Makam Siti Fatimah binti Maimun berada di Desa Leran,
Kecamatan Manyar, Gresik, tidak begitu jauh dari lokasi Masjid Malik Ibrahim
Makam Siti Fatimah binti Maimun berada di sebuah kompleks
datar yang luas, dengan makam-makam tua di sekelilingnya.
Kabarnya Makam Siti Fatimah binti Maimun adalah makam Islam
yang paling tua di wilayah Asia Tenggara. Siti Fatimah merupakan penyebar agama
Islam di wilayah Giri sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
Gresik.
Selain keunikan cungkup Makam Siti Fatimah binti Maimun yang
terbuat dari batu putih, di kompleks Makam Siti Fatimah binti Maimun yang
sangat luas ini juga terdapat beberapa kubur yang sangat panjang, jauh lebih
panjang dari kubur yang lazim, sehingga sering disebut sebagai Makam Panjang.
Makam Siti Fatimah berada di dalam kelambu. Berjajar di
samping Makam Siti Fatimah adalah makam Putri Kamboja, Putri Kucing, dan Putri
Keling. Nisan makamnya ditutup kain putih yang sudah mulai terlihat lusuh.
Makam Siti Fatimah binti Maimun di balik kelambu putih, dan
berpagar kisi besi. Ukuran nisan dan panjang Makam Siti Fatimah binti Maimun
ini tidak berbeda dengan makam para dayangnya.
Di makam inilah ditemukan peninggalan berupa Batu Nisan
Leran, sebuah batu nisan dengan pahatan kaligrafi bergaya Kufi, yang merupakan
model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi yang ada. Namun Batu
Nisan Leran ini telah dipindahkan ke Museum Trowulan pada tahun 1997.
Inskripsi pada Prasasti Batu Nisan Leran terdiri dari tujuh
baris, yang terjemahannya:
Dengan Nama Allah (Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang).
Semua yang ada
di bumi adalah fana. Dan yang kekal hanya Dzat Tuhanmu yang
mempunyai Kebesaran
dan Kemuliaan. makam perempuan yang tak berdosa,
yang lurus, binti Maimun, bin Hibatu’llah, yang meninggal
hari Jum’at delapan Rajab (setelah tujuh malam berlalu)
tahun 475, dengan rahmat
Allah Yang Maha Mengetahui semua yang gaib, Tuhan Yang Maha
Agung dan Rasul-Nya yang mulia.
Orang pertama yang menemukan dan membaca inskripsi Batu
Nisan Leran, menurut Mahammad Yamin, adalah peneliti asal Belanda bernama JP
Moquette pada 1911, kemudian Paul Ravaisse (berkebangsaan Perancis) melakukan
beberapa perbaikan. Adalah Mohammad Yamin yang membaca angka tahun 475 H atau
1082 M, bukan 495, sebagai tahun meninggalnya Siti Fatimah, yang konon
disebabkan oleh wabah yang sangat ganas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar