merupakan sosok individu yang sangat sederhana sekali dengan
pakaian ketawaddu'an ini sedikit sekali orang yang dapat mengenal siapa beliau
sebenarnya. Kehidupan ekonomi al habib begitu memprihatinkan dan membuat hati
kita sedih, untuk menunjang kehidupan hari-hari, al habib menerima upah
menjahit pakaian. Juga terkadang beliau berdagang dengan bermodal kepercayaan
dari orang yang memiliki barang-barang dagangan yang polanya serabutan.
Tempat tinggal beliau sangat sederhana sekali dimana bila
kita masuk kerumahnya maka langit-langit rumahnya dapat kita sentuh dengan
mengangkat tangan kita. Rumah yang Al Habib diami adalah rumah panggung kayu
dua tingkat dimana Al Habib tinggal dibagian bawah rumah, dapat kita bayangkan
kondisi udara yang cukup lembab.Rumah tersebut hingga saat ini masih dapat kita
lihat yakni di Jl. Ali Qatmyr lrg. Kedipan 13 Ilir Palembang. Para Habaib yang
ada saat itu hanya datang dan memperhatikan Al Habib saat mereka mencari nasab,
mau nikah ataupun masalah warisan lebih dari itu kehidupan Al Habib nyaris
terabaikan dan tidak ada perhatian sama sekali mengenai kehidupannya, sementara
beliau berupaya menjaga benteng kemurnian nasab yang mulia sementara untuk yang
lain kita berani berkorban mati-matian, inikah kondisi gambaran golongan
Alawiyin yang sudah sakit sangat kronis sekali. Kalau Alawiyin sudah begini
bagaimana masyarakat umum ?????.
Setiap ada acara-acara Al Habib selalu berada di baris
bagian belakang dan sambil bertanya kepada anak-anak muda siapa namanya, nama
orang tuanya, nama kakek dan neneknya. Sepulang kerumah AlHabib membuat catatan
tersendiri. Pada catatannya Al Habib dengan rapi mencantumkan nama fulan bin
fulan nikah dengan fulana binti fulan pada tanggal, bulan dan tahun. Kita akan
kagum dan terheran-heran karena kita merasa belum mencatatkan nama kita tetapi
beliau mengetahuinya. Inilah gambaran orang-orang yang ikhlas tetapi
kehidupannya sangat memprihatinkan.
Bersamaan dengan masa itu juga Al Walid Al Habib Muhammad
bin Alwi Al bin Hood Al Athas (yang menjadi ketua / Ahli nasab saat itu di
Maktab Adda'imi - Rabithah Alawiyah Jakarta), Al Habib Muhammad dengan
kejujuran yang ada mengatakan bahwa untuk wilayah Sumatera dan Semenanjung
serta sebagian Kalimantan Al Habib Isa jauh lebih mengetahui dibanding beliau.
Disini dapat kita lihat kita punya orang-orang tua jauh lebih terbuka
fikirannya dibandingkan dengan kita, alfaqier sempat ceritakan mengenai
kehidupan al habib Isa kepada Al Walid Muhammad bin Alwi AlAthas. Mendenger
cerita alfaqier Al habib Muhammad sangat kaget dan tersentak kemudian beliau
mencoba menghubungi salah seorang sahabatnya ditanah Melayu dan secara
bersama-sama Al habib Muhammad dengan seorang habib dari tanah Melayu berkunjung
ke kediaman Al Walid Alhabib Isa dan sedikit memberikan tanda cinta kasih
sesama Alawiyin, satu tindakan yang sangat indah sekali yang belum pernah kita
lakukan untuk menghargai seseorang ahli nasab.
Setelah kunjungan tersebut al Faqier sempat kembali bertemu
dengan Al walid Muhammad bin Alwi Al Athas dan beliau bercerita panjang lebar.
Yaa....Waladi (wahai anakku) begitukah orang-orang ditempat asal ente yang
tidak menghargai orang yang memiliki ilmu yang begitu berjasa dan mempunyai
kedudukan khusus disisi ALLAH dan RASULNYA ?????.
Ada satu jasa beliau lagi yang sempat luput dari pengamatan
kita yaitu dalam dasa warsa tahun 1980 an Al habib Isa dengan gigih mengurus
Maqam Keramat Kembang Koci Di Pelabuhan Boom Baru Palembang. Dimasa itu beliau
seorang diri begitu gigih mempertahankan keberadaan maqam tersebut bahkan
beliau pernah tidur di maqam tersebut kira-kira tahun 1994 awal. Pada waktu itu
maqam tersebut akan di buldozzer /diratakan dengan tanah guna perluasan
pelabuhan Boom Baru sehingga beliau beberapa malam menjaga kuburan tersebut
jangan sampai dirusak. al faqier bertemu al habib Isa terakhir tahun 1994
dimana waktu itu beliau dalam keadaan sakit parah, kedua kaki beliau bengkak
juga muka beliau nampaknya al habib terkenah gagal ginjal. Al faqier tidak
melihat saat itu adanya upaya untuk membantu al habib untuk berobat ke dokter,
akhirnya setelah lebih kurang satu minggu alfaqier bertemu beliau, alfaqier
mendapat khabar bahwa beliau telah wafat di Palembang. Kesedihan yang sangat
menyelimuti kita karena kehilangan orang besar sementara kita belum bisa
menghargai jasa-jasanya.
Alhabib banyak meninggalkan catatan-catatan dalam bentuk
pohon nasab dari berbagai macam qabilah. Al habib menulisnya dari
almanak/tanggalan bekas karena ketidak mampuan membeli kertas dan sangat sayang
sekali semua dokumentasi / hasil karya alhabib Isa banyak yang hilang, Alhabib
sempat berpesan bila beliau telah tiada tolong buku yang 15 jilid di kembalikan
ke Maktab Adda'imi Pusat Jakarta. Sewaktu Al Habib Zainal Abidin Assegaf
menjabat sebagai ketua Maktab Adda'imi - Rabithah AlAlawiyah buku tersebut
belum berada di pusat hingga menjelang tahun 1999. Alhamdulillah sebagian karya
tulisan pribadi al Walid Al Habib Isa ini ada pada Alfaqier / Maktab Naqobatul
Asyrof Al Kubro Jakarta. Al habib dikuburkan di qubah Al-kaff (di Palembang
disebut juga qubah kecik/kecil) bersebelahan dengan qubah besar di Jalan
Dr.M.Isa Kenten 8 Ilir, Palembang.
Demikianlah riwayat yang sangat singkat ini dapat al faqier
tuliskan disini dan ini jauh dari sempurna tetapi hanya inilah yang untuk
sementara yang bisa alfaqier tunjukkan sebagai rasa terima kasih kepada :
"GURUKU SEKALIGUS KAKEKKU TERCINTA AL WALID AL HABIB
ISA BIN MUHAMMAD BIN SYECH AL-QATMYR AL-KAFF"
SEMOGA ALLAH BERKENAN MENERIMAH AMAL IBADAHNYA DAN
DILAPANGKAN KUBURANNYA SEPERTI DI TAMAN SYURGA .
Diposkan oleh Majlis Arrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar