Sultan Malikul Dhahir adalah anak pertama dari Sultan
Malikussaleh yang mengambil alih pimpinan Kerajaan Samudera Pasai dari tahun
1297-1326 M.Batu nisan terbuat dari granit, terpahat surat At-Taubah Ayat 21-22
serta terdapat teks yang terjemahan: “Kubur ini kepunyaan tuan yang mulia, yang
syahid bernama Sultan Malik Adh-Dhahir, cahaya dunia dan sinar agama. Muhammad
bin Malik Al-Saleh, wafat malam Ahad 12 zulhijjah tahun 726 H (19 Nopember 1326
M)
AL-MALIK AZH-ZHAHIR
MUHAMMAD atau Sultan Muhammad, lebih dikenal dengan sebutan Sultan Malikul
Zhahir, dimakamkan di sisi ayahnya, Al-Malik Ash-Shalih atau Sultan
Malikussaleh, di Desa Beuringen, Kecamatan Samudera, Aceh Utara.
Putra pertama Sultan Malikussaleh ini wafat 726 Hjriah atau 1326 Masehi. Pada nisam makan Al-Malik Azh-Zhahir Muhammad sebelah kepala (utara) terdapat ukiran kaligrafi ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah: 21-22.
“Ayat ini menerangkan tentang rahmat, keridhaan, syurga serta kesenangan yang kekal bagi orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta,” kata Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah dan kebudayaan Islam dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) kepada ATJEHPOSTcom, pekan lalu.
Terukirnya ayat tersebut pada nisan Sultan Al-Malik Azh-Zhahir Muhammad, kata Taqiyuddin, merupakan suatu pengungkapan bahwa sultan yang juga bergelar dengan “Syamsuddunya waddin” atau Matahari Dunia dan Agama ini adalah seorang yang telah berperan besar dalam menyebarkan Islam sebagaimana ayahnya, Sultan Al-Malik Ash-Shalih.
“Ia dan ayanya adalah peletak fondasi yang kukuh bagi Kerajaan Islam Samudra Pasai (Syammuthrah/Sumatera). Masa pemerintahan keduanya merupakan periode terpenting dalam sejarah Islam di Asia Tenggara,” ujar Taqiyuddin.
Berikut terjemahan inskripsi ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 21-22 pada nisan Al-Malik Azh-Zhahir:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar. Maha benar Allah Yang Maha Agung”
Putra pertama Sultan Malikussaleh ini wafat 726 Hjriah atau 1326 Masehi. Pada nisam makan Al-Malik Azh-Zhahir Muhammad sebelah kepala (utara) terdapat ukiran kaligrafi ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah: 21-22.
“Ayat ini menerangkan tentang rahmat, keridhaan, syurga serta kesenangan yang kekal bagi orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta,” kata Taqiyuddin Muhammad, peneliti sejarah dan kebudayaan Islam dari Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH) kepada ATJEHPOSTcom, pekan lalu.
Terukirnya ayat tersebut pada nisan Sultan Al-Malik Azh-Zhahir Muhammad, kata Taqiyuddin, merupakan suatu pengungkapan bahwa sultan yang juga bergelar dengan “Syamsuddunya waddin” atau Matahari Dunia dan Agama ini adalah seorang yang telah berperan besar dalam menyebarkan Islam sebagaimana ayahnya, Sultan Al-Malik Ash-Shalih.
“Ia dan ayanya adalah peletak fondasi yang kukuh bagi Kerajaan Islam Samudra Pasai (Syammuthrah/Sumatera). Masa pemerintahan keduanya merupakan periode terpenting dalam sejarah Islam di Asia Tenggara,” ujar Taqiyuddin.
Berikut terjemahan inskripsi ayat Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 21-22 pada nisan Al-Malik Azh-Zhahir:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar. Maha benar Allah Yang Maha Agung”
GELAR MATAHARI DUNIA DAN ISLAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar