adalah seorang wali besar jarang yang dapat menyamai beliau
di masanya. Beliau termasuk salah seorang imam dan tokoh tasawuf yang
terkemuka. Beliau belajar tasawuf dari ayahnya dan dari para imam tasawuf yang
terkemuka. Selain itu beliau juga pernah belajar hadis Nabi dari Muhaddis Imam
Shakawi.
Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawa ketika
beliau pulang dari perjalanan hajinya beliau mampir di Kota Zaila’ yang waktu
itu wali kotanya bernama Muhammad bin Atiq. Kebetulan waktu itu beliau
berkunjung kepada wali kota yang katanya kematian isteri yang dicintainya.
Syeikh Abu Bakar menyatakan ikut berdukacita dan menyuruhnya untuk tetap
bersabar atas musibah yang dihadapinya itu. Rupanya nasihat Syeikh itu rupanya
tidak dapat menenangkan hati wali kota itu. Bahkan ia makin menangis
sejadi-jadinya sambil menciumi telapak kaki Syeikh Abu Bakar minta doa padanya.
Melihat kejadian itu Syeikh Abu Bakar segera menyingkap tutup kain dari wajah
wanita yang telah mati itu. Kemudian beliau memanggil mayat itu dengan namanya
sendiri. Dengan izin Allah, wanita itu hidup kembali.
Syeikh Ahmad bin Salim Bafadhal pernah menceritakan
pengalamannya bersama Syeikh Abu Bakar: “Pernah aku disuruh Muhammad bin Isa
Banajar untuk membawakan hadiah buat Syeikh Abu Bakar Al-Aidrus. Ketika aku
beri salam padanya ia telah memberitahukan dahulu apa yang kubawa sebelum
kukatakan kepadanya tentang isi hadiah itu. Kemudian Syeikh Abu Bakar berkata:
“Berikan kepada si fulan besar ini, berikan pada si fulan demikian dan
seterusnya. Ketika Syeikh Umar bin Ahmad Al-Amudi datang berkunjung padanya
waktu itu beliau menghormatinya dan mengeluarkan semua makanan yang
dimilikinya. Melihat hal itu, Syeikh Umar berkata dalam hatinya: “Perbuatan
semacam ini adalah membazir”. Dengan segera Syeikh Abu Bakar berkata dengan
sindiran: “Mereka itu kami jamu tapi mereka katakan perbuatan itu adalah
membazir. Mendengar sindiran itu Syeikh Umar Amudi segera minta maaf.
Termasuk karamahnya jika seorang dalam keadaan bahaya
kemudian ia menyebut nama Syeikh Abu Bakar memohon bantuannya. Dengan segera
Allah akan menolongnya.
Kejadian semacam itu pernah dialami oleh seorang penguasa
bernama Marjan bin Abdullah. Ia termasuk bawahannya bernama Amir bin Abdul
Wahab. Katanya: “Ketika aku sampai di tempat pemberhentian utama di kota San’a,
tiba-tiba kami diserang oleh sekelompok musuh. Kawan-kawanku berlarian
meninggalkan aku. Melihat aku sendirian, musuh mula menyerang aku dari segala
penjuru. Di saat itulah aku ingat pada Syeikh Abu Bakar Al-Aidrus dan kupanggil
namanya beberapa kali. Demi Allah di saat itu kulihat Syeikh Abu Bakar datang
dan memegang tali kudaku dan menghantarkan aku sampai ke tempat tinggal.
Setelah aku sampai di rumahku, kudaku yang penuh luka ditubuhnya mati”.
Syeikh Dawud bin Husin Alhabani pernah bercerita: “Ada
seorang penguasa di suatu daerah yang hendak menganiaya aku. Waktu sedang
membaca surah Yaasin selama beberapa hari untuk memohon perlindungan dari Allah,
tiba-tiba aku bermimpi seolah-olah ada orang berkata: “Sebutlah nama Abu Bakar
Al-Aidrus”. Tanyaku: “Abu Bakar Al-Aidrus yang manakah, aku belum pernah
mengenalnya”. Jelas orang itu: “Ia berada di Kota Aden (Hadhramaut).” setelah
kuucapkan nama itu, Allah menyelamatkan aku dari gangguan penguasa itu. Waktu
aku berkunjung ke tempat beliau, kudapati beliau memberitahu kejadian yang
kualami itu padaku sebelum aku menceritakan cerita pada beliau”.
Sayid Muhammad bin Ahmad Wathab juga bercerita tentangnya: “Pernah
aku pergi ke negeri Habasya (Ethiopia). Di sana aku dikeroyok oleh gerombolan
dan dirampas kudaku serta hartaku. Hampir mereka membunuhku. Kemudian aku
menyebut nama Syeikh Abu Bakar Al-Aidrus mohon pertolongan sebanyak sebanyak
tiga kali. Tiba-tiba kulihat ada seorang lelaki besar tubuhnya, datang
menolongku dan mengembalikan kuda beserta hartaku yang dirampas. Orang itu
berkata: “Pergilah ke tempat yang kami inginkan”.
Dipetik dari: Kemuliaan Para Wali – karangan Zulkifli Mat
Isa, terbitan Perniagaan Jahabersa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar