(Bahasan Terhadap Syi’ir “Tombo Ati”)
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya
dalam tubuh ada segumpal daging, apabila baik maka akan baik pula seluruh
jasadnya dan apabila daging itu buruk maka akan buruk pula jasad seluruhnya,
ketahuilah bahwa dia adalah hati (Muttafaq ‘alaih).
Hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya peranan hati
dalam kehidupan manusia.
Menurut Imam Ghozali , hati mempunyai dua pengertian, pertama
berarti segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada
sebelah kiri, yang didalamnya ada rongga-rongga yang mengandung darah hitam
sebagai sumber roh. Kedua berarti yang halus bersifat ketuhanan dan rohaniah
yang ada hubungannya dengan hati jasmani tadi.
Hati dalam arti kedua ini adalah hakekat manusia yang dapat
menangkap segala pengertian, berpengetahuan dan arif, yang menjadi sasaran dari
segala perintah dan larangan Tuhan, yang akan disiksa, dicela dan dituntut
segala amal perbuatannya.
Selanjutnya Imam Ghozali mengatakan bahwa taat kepada Allah
dengan tidak menurutkan hawa nafsu dapat mengkilatkan hati, sebaliknya berdosa
kepada Allah akan menghitamkannya. Senada dengan Imam Ghozali Muhammad Ibrahim
Salim mengatakan pengaruh dosa dalam hati sama dengan pengaruh penyakit pada
tubuh. Dosa adalah penyakit hati dan tidak ada obatnya kecuali dengan bertobat
untuk menghilangkan dosa yang mengkotori hati. Dengan demikian dosa akan
menyebabkan hati menjadi sakit dan untuk mengobatinya adalah obat-obatan yang
berupa amal ibadah.
Dalam buku Syi’iran Kiai-Kiai dicantumkan sebuah syi’ir
(pujian) yang berjudul “Tombo Ati” yang biasa didendangkan di masjid, pesantren
dan pengajian-pengajian (sekarang sudah direkam dalam pita kaset,
dinyanyikan/dibawakan oleh Emha Ainun Najib). Syi’iran tersebut didendangkan di
sela-sela bacaan sholawat nabi yang dilagukan. Adapun bunyi syi’ir Tombo Ati
itu adalah sebagai berikut :
Tamba ati iku lima warnane
Ingkang dingin nderes Qur’an sakmanane
Kaping pindo wongkang sholeh kumpulana
Kaping telu shalat wengi lakonana
Kaping papat weteng iro ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sapa wongkang gelem nglakoni
Insya Allah gusti Allah ngijabahi.
Terjemahan bebasnya kira-kira sebagai berikut :
Obat hati itu lima macam
Yang pertama membaca Qur’an berikut maknanya
Yang kedua bergaul dengan orang shaleh
Yang ketiga melaksanakan shalat malam
Yang keempat melaparkan perut/berpuasa
Yang kelima dzikir malam yang panjang
Siapa yang dapat melakukan salah satu diantaranya Insya
Allah, Tuhan akan mengabulkan
Sumber dari syi’ir di atas kemungkinan besar adalah dari
kitab Nashoihul ‘Ibad, di mana di dalamnya disebutkan bahwa Abdullah Al
Anthakiy Rahimahullah berkata : Lima macam obat hati yaitu : Bergaul dengan
orang-orang shalih, membaca Al-Qur’an, melaparkan perut, shalat di malam hari,
dan bersembah sujud di waktu menjelang shubuh. (Imam Nawawi,).
Uraian berikut mencoba untuk memberikan bahasan yang
bersifat penjelasan terhadap lima macam obat hati di atas.
B. Pembahasan Lima Jalan Penyembuh Hati
1. Dzikir
Dzikir adalah bacaan, puji-pujian dan lain-lain sebutan yang
tidak mengandung permintaan (Ibnu Hajar Al Asqolani, 1976). Sedang menurut
Hasbi Ashshiddieqy dzikir adalah
menyebut Allah dengan membaca tasbieh (subhanallahi) membaca tahliel (la-ilaha
illallahu) membaca tahmied (alhamdulillahi) membaca taqdies (quddusun), membaca
takbir (Allahu Akbar), membaca hauqalah (lahaula wala quwwata illa billahi),
membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah, membaca Al-Qur’anul Majied
dan membaca do’a-do’a ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi saw.
Dzikir adalah mengingat Allah dalam hati dan menyebut nama-Nya pada lisan
berdasarkan perintah Allah dalam Al Qur’an dan contoh-contoh dari Nabi saw.
Terdapat banyak perintah untuk melaksanakan dzikir baik
dalam Al Qur’an maupun hadits, diantaranya adalah dalam surat Al Ahzab ayat 41:
“Sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak”, surat Al Anfal ayat 45
: “Dan sebutlah olehmu akan Allah dengan sebutan yang banyak, supaya kamu
mendapat kemenangan”, juga dalam Surat Ad Dahr ayat 25-26: “Dan sebutlah akan
nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang dan disebagian malam. Dan bersujudlah
kepadaNya seraya bertasbih pada malam yang panjang”.
Nabi Muhammad saw juga menganjurkan untuk dizikir yaitu
dengan sabdanya: “Barang siapa tiada banyak menyebut Allah, maka sungguh
terlepas dia dari iman”, juga sabda beliau: “orang yang menyebut Tuhannya
dengan orang yang tiada menyebut Tuhannya, adalah seumpama orang yang masih
hidup dibanding dengan orang yang mati” (HR. Bukhori) Ash Shiddiqy, 1983).
Dzikir sebagai amalan ibadah yang sangat dianjurkan sangat
berpengaruh positif terhadap hati manusia, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Membuat hati bersih dan bening, tenteram dan tenang
sebagaimana disebutkan dalam Qur’an Surat Ar-Ra’du ayat 28 :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’du: 28).
2. Hati merasa Ridla
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan,
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbihlah pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada
waktu-waktu di siang hari, supaya hatimu merasa ridla. (QS. Thaha: 130).
3. Diingat Allah dan dipenuhi rahmat dan ketenteraman,
sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw.
Tidak ada majlis suatu kaum yang di dalamnya ada mengingat
Allah, kecuali akan diliputi oleh para malaikat dan dipenuhi dengan rahmat, dan
Allah akan mengingat mereka di sisi-Nya (HR. Muslim) (Ibnu Hajar Al-Asqolani,
1976).
4. Menimbulkan rasa dekat, dalam perlindungan dan
pertolongan Allah, sebagaimana firman-Nya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku,
niscaya Aku ingat (pula) kepadamu… (QS. Al-Baqoroh: 152).
Rasulullah Saw bersabda :
Allah Ta’ala berfirman : Aku beserta hambaku selama ia
sebut-Ku dan bergerak dua bibirnya pada menyebut-Ku (Ibnu Majah) (Ibnu Hajar
As-Qolani: 1976).
5. Terapi bagi kegelisahan ketika manusia merasa lemah,
sebagai penyangga dan penolong menghadapi berbagai tekanan dan permasalahan
kehidupan.
Firman Allah :
Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (QS. Thaha: 124).
6. Dibersihkan (hati) dari dosa
Bersabda Rasulullah Saw. :
Barang siapa yang berkata (yang artinya): Maha suci Allah
dan dengan memuji-Nya (aku berbakti) sebanyak seratus kali, niscaya digugurkan
dari padanya dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih laut (Mutattaq ‘alaihi) (Ibnu
Hajar As-Asqolani, 1976).
7. Disembuhkan dari Penyakit (hati)
Bersabda Rasulullah saw. : Menyebut-nyebut Allah adalah
suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (HR. Al
Baihaqi) (Muhammad Faiz Almath, 1993).
Selanjutnya menurut Fat-hiy Yakan (1984:150) dzikir
merupakan biduk penyelemat dari tenggelam di lautan keraguan, was-was resah
gelisah dan semua penyakit jiwa. Dzikir kepada Allah menumbuhkan ketegaran dan
kelapangan hati, yang mana pada gilirannya menumbuhkan kekuatan dan kemampuan
pada dirinya untuk mampu menghadapi segala tantangan dan melewati segala
rintangan hidup dengan penuh kepercayaan dan ketenangan.
2. Membaca Al Qur’an
Membaca Al Qur’an selain merupakan ibadah juga merupakan
cara untuk penyembuhan hati sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Yunus
ayat 57: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit (yang ada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Juga dalam surat Al-Isra ayat 82” “Dan
Kami turunkan dari Al Qur’an itu, apa yang menjadi obat dan rahmat bagi mereka
yang beriman.
Jalaluddin As Suyuti (1995) mengemukakan bahwa diantara
keistimewaan Al Qur’an adalah dapat mengobati kekerasan hati, menghilangkan
duka dan memasukkan kegembiraan dalam hati, menghilangkan kesusahan, bahkan
untuk penyembuhan penyakit-penyakit fisik.
Selanjutnya Hasbi Ash Shiddiqy (1983) menyebutkan bahwa
faedah tilawat atau membaca Al Qur’an adalah sebagai berikut :
a. Pembaca Al Qur’an ditempatkan di dalam shaf orang-orang
besar yang utama dan tinggi.
b. Pembaca Al Qur’an memperoleh beberapa kebajikan dari
tiap-tiap huruf yang dibacanya dan bertambah-tambah derajatnya di sisi Allah
sebanyak kebajikan yang diperolehnya itu.
c. Pembaca Al Qur’an akan dinaungi rahmat dikelilingi para
malaikat dan Allah menurunkan kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.
d. Pembaca Al Qur’an digemilangkan hatinya oleh Allah dan
dihindarkan dari kegelapan.
e. Pembaca Al Qur’an disegani dan dicintai oleh orang-orang
shaleh.
f. Pembaca Al Qur’an tidak akan gundah hatinya di hari
kiamat, karena ia senantiasa dalam pemeliharaan dan penjagaan Allah.
g. Pembaca Al Qur’an memperoleh kemuliaan dan diberikan
rahmat kepada ibu bapaknya.
h. Pembaca Al Qur’an memperoleh kedudukan yang tinggi dalam
syurga.
i. Pembaca Al Qur’an memperoleh pula derajat seperti yang
diingini oleh orang-orang shaleh
j. Pembaca Al Qur’an ditemani dan dikelilingi oleh para
malaikat, semuanya mendo’akan dan memohonkan ampunan dan derajat yang tinggi
baginya.
k. Pembaca Al Qur’an terlepas dari kesusahan-kesusahan
akherat
l. Pembaca Al Qur’an termasuk orang yang dekat kepada Allah,
berada dalam rombongan orang-orang yang mengiringi Allah di hari syurga.
3. Melaparkan Perut/Puasa
Menurut Imam Nawawy dimaksudkan
dalam melaparkan perut ialah tidak banyak makan, dan berhati-hati agar yang
dimakannya benar-benar halal. Makanan halal itu pmenjadi pangkal segala
kebajikan, sebab barang halal itu dapat menyinari hati sehingga matahati
menjadi bersih cemerlang dan ibarat cermin akan kembali mengkilap mampu
memantulkan bayangan dan membiaskan sinar. Dalam hadits dinyatakan: “Tiga hal
berikut dapat membuat pengerasan dihati yaitu gemar makan, gemar tidur dan
gemar menganggur”.
Bentuk lain dari melaparkan perut adalah puasa. Dalam sebuah
hadits Rasulullah saw bersabda : “Berpuasalah kamu maka kamu akan sehat”. Dalam
hadits lain Nabi menganjurkan puasa bagi para pemuda untuk menahan hawa
nafsunya jika mereka belum mampu untuk menikah. Dari hadits Nabi tersebut
nampak bahwa puasa merupakan sarana auntuk mencapai kesehatan baik lahir maupun
batin dan juga merupakan jalan untuk mengekang hawa nafsu yang merupakan sumber
dari penyakit hati.
Menurut Fat-hiy Yakan puasa merupakan pembersih jiwa yang
paling kuat terutama untuk melawan hawa nafsu yang menjadi pangkal dari
kotornya hati. Selain itu dengan puasa perasaan menjadi halus dan peka, pikiran
jernih dan nafsu melemah.
4. Shalat Malam
Dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan shalat malam, yaitu surat Al-Isra ayat 79: “Sebagian waktu malam
itu hendaknya engkau gunakan untuk salat tahajud, sebagai salat sunat untuk
dirimu, mudah-mudahan Tuhan akan membangkitkan engkau dengan kedudukan yang baik”.
Surat Al Muzammil ayat 6: “Sesungguhnya bangun di waktu malam untuk shalat
adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih terkesan”. Dan juga Surat Ad
Dahr ayat 26: “Dan di sebagian dari pada malam sujudlah kepadaNya dan
berbaktilah kepadaNya di malam yang panjang”.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda: “Kerjakanlah
shalat malam karena shalat itu merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum
kamu. Ia mendekatkan kamu kepada Tuhan, menghapus dosa-dosa, mencegah perbuatan
dosa dan menolak penyakit dari tubuh”. (HR. At Thabrany dan A Turmudziy).
Berdasarkan kepada Al Qur’an dan Hadits Nabi tersebut
Fat-hiy Yakan berpendapat bahwa shalat malam mempersiapkan manusia menjadi
insane rabbani yang bergayut dengan Allah, berjiwa cemerlang, hatinya bercahaya,
sadar dan berpikiran jernih. Dengan kondisi yang demikian tentu saja akan mampu
menghadapi persoalan hidup dengan tenang dan tidak mudah merasa bingung apalagi
stress.
Dengan demikian menjalankan shalat malam yang didukung oleh
suasana yang tenang, hening dan sunyi secara psikologis akan mendatangkan
ketenangan dan ketentraman hati
5. Bergaul Dengan Orang Shaleh
Menurut Imam Nawawi (1983) bergaul dengan orang shaleh
artinya hadir di majlis mereka dan memegangi petuah mereka, dan sebaliknya
bersikap diam dan menyingkir dari mereka yang gemar berbuat bathil.
Dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 55-56 Allah berfirman:
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang
beriman, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada
Allah); Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah
yang pasti menang”.
Selanjutnya dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:
“Hendaklah kalian bersahabat dengan kawan yang tulus hati, karena mereka
menjadi hiasan di kala bahagia dan menjadi perisai di saat terjadi bencana”.
(Imam Nawawi, 1983: 227).
Berdasarkan kepada firman Allah dan hadits Rasul tersebut
maka dapat dikatakan bahwa bergaul atau bersahabat dengan orang shaleh dan
menjadikannya sebagai penolong, merupakan jalan yang tepat untuk mengatasi
kesusahan termasuk di sini adalah kesusahan hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar