Salah seorang santri Rubath Tarim li al-Habib Salim bin
Abdullah asy-Syathiri, Ustadz Mochammad Nuzulul Bawwakiel Muttaqien, suatu hari
mengkisahkan tentang “Air pemandian Rasulullah Saw.”
Alkisah, asy-Syaikh al-Fadhil Mutwalli asy-Sya’rawi pernah
diundang untuk menghadiri sebuah acara muktamar di Arab. Dalam majelis muktamar
tersebut, asy-Syaikh mengajukan pertanyaan yang tidak pernah disangka oleh
semua hadirin, terutama pimpinan muktamar. Beliau bertanya: “Ke manakah air
bekas pemandian jenazahnya Rasulullah Saw.?”
Semua hadirin seperti terbungkam, tidak ada satu pun ulama
yang menjawabnya. Hingga pimpinan muktamar berkata: “Ya Syaikh Mutawalli
asy-Sya’rawi, pertanyaan ini perlu jawaban dan pembahasan. Aku akan menjawabnya
pada pertemuan mendatang.”
Sepulang dari muktamar, pemimpin majelis muktamar itu
menjadi gelisah. Dengan segala kemampuannya dicarilah dalalah dan kisah atau
riwayat yang menunjukkan tentang “Ghusalah”, air bekas pemandian jasad
Rasulullah Saw. itu.
Namun semua kitab pun tanpa bergeming dan enggan memberikan
jawban. Di tengah kecapekannya, tertidurlah pemimpin majelis muktamar itu. Dan
di dalam mimpinya ia bertemu Rasulullah Saw. yang sedang bersama seorang lelaki
agung, membawa sebuah qindil (lentera). Sang pemimpin muktamar sangat senang
sekali dan berkata: “Ya Rasulullah, ke manakah air bekas pemandian jasad Tuan
Saw.?”
Rasulullah Saw. tersenyum dan menjawab: “Bertanyalah kepada
shahibul qindil” (sembari menunjuk lelaki yang membawa lentera).
Maka bertanyalah sang pemimpin majelis muktamar kepada
lelaki itu, dan dijawab dengan suara yang halus dan jelas: “Air bekas pemandian
jasad Rasulullah Saw. naik ke langit, kemudian turunlah air itu ke bumi. Tidak
akan jatuh percikan air itu di bumi kecuali Allah menjadikannya sebuah masjid.”
Terbangunlah sang pemimpin muktamar itu dengan wajah berseri
dengan ditemukannya jawaban dari pertanyaan Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi. Dan
ketika pertemuan muktamar dilanjutkan, sang pimpinan muktamar itu berkata
kepada Syaikh asy-Sya’rawi: “Aku telah menemukan jawaban dari pertanyaan Anda
ya Syaikh.”
Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menyahut: “Apakah itu jawaban
dari shahibul qindil?”
Pemimpin muktamar itu bertanya: “Apakah Anda mengetahuinya?”
Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi berkata: “Akulah shahibul
qindil itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar