Khotbah Habib Umar bin Hafidz
Segala madah bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari
kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT,
satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh
manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah
manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan
menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang
telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang
panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur
hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada
beliau hingga hari akhir nanti.
Wahai hamba Allah
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua,
sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT.
Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan
dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram
Wahai hamba Allah
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini
kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak
menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW
dan para ulama telah sering mengingatkan.
Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan
waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata'ala.
Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk
hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh,
dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT.
Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila
bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.
Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi
itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi
dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera
umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam
sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan
maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan
umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata.
Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.
Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu.
Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu
bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.
Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua
telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak
sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya..?
Dikemanakan usia mudanya..? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk
apakah harta itu..? Sudahkah ilmunya diamalkan..?
Wahai hamba Allah
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah
SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang
petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi.
Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih
orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang
mukmin dari diri mereka sendiri"
Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan,
"Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar,
yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka
gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT."
Beliau juga mewanti-wanti, "Ketika suatu kaum duduk
bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka
bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti."
Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah
persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat.
"Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia
akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah
SWT atau mengalpakannya?" begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.
Wahai hamba Allah
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita
bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita
renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita?
Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis
muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang
melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada
Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir,
di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda
maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan
lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka
menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong.
Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah
Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya
demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan
muslimin.
Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi
majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya
selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih
kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka
bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW,
"Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka
yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan
itu."
Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan
tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan,
baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.
Wahai hamba Allah
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan
tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan
kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan
mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara
anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak
kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan
perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.
Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah
rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah
dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari
kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.
Sumber: Majalah Cahaya Nabawiy edisi No. 77 Th VII
Dzulqaidah 1430 H / Nopember 2009 Hal. 44-47
http://sufiroad.blogspot.com/2010/12/sufi-road-dua-hal-yang-memantik-musibah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar