( Bergelar AL-ADENI karena Beliau memiliki karomah bisa
menurunkan Hujan Air Susu )
Beliau dilahirkan pada awal abad ke-9 Hijriah atau tepatnya
pada tahun 851 H, bertepatan dengan 1432 M. Ada juga yang mengatakan bahwa
kelahirannya adalah pada 852 H, adapun kota tempat dilahirkannya Imam Al-Adeni
adalah kota Tarim, salah satu pusat keagamaan di propinsi Hadhramaut. Imam
Al-Adeni tumbuh dalam naungan dan perhatian dari ayahandanya Imam Abdullah
Alidrus, serta pamannya Imam Ali bin Abi Bakar Assakran dan Syeikh Alwali Saad
bin Ali Madizhij, ketiga imam inilah yang berperan penting dalam membangun jati
diri Imam Al-Adeni, maka suatu hal yang wajar kalau dalam usia yang masih
belia, Imam Al-Adeni sudah hafal Al-qur'an, bahkan lebih dari itu beliau diberi
futuh oleh Allah dalam memahami isi dan kandungan Al-qur'an, dikisahkan bahwa
ayahandanya berpesan kepada guru ngaji yang mengajar dia membaca Al-qur'an agar
bersikap lembut dan jangan membentaknya apalagi sampai memberikan hukuman
kepadanya.
Dan hal yang menakjubkan dalam perlakuan Imam Abdullah
Alidrus terhadap putranya adalah beliau selalu membawa serta Imam Al-Adeni
dalam halaqoh Qur'an, dan ketika tiba gilirannya untuk membaca maka dibiarkannya
membaca sendiri tanpa ada yang menegur ataupun menyalahkan nya walaupun keliru
ataupun salah, dan terkadang ketika dia membaca sengaja membaca dengan salah
untuk meyakinkan ataupun pindah dari satu surat ke surat yang lainnya ketika
ada ayat yang serupa, tetapi tetap didiamkan tidak dibetulkan oleh ayahnya
ataupun para peserta halaqoh lainnya sehingga dengan sendirinya Imam Al-Adeni
mengulangi bacaanya yang keliru dan membetulkannya.
Pada usia yang masih belia itu beliau sudah diarahkan oleh
ayahandanya untuk mempelajari dasar-dasar ilmu pengetahuan dari ilmu bahasa
arab, hadits, tafsir, fiqih dan sebagianya, selain itu ayahandanya selalu
mendorongnya agar rajin mutolaah dan murojaah sehingga dengan dorongan dari
ayahandanya tersebut Imam Al-Adeni menjadi hobi membaca dan mutolaah
kitab-kitab yang memenuhi perpustakaan pribadi ayahnya, namun bukan berarti
beliau bebas membaca semua kitab-kitab yang ada diperpustakaan tersebut, Karena
ayahandanya selalu memantau apa saja yang beliau baca, tentang hal itu Imam
Al-Adeni mengungkapkan "seingatku ayah tidak pernah membentak atau
memukulku, kecuali satu kali ketika beliau melihat aku memegang kitab
"Al-Futuhat Almakkiyah" karangan Ibnu Arobi, beliau sangat marah dan
dari detik itu aku tidak pernah lagi memegang kitab tersebut". Beliau juga
berkata "Ayah melarangku untuk membaca kitab Al-Futuhat dan Al-Fusul
keduanya karangan Ibnu Arobi, tetapi disamping itu ayah juga menyuruhku untuk
berbaik sangka atas isi kitab tersebut, dan tentang isi kitab tersebut beliau
berkata bahwa kitab-kitab tersebut mengandung hal-hal yang tidak difahami oleh
orang-orang yang masih rendah, kitab-kitab tersebut hanya untuk dibaca oleh
kalangan yang sudah tinggi". Domisili dan Perjalanan Imam Abu Bakar
Al-Adeni.
Imam Abu Bakar bin Abdullah Alidrus semenjak dilahirkan
tinggal di kota kelahirannya Tarim Hadhramaut, dan selama 38 tahun beliau tidak
keluar dari Hadhramaut. Namun setelah ayahnya wafat beliau mulai mengadakan
perjalanan ke kota Syihir meneruskan jejak ayahnya ziaroh Syeh Saad bin Ali
Adzafari Asyihri. Selain ziaroh ke Syihir Imam Abu Bakar dalam rangka
meneruskan jejak ayahnya, beliau juga ziaroh ke Doan dan Gidun tempat makomnya
Syeh Said bin Isa Al-Amudi, selain itu beliau juga dengan rutin melakukan
ziaroh ke makam Nabi Hud Alaihi Salam.
Imam Abu Bakar Al-Adeni sejak kecil sudah membiasakan dan
menghiasi diri dengan kebiasaan dan sifat-sifat terpuji, maka bukan suatu hal
yang aneh kalau beliau mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh teman-teman
sebayanya, sejak kecil beliau membagi waktunya antara perbuatan taat kepada
Allah SWT, mencari dan hidmah kepada ilmu, menyebarkan dakwah islamiah,
berkumpul dengan orang-orang shalih, zikir kepada Allah, membaca Al-qur'an,
membaca wirid-wirid, serta membantu kedua orang tuanya, dan tidak ada waktu
kosong kecuali beliau gunakan untuk mutola'ah kitab. Adapun prilakunya terhadap
orang lain, beliau sangat penyayang terhadap orang-orang awam terutama mereka
yang sering datang menghadiri majlisnya, dan memperlakukan mereka dengan sopan
dan halus serta selalu mengarahkan mereka kepada kebaikan, tentang hal itu
beliau berkata : "Sesungguhnya aku merasa lega ketika melihat seseorang
yang diberi hidayah oleh Allah SWT untuk menjalankan kewajiban dan meninggalkan
dosa-dosa besar, dan sebaliknya yang membuatku resah dan aku berusaha semampuku
untuk meluruskan mereka yang terjebak dalam lautan dan dosa dan perangkap
syetan".
Oleh karena itu setelah beliau menetap di kota Aden, setiap
malamnya beliau mengumpulkan para pengikutnya terutama mereka yang diketahui
setelah pulang dari majlisnya biasa melakukan maksiat, maka dengan sengaja
beliau menahan mereka semalaman untuk berdzikir bersama dan membaca Al-qur'an
hingga menjelang waktu subuh, setelah selesai berjamaah salat subuh barulah
mereka diizinkan pulang setelah sebelumnya masing-masing diberikan upah sesuai
upah kerja mereka selama sehari, hal tersebut beliau lakukan terhadap
pengikutnya supaya mereka terbiasa menjalankan taat dan jauh dari kemaksiatan.
Diantara sifat Imam Abu Bakar Al-Adeni adalah beliau selalu
berlemah lembut dan penyayang terhadap orang muslim yang sedang bersedih hati,
beliau selalu berusaha menghibur dan tidak pernah menakut-nakuti mereka dan
memberikan mereka pengharapan agar tidak putus asa, karena beliau tahu bahwa
rahmat Allah SWT sangat luas, Imam Abu Bakar juga memiliki semua sifat terpuji
seperti sifat malu, menjaga harga diri dan zuhud terhadap dunia serta selalu
berpegang
teguh terhadap Qur'an dan Hadits, dan memerintahkan kepada
pengikutnya untuk mengikut jejak beliau dalam hal itu, beliau juga sangat
menjauhi dari pembicaraan yang tidak berfaidah seperti pembicaraan tentang
pertentangan antara Sahabat Nabi RA.
Beliau juga memiliki hati yang sangat lembut, hingga beliau
sering sekali menangis ketika mendengar atau membaca ayat-ayat Al-qur'an yang
menerangkan tentang ancaman dan siksaan, sebaliknya beliau terlihat ceria dan
senang ketika mendengar atau membaca ayat-ayat Qur'an yang menerangkan tentang
janji-janji pahala, beliau heran jika melihat orang yang tidak terpengaruh oleh
ayat-ayat ancaman dan siksaan dan berkata "Ketika hati seseorang telah
dikuasai oleh hawa nafsu maka ancaman-ancaman tersebut akan menjadikan dia
semakin menjauh".
Beberapa Syekh dan Guru Imam Abu Bakar Al-Adeni ;
1. Ayahandanya sendiri Al Imam Al Habib Abdullah Al Aydrus
2. Syeh Ali bin Abu Bakar Assakran
3. Syeh Alfaqih Abul Abbas Ahmad bin Abu Bakar Assakran
4. Syeh Sa'ad bin Ali Madzhaj
5. Syeh Muhammad bin Ali (Shahib Aidit)
6. Syeh Muhammad bin Abdurrahman Balfaqih
7. Syeh Abdullah bin Abdurrahman Balhaj Bafadhol
8. Syeh Muhammad bin Ali Bajahdab
9. Syeh Salim bin Gabri
10. Syeh Ibrohim bin Muhammad Bahurmuz
11. Syeh Ahmad bin Muhammad bin Utsman Al-Amudi
12. Syeh Muhammad bin Ahmad Bafadhol
13. Syeh Abdullah bin Ahmad bin Ali Bamakhromah
14. Syeh Ahmad bin Umar Al-Mazajjad
15. Syeh Yahya bin Abu Bakar Al-Amiri
16. Syeh Maqbul bin Abu Bakar Az-Zailai
17. Syeh Maqbul bin Musa Az-Zailai
18. Syeh Muhammad bin Abdurrahman Assakhowi
19. Syeh Ahmad bin Ahmad Asyarji
20. Syeh Abu Alqosim Al-Makki
21. Syeh Abdullah bin Aqil Baabbad
22. Syeh Abdullatif bin Ahmad Asyarji Az-Zabidi Al-Hanafi
23. Syeh Afifuddin Abdulatif bin Musa Al-Masyrai
24. Syeh Alfaqih Jamaluddin Muhammad bin Ahmad
25. Syeh Abu Bakar (Abu Harbah)
26. Syeh Musa bin Abdurrahman (Penguasa Arhab)
Diantara Karomah Al Habib Abu Bakar Al Adeni yang paling
terkenal dan Fenomenal ialah Pada saat beliau pertama kali memasuki Kota Aden.Disana
Beliau di cegat oleh penjaga gerbang kota Aden. Kata Penjaga gerbang :
"Kota Aden adalah kotanya Para Wali yang bertabur Karomah,kalau anda
hendak masuk perlihatkan lah karomah mu.Pada saat itu juga Beliau langsung
mengangkat kedua tangan Beliau dan berkata " Ya ALLAH, Hamba adalah Abu
Bakar bin Abdullah..Hamba memohon kepadaMu turunkan lah Hujan Air Susu sekarang
ini juga ". setelah Beliau bermunajat tak lama langsung turun Hujan Air
Susu dengan derasnya. Karena itu lah Beliau di beri gelar Al Habib Abu Bakar Al
Adeni dan menjadi satu-satunya orang yang bergelar AL Adeni.
Al Habib Abu Bakar Al Adeni menghabiskan masa hidupnya dalam
pengabdian kepada Sang Pencipta, menegakkan ilmu serta dakwah kepada Allah SWT,
dan mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mengamalkannya, hingga akhirnya
Allah memberinya sakit beberapa hari untuk kemudian dipanggilan ke hadiratNya
pada malam selasa tanggal 14 Syawal tahun 914 H, dalam usianya yang ke-63
tahun.
http://mediasyababunnabawi.blogspot.com/2011/11/al-imam-al-habib-abu-bakar-al-adeni-bin.html
سبحان الله
BalasHapusاستئذن للتحمل
BalasHapusShollu 'ala nabi Muhammad
BalasHapus