Sabtu, 12 Oktober 2013
Datu Zenal Dan Istri Beliau Datu Awar
maqam beliau di desa air tajun muara tapus , HSU amuntai kalimantan selatan dan hasil ziarah sendiri tgl 05 - 10 - 2013
Syekh Ahmad Al Madani
beliau adalah guru dari Syekh Sayyid Umar Shiddiq Al Atthas ( Habib Jombo )
maqam beliau terletak di desa pandawan HST barabai dan hasil ziarah sendiri pd tgl 12 - 10 - 2013
maqam beliau terletak di desa pandawan HST barabai dan hasil ziarah sendiri pd tgl 12 - 10 - 2013
Habib Jombo
beliau ini menurut cerita yang kita dengar adalah seorang habaib yg berasal dari mesir dan beristri orng barabai dan beliau berdua sama'' menuntut ilmu di sana dan wafat di sana
dan tak di sangka maqam beliau pindah ke desa pandawan barabai , dan nama asli Habib Jombo Adalah Syekh Sayyid Shiddiq Al Atthas & istri beliau nama nya adalah Syarifah Mudzalifah
maqam beliau terletak di desa pandawan HST barabai dan hasil ziarah sendiri pd tgl 12 - 10 - 2013
dan tak di sangka maqam beliau pindah ke desa pandawan barabai , dan nama asli Habib Jombo Adalah Syekh Sayyid Shiddiq Al Atthas & istri beliau nama nya adalah Syarifah Mudzalifah
maqam beliau terletak di desa pandawan HST barabai dan hasil ziarah sendiri pd tgl 12 - 10 - 2013
Kubur Enam ( Di Taal )
Maqam 6 orang Pahlawan gugur tgl 23 - 03 - 1949
Terletak di Desa Ta'al Kandangan Seberang Maqam Pahlwan Puspa Raya
Nama Pahlawan itu adalah :
1 - Ahmad Sumbawa ( Desa Kupang Kab Tapin )
2 - Muhammad ( Desa Barabai HST )
3 - Salamat ( Desa Marabahan Kab Barito Kuala )
4 - Ugub ( Desa Anjir Banjarmasin )
5 - Marhallah ( Desa Pengaron Kab Banjar )
6 - Darmawi ( Desa Malutu Kec Padang Batung Kab HSS )
Dinamakan Kubur 6 adalah karena 6 pejuang yg meninggal dan di kubur dalam 1 maqam itu sebanyak 3 orng jadi 2 maqam dengan 6 orng
hasil ziarah sendiri 10 - 08 - 2013
Terletak di Desa Ta'al Kandangan Seberang Maqam Pahlwan Puspa Raya
Nama Pahlawan itu adalah :
1 - Ahmad Sumbawa ( Desa Kupang Kab Tapin )
2 - Muhammad ( Desa Barabai HST )
3 - Salamat ( Desa Marabahan Kab Barito Kuala )
4 - Ugub ( Desa Anjir Banjarmasin )
5 - Marhallah ( Desa Pengaron Kab Banjar )
6 - Darmawi ( Desa Malutu Kec Padang Batung Kab HSS )
Dinamakan Kubur 6 adalah karena 6 pejuang yg meninggal dan di kubur dalam 1 maqam itu sebanyak 3 orng jadi 2 maqam dengan 6 orng
hasil ziarah sendiri 10 - 08 - 2013
Ahmad Darsani Bin Dahlan
beliau ini alim ulama yg bnyak mencetak ulama'' , dan beliau ini dulu nya sekolah di dalam pagar martapura , dan salah satu murid beliau adalah KH Imansyah Amir Lc pengasuh pondok pesantren Tambarangan , karena waktu beliau mau melanjutkan sekolah ke mekkah Kh Imansyah ini sowan kepada Ahmad Darsani dan kata beliau jual 1 batang pohon sungkai dan ternyata berkat menjual pohon itu jadi lah Kh Imansyah sekolah di mekkah dan mendapatkan gelar Lc dan sekarang menjadi pimpinan pondok pesantren
fhoto hasil ziarah sendiri
KH Muhammad Said Bin Bahrun Bin Ali
Beliau seorang alim ulama yg mengajar di ponpes assuniyah tambarangan , dan mngajar Al'Qur'an Dan Al' Hadist dan beliau ini seorang tahfidz Al' Qur'an dan juga seorang juara 1 Tahfidz di mekkah
juga beliau pengasuh tahfidz di mesjid agung rantau , fhoto hasil ziarah sendiri dan beliau ini salah satu guru admint
juga beliau pengasuh tahfidz di mesjid agung rantau , fhoto hasil ziarah sendiri dan beliau ini salah satu guru admint
Datu Nursitiwana
maqam beliau di desa pebaungan ilir kira'' 5 km dari jalan raya atau dari maqam Syekh Ahmad Barmawi Bin Syekh Abdul Jalil Di Desa Pebaungan kab Tapin Kalimantan Selatan
dan ini hasil ziarah sendiri
dan ini hasil ziarah sendiri
Karomah dan Kekeramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Atthas
Selama di penjara ke keramatan Habib Abdullah Bin Mukhsin
semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung
kerpenjaraan tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara
dan penjaganya. Sampai mereka pun ikut mendapatkan berkah dan manfaat dari
kebesaran Habib Abdullah dipenjara,
Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada
Habib Abdullah Bin Mukhsin selalu dikabulkan Allah SWT, para penjaga merasa
kewalahan menghadapi para pengunjung yang mendatangi beliau Mereka lalu
mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika
usulan dirawarkan kepada Habib Abdullah beliau menolak dan lebih suka menungu
sampai selesainya masa hukuman.
Pada suatu malam pintu penjara tiba–tiba terbuka dan
datanglah kepada beliau kakek beliau Al Habib Umar Bin Abdurrohman Al Athas
seraya berkata, Jika kau ingin keluar dari penjara keluarlah sekarang, tetapi
jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.
Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara, pada
malam itu juga Sayyidina Al Faqih Al Muqodam dan Syeh Abdul Qodir Zaelani serta
beberapa tokoh wali mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina Al Faqih
Al Muqodam memberikan sebuah kopiah. Ternyata dipagi harinya Kopiah tersebut
masih tetap berada di kepala Al Habib Abdullah Padahal, beliau bertemu dengan
Al Faqih Al Muqodam didalam impian.
Para pengujung terus berdatangan kepenjara sehingga
berubahlah penjaraan itu menjadi rumah yang selalu dituju, Beliau pun
mendapatkan berbagai kekeratan yang luar biasa mengingatkan kembali hal yang
dimiliki para salaf yang besar seperti Assukran dan syeh Umar Muhdor
Diantara Karomah yang beliau peroleh adalah sebagaimana yang
disebutkan Al Habib Muhammad Bin Idrus Al Habsyi bahwa Habib Abdullah Bin
Mukhsin Al Athas ketika mendapatkan anugrah dari Allah SWT, beliau tenggelam
penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan
sergala isinya. Al Habib Muhammad Idrus Al Habsyi juga menuturkan, ketika aku
mengujunginya Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athos dalam penjara aku lihat
penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Illahi.
Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait –bait syair Habib Abdullah
Al Hadad yang awal baitnya adalah sbb “ Wahaii yang mengunjungi Aku di malam
yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitrah,
Selanjutnya, kata Habib Muhammad Idrus, kami selagi berpelukan dan menangis, “
Karomah lainnya setiap kali beliau memandang borgol yang
membelegu kakinya, maka terlepaslah borgol itu.
Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh
bawahannya untuk mengikat keher Habib Abdullah Bin Mukhsin maka dengan rante
besi maka atas izin Allah rantai itu terlepas, dan pemimpin penjara beserta
keluarga dan kerabatnya mendapat sakit panas, dokter tak mampu mengobati
penyakit pemimpin penjara dan keluarganya itu, barulah kemudian pemimpin
penjara sadar bahwa ;penyakitnya dan penyakit keluarganya itu diakibatkan
Karena dia telah menyakiti Al Habib yang sedang dipenjara.
Kemudian, kepala penjara pengutus bawahannya untuk
mendo’akan, penyakit yang di derita oleh kepala penjara dan keluarganya itu
agar sembuh Maka, berkatalah Habib Abdullah kepada utusan itu Ambillah borgol
dan rante ini ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan
sembuhlah dia.
Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh Habib
Abdullah, maka dengan izin Allah SWT penyakit pimpinan penjara dan keluarganya
seketika sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan
kekeramatan Habib Abdullah Mukhsin Al Athas. Sekeluarnya dari penjara beliau
tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.
Perjalanan ke Empang
Dari sumber lain disebutkan, bahwa awal mula kedatangan
Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu
itu beliau diperintahkan oleh Al Habibul Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus,
untuk menuju Kota Mekah. Dan sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan
sholat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah SAW, entah
apa yang dimimpikannya, yang jelas ke esok harinya beliau berangkat menuju
Negeri Indonesia.
Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Al
Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas yang da dipakojan Jakarta dan beliau belajar
ilmu agama darinya, lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan agar
beliau datang berziarah ke Habib Husen di luar Batang, dari sana sampailah
perjalanan beliau ke Bogor
Beliau datang ke Empang dengan tidak membawa apa-apa,
Pada saat belau datang ke Empang Bogor, disana disebutkan
bahwa Empang yang pada saat itu belum ada penghuninya, namun dengan Ilmu beliau
bisa menyala dan menjadi terang benderang Diceritakan, ada kekeramatan yang
lain terjadi pula ketika beliau tengah makan dipinggiran empang, kebetulan pada
saat itu datang kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata “ Habib, kalau
anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan
kekeramatannya..
Pada saat itu kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas
tengah makan dengan seekor ikan dan ikan itu tinggall separuh lagi. Maka Habib
Abdukkah berkata” Yaa sama Anjul ilaman Tabis,” ( wahai ikan kalau benar-benar
cinta kepadaku tunjukanlah) maka atas izin Allah SWT, seketika itu juga ikan
yang tinggal sebelah lagi meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut
sampai sekarang masih hidup dilaut.
Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M.
pendirian Masjid ini dilakukan bersama para Habaib dan ulama-ulama besar di
Indonesia. Di Sekitar Areal Masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman
Habib Abdullah, yang kini rumah itu ditempati oleh Khalifah Masjid, Habib
Abdullah Bin Zen Al Athas. Didalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang
tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat
dan zikir beliau. Bahkan disana terdapat peninggalan beliau seperti tempat
tidur, tongkat , gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.
Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang
ada sekarang tinggal 100 kitab, sisanya disimpan di “Jamaturkhair atau di
Rabitoh”. Tanah Abang Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal
adalah “Faturrabaniah” konon kitab itu hanya beredar dikalangan para ulama
besar,
Adapun karangannya yang lain adalah kitab “Ratibul Ahtas dan
Ratibul Hadad.” Kedua kitab itu merupakan pelajaran rutin yang diajarkan setiap
magrib oleh beliau kepada murid-muridnya dimasa beliau masih hidup, bahkan
kepada anak dan cucunya, Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas menganjurkan
supaya tetap dibacanya.
Habib Abdullah Bin Al Athas, adalah seorang Waliyullah
dengan kiprahnya menyebarkan Agama Islam dari satu negeri kenegeri lain. Di
Kampung Empang beliau menikahi seorang wanita keturanan dalem Sholawat. Dari
sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85
bangunan yang terdapat di kampung Empang didalam sertifikatnya atas nama Al
Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas.
Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau
selalu membaca Sholawat Nabi yang setiap harinya dilakukan secara dawam di baca
sebanyak seribu kali, dengan kitab Sholawat yang dikenal yaitu “ Dala’l
Khoirot” artinya kebaikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Menurut Manakib, beliau dipanggil Allah SWT pada hari
Selasa, 29 Zulhijjah 1351 Hijriah diawal waktu zuhur Jenazah beliau dimakamkan
keesokan harinya hari Rabu setelah Sholat zuhur. Tak terhitung jumlah orang
yang ikut mesholatkan jenazah. Beliau dimakamkan di bagian Barat Masjid An nur
Empang,sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.
Sayyid Sulaiman
beliau adalah seorang ulama yg menyebarkan agama islam di daerah amuntai khusus nya daerah pakacangan , dan beliau ini tidak memiliki keturunan karena wafat di waktu muda dan maqam beliau ini ada 2 yaitu di daerah desa pakacangan dan padang basar
dan ini fhoto maqam beliau di desa pakacangan yg hasil admint sendiri ziarah pada tanggal 05 - 10 - 2013
Pada sekitar abad ke 18 ada sepasang suami istri dari
Padang Basar Amuntai Hulu Sungai Utara yang hidup
rukun,tidak tercatat secara pasti nama mereka,pada
suatu hari mereka pergi ke Martapura yang pada saat
itu merupakan ibukota kerajaan Banjar,mereka
berkunjung kepada sanak keluarganya yang berada di Martapura melalui sungai dengan membawa perahu
atau jukung besar khas Banjar,setelah saling melepas
rindu dengan sanak keluarganya mereka pamit
pulang,tapi alangkah terkejutnya mereka ketika sampai
keperahu,ternyata didalam perahu sudah ada seorang
bayi mungil,sadar bahwa bayi tersebut bukan anak mereka,mereka lalu melaporkannya kepada masyarakat
sekitarnya,tak lama kemudian datanglah seluruh
masyarakat Martapura untuk melihat bayi
tersebut,ternyata dari semua masyarakat itu tak ada
satupun yang mengaku bahwa bayi tersebut bayi
mereka,akhirnya setelah dibicarakan dengan warga setempat,akhirnya bayi tersebut mereka bawa pulang
kekampung halamannya untuk di didik dan dipelihara
seperti anak kandung mereka sendiri,dan diberi nama
Sulaiman,ternyata anak tersebut bukan sembarangan,
banyak keganjilan keganjilan yang terjadi sejak iya
masih bayi,pada saat bayi anak tersebut tidak pernah mau minum susu,ia cuma mau minum air putih,dan
setiap waktu sholat anak tersebut pasti bangun dan
tidak mau tidur,keanehan lain pada saat bulan
Ramadhan tiba dan orang orang melaksanakan
puasa,pada siang hari bayi tersebut tidak mau
minum,kecuali saat tibanya berbuka puasa baru bayi tersebut baru mau minum,hal tersebut terus terjadi
hingga iya semakin besar,makin besar iya makin
banyaklah keanehan keanehan yang terjadi dengan
dirinya,selain dipanggil dengan Datu Sulaiman beliau
juga dipanggil oleh masyarakat dengan nama Datu
Burung,kenapa jadi dipanggil Datu Burung hal ini ada kejadiannya,pada suatu hari beliau yang pada saat itu
masih kanak kanak disuruh oleh orang tuanya untuk
menunggu padi yang pada saat itu tengah dijemur,padi
tersebut dijaga supaya jangan sampai dimakan ayam
dan binatang lainnya,sebagai anak yang patuh dan
berbakti dengan orang tuanya beliau tidak menolak,tapi apa yang terjadi...apa yang dilakukannya membuat
orang tuanya dan seluruh masyarakat kampung
menjadi gempar,ternyata untuk melaksanakan tugas
yang diberikan orang tuanya beliau naik keatas pohon
pisang yang dekat dengan jemuran tersebut,lalu duduk
diatas daun pisang tersebut...anehnya jangankan patah daun pisang tersebut,lenturpun tidak dan sejak beliau
menunggui jemuran tersebut tak seekor ayam pun yang
berani mendekat.
tidak tercatat apakah setelah beliau dewasa,beliau
menyebarkan ilmu ilmunya atau diketahui siapa guru
guru beliau,yang ada cuma kesaktian kesaktian beliau yang masih disimpan masyarakat sampai kini,pada
suatu ketika belanda mau menyerang desa Padang
Basar amuntai dan sekitarnya,karena desa Padang
Basar terletak ditepi sungai Tabalong maka Belanda
melakukan penyerangan melalui sungai dengan kapal
laut,mengetahui hal tersebut masyarakat segera melaporkan hal tersebut kepada Datu Sulaiman
"Datu !!..Belanda mau menyerang kampung kita,mereka
sedang dalam perjalanan menuju ke sini" kata salah
seorang warga melapor.
"Tenang ..mereka takkan sampai kesini" sahut Datu
Sulaiman. "mereka sudah dekat Datu,mari kita siapkan
segalanya"....
"baik..panggil semua kawan kawan kumpul semua.."
setelah semua pejuang berkumpul beliau lalu mengajak
mereka semua ketepi sungai Tabalong,beliau mencari
tali lalu dibentangkan melintang keseberang sungai. "untuk apa tali itu dibentangkan menyeberang
sungai ..Datu" tanya seorang warga.
"untuk menghalangi kedatangan Belanda ke daerah
kita..."sahut Datu Sulaiman.
benar saja ketika Belanda mendekati kampung Padang
Basar mereka melihat bahwa sungai yang mereka arungi buntu,dan akhirnya merekapun berbalik arah
tidak jadi menyerang daerah Padang Basar dan
sekitarnya.
konon kabarnya apabila Datu Sulaiman ingin makan
ikan,ikan yang sedang berkeliaran bebas disungai
beliau ambil begitu saja,tanpa menggunakan alat yang lazim dipakai orang,dan juga bila beliau ingin
(mengurung ( bahasa banjar) menangkap ikan yang
berkeliaran disungai,beliau pancangkan empat buah
bilah atau tongkat berbentuk segi empat maka ikan
yang berada didalam keempat bilah tersebut tidak bisa
lepas. Pada suatu hari beliau menanam pohon Kutapi dimuka
rumah beliau,keada keluarganya beliau berpesan agar
tanaman tersebut dipelihara,kalau pohon Kutapi ini
sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka
ajalnya akan tiba,ternyata apa yang dikatakan beliau
benar adanya,pada saat pohon Kutapi tersebut sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka wafatlah
beliau.
sebelum beliau wafat beliau sempat berwasiat agar
supaya beliau dimakamkan di Kampung Padang Basar
yang merupakan kampung beliau,tapi ketika wafatnya
oleh pemerintah setempat beliau dimakamkan di kampung Pangacangan,karena tidak sesuai dengan
wasiat maka pada malam harinya salah seorang sanak
keluarganya bermimpi bahwa Datu Sulaiman kembali
berkubur ketempat yang sudah diwasiatkannya yaitu
dikampung Padang Basar,siang harinya kemudian dia
ceritakan kepada keluarga lainnya,oleh keluarga akhirnya disepakati untuk membongkar makam di
kampung Pangacangan dengan disaksikan seluruh
warga,anehnya mayat Datu Sulaiman benar benar tidak
ada dan mereka hanya menemukan buluh barencong
(bambu yang dibikin runcing),sedangkan dikampung
padang Basar muncul onggokan tanah dan onggokan tanah tersebutlah yang diyakini oleh seluruh
masyarakat sebagai makam Datu Sulaiman dan
diziarahi sampai sekarang ...wallahu a'lam bissawab.
Padang Basar Amuntai Hulu Sungai Utara yang hidup
rukun,tidak tercatat secara pasti nama mereka,pada
suatu hari mereka pergi ke Martapura yang pada saat
itu merupakan ibukota kerajaan Banjar,mereka
berkunjung kepada sanak keluarganya yang berada di Martapura melalui sungai dengan membawa perahu
atau jukung besar khas Banjar,setelah saling melepas
rindu dengan sanak keluarganya mereka pamit
pulang,tapi alangkah terkejutnya mereka ketika sampai
keperahu,ternyata didalam perahu sudah ada seorang
bayi mungil,sadar bahwa bayi tersebut bukan anak mereka,mereka lalu melaporkannya kepada masyarakat
sekitarnya,tak lama kemudian datanglah seluruh
masyarakat Martapura untuk melihat bayi
tersebut,ternyata dari semua masyarakat itu tak ada
satupun yang mengaku bahwa bayi tersebut bayi
mereka,akhirnya setelah dibicarakan dengan warga setempat,akhirnya bayi tersebut mereka bawa pulang
kekampung halamannya untuk di didik dan dipelihara
seperti anak kandung mereka sendiri,dan diberi nama
Sulaiman,ternyata anak tersebut bukan sembarangan,
banyak keganjilan keganjilan yang terjadi sejak iya
masih bayi,pada saat bayi anak tersebut tidak pernah mau minum susu,ia cuma mau minum air putih,dan
setiap waktu sholat anak tersebut pasti bangun dan
tidak mau tidur,keanehan lain pada saat bulan
Ramadhan tiba dan orang orang melaksanakan
puasa,pada siang hari bayi tersebut tidak mau
minum,kecuali saat tibanya berbuka puasa baru bayi tersebut baru mau minum,hal tersebut terus terjadi
hingga iya semakin besar,makin besar iya makin
banyaklah keanehan keanehan yang terjadi dengan
dirinya,selain dipanggil dengan Datu Sulaiman beliau
juga dipanggil oleh masyarakat dengan nama Datu
Burung,kenapa jadi dipanggil Datu Burung hal ini ada kejadiannya,pada suatu hari beliau yang pada saat itu
masih kanak kanak disuruh oleh orang tuanya untuk
menunggu padi yang pada saat itu tengah dijemur,padi
tersebut dijaga supaya jangan sampai dimakan ayam
dan binatang lainnya,sebagai anak yang patuh dan
berbakti dengan orang tuanya beliau tidak menolak,tapi apa yang terjadi...apa yang dilakukannya membuat
orang tuanya dan seluruh masyarakat kampung
menjadi gempar,ternyata untuk melaksanakan tugas
yang diberikan orang tuanya beliau naik keatas pohon
pisang yang dekat dengan jemuran tersebut,lalu duduk
diatas daun pisang tersebut...anehnya jangankan patah daun pisang tersebut,lenturpun tidak dan sejak beliau
menunggui jemuran tersebut tak seekor ayam pun yang
berani mendekat.
tidak tercatat apakah setelah beliau dewasa,beliau
menyebarkan ilmu ilmunya atau diketahui siapa guru
guru beliau,yang ada cuma kesaktian kesaktian beliau yang masih disimpan masyarakat sampai kini,pada
suatu ketika belanda mau menyerang desa Padang
Basar amuntai dan sekitarnya,karena desa Padang
Basar terletak ditepi sungai Tabalong maka Belanda
melakukan penyerangan melalui sungai dengan kapal
laut,mengetahui hal tersebut masyarakat segera melaporkan hal tersebut kepada Datu Sulaiman
"Datu !!..Belanda mau menyerang kampung kita,mereka
sedang dalam perjalanan menuju ke sini" kata salah
seorang warga melapor.
"Tenang ..mereka takkan sampai kesini" sahut Datu
Sulaiman. "mereka sudah dekat Datu,mari kita siapkan
segalanya"....
"baik..panggil semua kawan kawan kumpul semua.."
setelah semua pejuang berkumpul beliau lalu mengajak
mereka semua ketepi sungai Tabalong,beliau mencari
tali lalu dibentangkan melintang keseberang sungai. "untuk apa tali itu dibentangkan menyeberang
sungai ..Datu" tanya seorang warga.
"untuk menghalangi kedatangan Belanda ke daerah
kita..."sahut Datu Sulaiman.
benar saja ketika Belanda mendekati kampung Padang
Basar mereka melihat bahwa sungai yang mereka arungi buntu,dan akhirnya merekapun berbalik arah
tidak jadi menyerang daerah Padang Basar dan
sekitarnya.
konon kabarnya apabila Datu Sulaiman ingin makan
ikan,ikan yang sedang berkeliaran bebas disungai
beliau ambil begitu saja,tanpa menggunakan alat yang lazim dipakai orang,dan juga bila beliau ingin
(mengurung ( bahasa banjar) menangkap ikan yang
berkeliaran disungai,beliau pancangkan empat buah
bilah atau tongkat berbentuk segi empat maka ikan
yang berada didalam keempat bilah tersebut tidak bisa
lepas. Pada suatu hari beliau menanam pohon Kutapi dimuka
rumah beliau,keada keluarganya beliau berpesan agar
tanaman tersebut dipelihara,kalau pohon Kutapi ini
sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka
ajalnya akan tiba,ternyata apa yang dikatakan beliau
benar adanya,pada saat pohon Kutapi tersebut sudah besar seperti pohon Kapuk atau Randu maka wafatlah
beliau.
sebelum beliau wafat beliau sempat berwasiat agar
supaya beliau dimakamkan di Kampung Padang Basar
yang merupakan kampung beliau,tapi ketika wafatnya
oleh pemerintah setempat beliau dimakamkan di kampung Pangacangan,karena tidak sesuai dengan
wasiat maka pada malam harinya salah seorang sanak
keluarganya bermimpi bahwa Datu Sulaiman kembali
berkubur ketempat yang sudah diwasiatkannya yaitu
dikampung Padang Basar,siang harinya kemudian dia
ceritakan kepada keluarga lainnya,oleh keluarga akhirnya disepakati untuk membongkar makam di
kampung Pangacangan dengan disaksikan seluruh
warga,anehnya mayat Datu Sulaiman benar benar tidak
ada dan mereka hanya menemukan buluh barencong
(bambu yang dibikin runcing),sedangkan dikampung
padang Basar muncul onggokan tanah dan onggokan tanah tersebutlah yang diyakini oleh seluruh
masyarakat sebagai makam Datu Sulaiman dan
diziarahi sampai sekarang ...wallahu a'lam bissawab.
dan ini fhoto maqam beliau di desa pakacangan yg hasil admint sendiri ziarah pada tanggal 05 - 10 - 2013
Syekh Abdurrahman Shiddiq ( Wali Kadap )
beliau seorang wali Allah SWT yg bnyak sekali murid beliau dari desa jingah rabit alabio dan ada juga dari daerah jawa ,
dan maqam beliau berada di muka rumah beliau di jingah rabit alabio
dan fhoto ini hasil ziarah admint sendiri tgl 05 - 10 - 2013
dan maqam beliau berada di muka rumah beliau di jingah rabit alabio
dan fhoto ini hasil ziarah admint sendiri tgl 05 - 10 - 2013
Langganan:
Postingan (Atom)