KH. Tubagus Muhammad Falak bin Tubagus Abbas adalah seorang
ulama kharismatik yang sampai saat ini masih diziarahi oleh banyak orang, ini
menunjukan suatu bukti bahwa semasa hidupnya beliau memiliki kedalaman ilmu dan
pengaruh yang sangat luas diberbagai khayalak.
Pernyataan seperti itu didukung oleh pengakuan beberapa
ulama besar termasuk para Habib di nusantara, mereka memberikan pengakuan bahwa
KH Falak merupakan seorang Waliyullah, hal itu pernah disampaikan oleh Habib
Umar Bin Muhammad bin Hud Al-Attas (Cipayung ), Habib Soleh Tanggul Jawa Timur
dan Habib Ali Al-Habsyi Kwitang. Jakarta.
Salah satu karomah KH. Falak adalah ketika tiga hari
menjelang wafatnya beliau sempat dikunjungi oleh para gurunya yang telah tiada,
seperti Syekh Nawawi Al-Bantani, Syekh Said Abdul Turki, Syekh Abdul Karim
bahkan juga Syekh Abdul Qodir Jailani. Selain itu diterangkan pula, bahwa KH.
Falak sering melakukan perjalanan singkat antara Pagentongan–Banten. Selama di
Banten beliau menjadi seorang ulama besar yang menjadi pusat kunjungan berbagai
kalangan masyarakat Banten. Artinya, disana dapat dilihat tidak semata-mata
seorang individu yang memiliki pengaruh luas. Tapi, jelas ada konteks
kekaromahan yang dimilikinya dan diyakini khalayak masyarakat yang tidak
mungkin dapat dituangkan secara keseluruhan didalam tulisan yang serba singkat
ini.
Menurut KH. Zein Falak yang pernah menuturkan pengalamannya
selama menjadi pengawal pribadi KH Falak. “Subhanallah -Tabarakallah. Abah
Falak itu seorang yang Alim, Wali, ‘allamah, perawakannya kecil, kulitnya putih
berseri. Beliau sangat ramah dan selalu tersenyum kepada yang menyapanya”,
tutur KH. Zein.
Lebih jauh, lelaki keturunan kelima dari KH Falak yang lahir
tahun 1940 itu menuturkan, “Abah Falak tinggi badannya sekitar 150 cm, Abah selalu
memakai udeng (sorban yang dililitkan dikepala-red), wajahnya selalu berseri,
tutur katanya lembut namun tegas dan jelas. Bahkan dikagumi oleh semua orang,
baik dengan para ulama, habaib dan sahabat-sahabatnya yang datang
bersilaturahmi kepadanya, Abah Falak dalam berbicara selalu menggunakan bahasa
Arab yang fasih, sedangkan kalau kepada santri-santri dan tamunya selalu
menggunakan bahasa sunda atau bahasa Indonesia.
Abah Falak, termasuk ulama besar yang selalu menjaga
kebersihan dan kesehatan tubuhnya Karena itu sudah menjadi kebiasaan setiap
pagi memakan dua telur ayam kampung, kemudian jalan-jalan sambil melihat-lihat
pondok pesantren, madrasah, majlis ta’lim dan masjid”, tutur KH Zein.
Semasa hidupnya KH. Falak dikenal sebagai seorang yang
dermawan, banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta tolong dan beliau
selalu memberikan pertolongan kepada orang-orang yang meminta pertolongan.
Yang tidak kalah menarik menurut penuturan KH. Zein, bahwa
apabila kedatangan tamu yang niatnya tidak bagus, maka beliau seperti orang
tuli.
“Pernah suatu saat Abah Falak kedatangan tamu yang minta
nomor buntut. Pada saat orang itu mengutarakan maksudnya, Abah Falak bertanya
berulang kali seolah-olah sama sekali tidak mendengar apa yang diutarakan orang
itu, bahkan secara tiba-tiba, Abah Falak menyuruh orang itu pulang”. ujar KH
Zein.
KH. Tubagus Muhammad Falak wafat pada waktu subuh pukul
04.15 hari Rabu tanggal 19 Juli 1972 atau tanggal 8 Djumadil Akhir 1392 H di
usianya yang ke, 130 tahun di Pagentongan, Bogor. Beribu-ribu jemaah datang
dari berbagai kalangan baik tokoh agama, politik dan militer serta masyarakat
luas yang berasal dari dalam dan luar negeri. Alhamdulillah, hingga saat ini
Pesantren Al-Falak peninggalan KH. Tubagus Muhammad Falak diteruskan oleh anak
cucu dari keturunan beliau. Semoga anak cucu dan keturunan beliau diberikan
kesabaran, ketabahan dan kekuatan untuk meneruskan toriqoh dan perjuangan
beliau ilaa yaumil qiyamah
http://sobrujamil.wordpress.com/2011/05/29/tokoh-sufi-tanah-jawa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar