu syarat Waliyullah adalah wajib Mahfud (yakni
terjaga dari kema’siatan) seperti halnya kenabian, maka wajib baginya ma’shum
(tiada pernah berbuat maksiat).
Sebagaimana dikatakan oleh Maulana Syaikh Ibrahim “ yang
artinya:
Waliyullah ialah orang yang dekat kepada Allah lantaran
penuh ketaatan dan oleh itu Allah memberikan kuasa kepadanya dengan karomah dan
penjagaan, atau wali itu adalah orang yang semua tindakannya dan perbuatannya
selalu sesuai dengan sifat yang mulia.
Dan dengan sangat kuatnya beribadah dan sangat cintanya
kepada Allah melebihi cintanya pada dirinya sendiri, maka justru Allah
memberikan karomah mulai dari hidupnya terus sampai waktunya, sehingga makamnya
ramai dikunjungi atau diziarahi oleh orang-orang.
Diantara karomah beliau selagi hidupnya, pada waktu beliau
menjalani jalan thariqah beliau sedang khalwat. Maka pernah dilihat oleh orang
rumah beliau satu cahaya terang benderang sehingga menembus di celah-celah
dinding rumah, sedangkan pada waktu itu hari sesudah tengah malam. Dan pada
masa itu belum ada lampu listrik seperti sekarang ini. Demikianlah diantara
beberapa karomah yang dapat kami sampaikan di dalam manaqib ini.
Di dalam risalah beliau, beliau mengatakan antara hamba
dengan Allah ada mempunyai tujuh puluh ribu hijab, hanya yang dapat membukakan
hijab itu tiada ada lain kecuali zikrullah yaitu kalimat La ilaha illallah.
Maka oleh sebab itu kata beliau hendaknya selalu diamalkan terus menerus
sehingga benar-benar menjadi darah daging yaitu meresap ke seluruh bagian tubuh
dari bulu, aurat, daging, tulang, sumsum, sebagaimana Rasululllah telah
bersabda yang artinya:
Barangsiapa membaca La ilaha illallah maka dibukakan baginya
beberapa pintu langit sehingga tampaklah nur Arsy sehingga tiada ada lagi
baginya hijab.
Menurut pendapat ahli thariqah bahwasanya zikir La ilaha
illallah tentu diamalkan secara terus menerus berkesinambungan dari hidup
sampai akhir hayat dan dengan mengambil thariqah. Mengambil bi’ah kepada guru
yang Mursyid yang mempunyai silsilah Ayn benar. Bukan zikir Hasanah tetapi
zikir darojah yang mempunyai aturan-aturan atau adab-adab yang sangat banyak.
Tentu dibukakan hijab oleh Allah. Jika dibukakan oleh Allah maka ma’rifah Lay
orang itu kepada Allah dengan sebenar-benarnya ma’rifah. Adapun tanda-tanda orang
ma’rifah adalah orang itu selalu banyak menyebut zikrullah, La ilaha illallah
adalah amalan utamanya, amalan kesenangannya sehingga terbuktilah. Pada ketika
akhir hayatnya beliau menyebut kalimat La ilaha illallah. Dengan nyaringnya
sehingga terdengar ke seluruh isi rumah, bahkan terdengar kesebuah rumah
mengingat hal tersebut diatas kita sangat yakin sekali apa yang dikatakan oleh
Rasulullah SAW di dalam satu hadis-nya yang artinya:
Mati seseorang tentu membawa kemahiran hidupnya.
Maka apabila akhir hayatnya dapat mengingat La ilaha
illallah maka wajib baginya surga. Sebagaimana Rasulullah bersabda yang
artinya:
Barangsiapa akhir kalimatnya dapat membaca La ilaha illallah
maka tempatnya di dalam surga.
Kemudian daripada itu beliau tak pernah berkata-kata dengan
perkataan yang tidak berguna yakni pura-pura atau humor dan bila ia membaca
kitab, dan memberikan ceramahnya tak pernah ia membuat orang jadi tertawa-tawa.
Dan membuat orang jadi bingung, apa yang disampaikan selalu jelas dan terang
sehingga dapat dipahami dan dihayati serta diamalkan.
Kemudian pula beliau tak pernah menzhahirkan akan ilmu
rahasianya, yakni ilmu batinnya. Jika tidak sesuai dengan tingkatan atau
kedudukan murid-muridnya yang hadir mendengarnya. Sehingga pernah diantara
muridnya mengatakan bahwa beliau tiada sampai kepada Allah yakni tingkatan
yang jauh dibawah. Dan tiada benar-benar
ma’rifat betul kepada Allah.
Hanya inilah manaqib yang dapat kami susun. Semoga
bermanfaat dan mendapat ridho dari Allah SWT. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar