Tuan guru KH. Ismail dilahirkan di Kupang Belangmas sekitar
± 3 km dari kota Rantau. Ayahanda beliau bernama H. Muhammad bin H. Abdullah
sedangkan ibunda beliau bernama Hj. Fatimah. Tuan guru H. Ismail di didik dalam
lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan ibadah agama. Kakek Tuan guru
H. Ismail yaitu H. Abdullah mempunyai hubungan keluarga yang sangat dekat
dengan Tuan guru KH. Muhammad, Gadung. Oleh sebab itu Tuan guru H. Ismail
mempunyai hubungan zuriat Datu Gadung Syeikh Salman al-Farisi.
Lingkungan keluarga yang taat dalam menjalankan ibadah agama
sangat berdampak pada perkembangan pendidikan keagamaan Tuan guru H. Ismail.
Mulai kecil beliau sudah dididik dalam hal keagamaan dan orang tua beliau cukup
ketat dalam memberikan pendidikan agama terhadap anak-anak. Lingkungan keluarga
inilah merupakan salah satu yang dapat mendorong beliau mempunyai ilmu
pengetahuan agama dan menyelesaikan pendidikan agama.
A. Riwayat Pedidikan (mengaji)
Mengaji di Nagara
Kebanyakan orang-orang alim yang berasal dari Tapin imumnya
pada awalnya mengaji di Nagara, Hulu Sungai Selatan. Demikian juga yang
dilakukan oleh tuan guru KH. Ismail, beliau mengaji di Nagara dengan tuan
guru-tuan guru yang berada di Nagara untuk mengaji berbagai kitab-kitab. Ilmu
pengetahuan agama yang dipelajari selama mengaji di Nagara adalah tauhid,
fiqih,tasauf. Setelah beberapa tahun mengaji di Nagara dengan tuan guru-tuan
guru disana untuk mengaji berbagai kitab yang berhubungan dengan tauhid, fiqih
dan tasawuf serta ilmu pengetahuan agama lainnya. Tuan guru KH. Ismail selama
di Martapura juga mengaji secara khusus dengan mendatangi Tuan guru KH.
Abdurrahman (Guru H. Adu) orang tua Tuan guru KH. Husein Qadri, tunggulirang.
Denga tuan guru KH. Abdurrahman, beliau banyak mendapatkan
ilmu pengetahuan agama dan lebih mendalami lagi. Untuk memperdalam ilmu
pengetahuan agama sangat diperlukan dengan mendatangi tuan guru-tuan guru
secara khusus di rumah. Sekitar ± 5 tahun beliau mengaji di Martapura, oleh
orang tua beliau dikirim ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama.
Mengaji ke Mekkah
Tuan guru KH. Ismail adalah orang yang merasa tidak puas
dengan ilmu pengetahuan agama yang sudah dimiliki, beliau selalu merasa ilmu
pengetahuan agama yang dimilikimasih kurang dan ingin terus memperdalam ilmu
agama. Oleh sebabitu beliau disuruh oleh orang tua untuk menuntut ilmu
pengetahuan agama di Mekkah. Mengaji di Mekkah tidak berapa lama karena
disebabkan situasi disana yang kacau dengan adanya perang saudara. Situasi yang
kurang menguntungkan inilah bagi warga Negara asing terutama bangsa Indonesia
yang berada di Mekkah untuk kembali ke tanah air.
Menurut catatan dari Tuan guru KH. Ismail bin H. Muhammad
ketika beliau berada di Mekkah bahwa ada beberapa alim ulama yang tidak lagi
sembahyang di Masjidil Haram. Mereka yang tidak lagi sembahyang di Masjidil
Haram ini berbeda dengan pendapat kaum hawabi yang menguasai mekkah termasuk
Tuan guru KH. Ali al-Banjari zuriat Datu Kalampayan yang menjadi guru di mekkah
tidak mengikuti imam di Masjidil Haram. Ketika anak tuan guru KH. Ali yaitu
tuan guru H. Husein Wali sembahyang di masjidil haram tidak mengikuti imam
melainkan melaksanakan sendiri dan diikuti oleh murid-murid beliau. Apa yang
dilakukan tuan guru KH. Husein Wali tersebut tersebar di masyarakat mekkah
bahwa beliau tidak mengikuti imam pada waktu sembahyang. Padahal imam yang
memimpin sembahyang di masjidil haram merupakan imam pilihan yang telah
ditunjuk oleh raja.
Atas kejadian ini orang tua beliau KH. Ali al-Banjari
dipanggil oleh raja untuk disidang dan tuan guru KH. Ali meminta agar imam
tersebut juga dihadirkan. Dalam pertemuan tersebut tuan guru KH. Ali
menyampaikan beberapa pertanyaan tentang tauhid kepada imam masjidil haram .
jawaban yang disampaikan oleh imam masjid seolah-olah Tuhan sama dengan makhluk
(manusia) mempunyai tangan dan kaki maka itu Mujassimah.
B. Mengembangkan syiar Islam
Bidang Dakwah
Tuan guru KH. Ismail telah mengaji dimana-mana, beliau
kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan agama dengan membuka
pengajian-pengajian. Di rumah beliau di Kupang Belangmas Rantau membuka
pengajian dengan berbagai kitab yang disampaikan mengenai tauhid, fiqih, tasauf
dan berbagai rukun-rukun. Di samping memberikan pengajian di rumah, beliau juga
memberikan pengajian di langgar-langgar seperti langgar Timbung, langgar Banua
Padang. Tuan guru KH. Ismail dalam memberikan pengajian sering diselingi dengan
hal-hal yang lucu membuat jemaah yang mendengar menjadi segar tidak merasa
jenuh.
Tuan guru KH. Ismail juga memberikan pengajian kepada
masyarakat yang menghajatkan kepada beliau menyampaikan pengajian agama, selain
memberikan pengajian secara rutin. Dalam meberikan pengajian dilakukan beliau
dengan naik sepeda walaupun daerah yang dituju cukup jauh dan sulit dijangkau
Panitia Pembangunan Mesjid Tajul Qurra Kupang
Tuan guru KH. Ismail merupakan salah satu pemprakarsa
pembangunan mesjid Tajul Qurra di Kupang Rantau . Pembangunan mesjid
dikarenakan masyarakat kupang kalau melaksanakan sembahyang jumat, mereka pergi
ke masyarakat Baiturrahman di Rantau yang berjarak ± 3 km. pada masa itu mesjid
yang ada di sekitar rantau hanya mesjid Baiturrahman yang lainnya tidak ada.
Jauhnya masyarakat kalau melaksanakan sembahyang jumat yang harus menempuh
jarak ± 3 km, maka tuan guru KH. Ismail dengan beberapa tokoh masyarakat beinisiatif
membangun mesjid di Kupang. Keinginan ingin membangun mesjid di kupang disambut
gembira oleh masyarakat dengan cara bergotong royong mendirikan mesjid.
Masyarakat begotong royong membeli kayu dan bahan bangunan lainnya serta
bekerja bersama-sama membangun mesjid sebagai keinginan mereka. Setelah selesai
membangun mesjid dan mesjid tersebut diberi nama dengan mesjid Tajul Qurra.
Khotbah yang disampaikan setiap shalat jumat menggunakan bahasa arab sama
seperti yang dilakukan di mesjid Keramat, Banua Halat
C. Berpulang ke Rahmatullah
Tuan guru KH. Ismail menunaikan rukun islam yang kelima naik
haji ke mekkah bersama istri beliau pada tahun1957. Pada saat menunaikan ibadah
haji di mekkah, Tuan guru KH. Ismail jatuh sakit dan sempat dibawa ke rumah sakit.
Namun usaha ini tidak dapat menolong beliau dan akhirnya menghembuskan nafas
terakhir dengan usia ± 63 tahun. Tuan guru KH. Ismail dikuburkan di pemakaman
di Mekkah yaitu Mu’ala.
D. Keramat Beliau
Tubuh Masih Utuh
Kekeramatan Tuan guru KH. Ismail dapat ditunjukkan oleh
badan beliau tidak rusak walaupun sudah beberapa tahun meninggal dunia. Hal ini
disampaikan oleh Hj. Amnah yang msih ada hubungan keluarga dengan Tuan guru KH.
Ismail ketika naik haji sempat ziarah ke makam beliau di Mu’ala. Waktu mereka
ziarah masuh diperbolehkan oleh petugas penjaga makam untuk melihat jasad dan
Subhanallah tubuh Tuan guru KH. Ismail masih utuh dipelihara oleh Allah
walaupun sudah beberapa tahun beliau meninggal dunia.
Menjaga Kampung
Pada masa penjajahan belanda, bangsa Indonesia di kuasai
oleh Belanda mulai pusat sampai ke daerah tidak kecuali ke daerah Tapin.
Suasana menjadi tidak aman, namun daerah kupang tidak dapat dikuasai oleh
Belanda karena apabila ingin memasuki daerah Kupang melihat seperti lautan .
keadaan seperti ini sama dengan daerah gadung di Kecamatan Bakarangan yang
tidak dapat dimasuki oleh belanda. Tuan guru KH. Ismail memagari kampung kupang
dengan doa-doa agar kampung terhindar dari maksud jahat dari luar
Ada yang Menjaga Rumah
Pernah terjadi pencuri ingin mengambil barang Tuan guru H.
Ismail di rumah pada malam hari. Ketika pencuri ingin memasuki rumah beliau,
pencuri diserang oleh serangga (katikih) sehingga pencuri membatalkan niatnya
untuk mencuri karena tidak mampu memasuki rumah. Kejadian ini tidak hanya
terjadi satu kali saja tetapi setiap kali orang berkeinginan jahat mengambil
barang beliau di rumah tidak dapat memasuki karena diserang oleh serangga. Hal
ini disampaikan oleh pencuri yang sudah isyaf dan tidak lagi melakukan
kejahatan mengambil barang orang lain yang menceritakan mengenai keramat Tuan
guru H. Ismail.
Diposkan oleh muhammad amirul amin
http://riwayat-ulama.blogspot.com/2012/04/kh-ismail-kupang-rantau.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar