Segala puji
bagi Allah yang telah menganugerahkan kita segala rahmat-Nya sehingga kita
dapat merasakan ni'matnya iman, islam dan ihsan. Dan hanya dengan berkat
pertolongan Allah swt saya dapat menyusun sebuah biografi salah seorang ulama
yang asal Tarim Hadramaut pada abad ke 14 H, yaitu Habib Umar bin Alwi bin Abi
Bakar Al-Kaff yang bergelar "Sibawaihi pada zamannya ", biografi ini
saya kutip dari berbagai sumber, besar harapan saya semoga dapat berguna bagi
saya pribadi dan pembaca sekalian.
Diantara hikmah
ulama mengatakan : "Barangsiapa menulis manaqib atau biografi seorang wali
karena Allah, maka dia akan beserta wali itu, dan barangsiapa membaca manaqib
waliullah didalam kitab-kitab tarikh karena cinta terhadapnya, maka seakan-akan
dia menziarahinya, dan barangsiapa menziarahinya diampuni dosanya selama dia
tidak menyakiti wali itu dan menyakiti orang muslim yang ditemuinya
dijalan".
Dan kata
Mufti diyar al-Hadhramiyah Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (Penulis
kitab Bughyah al-Mustarsyidin) : " seorang manusia tidak akan kenal
terhadap tuhannya kecuali setelah ia mengenal nabinya,dan tidak akan kenal ia
terhadap nabinya kecuali ia mengenal pendahulunya yang saleh wali Allah".
Salawat dan
salam semoga tercurah dan terlimpah kepada nabi besar Muhammad SAW, karena
dengan peninggalan beliau kita dapat mengambil warisan yang berharga melalui
pendahulu kita dan guru-guru kita.
Saya ucapkan
terimakasih atas kerjasama teman-teman dalam merealisasikan manaqib ini, dan
terimakasih khusus saya ucapkan kepada guru kami yang mulia Al-Habib Idrus bin
Umar Al-Kaff yang telah mengijazahkan (memberi ijazah sanad) seluruh kitab
karangan ayah beliau kepada kami semoga Allah memanjangkan umur beliau sehingga
kita senantiasa mengambil faidah darinya. Dan saya mohon maaf jika dalam
penulisan manaqib ini terdapat kesalahan dan kekeliruan karena itulah sudah
batas kemampuan saya. Akhirnya hanya kepada ALLAH kita memohon petunjuk, semoga
kita dimudahkan jalan menuju kehidupan yang bahagia didunia dan akhirat kelak
dan semoga apa yang saya persembahkan ini ikhlas karena Allah semata. Amien ya
Robbal 'Alamien.
Hadramaut, 5
Safar 1429 H Penulis
M. Nuruddin
(Aidin) bin Nurani al-Banjari MAHASISWA UNIVERSITA AL-AHGAFF AL-ALLAMAH
AL-HABIB UMAR BIN ALAWI BIN ABI BAKAR AL-KAFF (Sibawaihi Zamannya)
Contents
[hide]
1 Nasab dan
Kelahiran beliau
2
Guru-gurunya
3 Akhlak dan
Hidup bermasyarakat
4
Karya-karyanya
5
Murid-muridnya
6 Karamahnya
7 Wafatnya
Nasab dan
Kelahiran beliau
Nasab beliau
as-Sayyid al-Imam al-Allamah al-Habib Umar bin Alwi bin Abi bakar bin Ahmad bin
Abdurrahman bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Ahmad (al-Kaff) bin Muhammad bin Ahmad bin Abu bakar bin Muhammad
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin
Muhammad (Shahib al-Mirbath) bin Ali (Khali' al-Qasam) bin Alwi bin Muhammad
bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir bin Muhammad bin al-imam
Ali al-'Uraidhi bin Ja'far Asshadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal
'Abidin bin Husain as-Sibth bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah
az-Zahra binti Rasulullah Muhammad SAW.
Beliau
dilahirkan di kota Tarim al-Ganna' pada tanggal 8 Rabi'ul awwal 1325 H, dari
orang tua yang mulia yang bernama Habib Alwi bin Abu bakar bin Ahmad al-Kaff
dan Syarifah Alawiyah binti Ahmad bin Alwi as-Sari.
Pada masa
kecilnya beliau ditinggal ayahnya berimigrasi ke wilayah Asia, dan pada masa
kanak-kanak beliau ditinggalkan oleh ibunya yang tercinta pergi untuk
selamanya, sehingga beliau pertama kalinya dididik dan dibesarkan dibawah
asuhan kakek beliau ayah dari ibu yaitu seorang wali yang saleh Habib Ahmad bin
Alwi as-Sari (yang menurut keterangan dari kaum shalihin Habib Ahmad as-Sari
ini memiliki hal ihwalnya al-Faqih al-Muqaddam). Beliau selalu mengarahkan
cucunya untuk belajar mengambil manfaat ilmu dari para guru dan ulama yang
saleh di Tarim dan sekitarnya, juga selalu memperhatikan dan membimbing dengan
penuh kasih sayang, sehingga beliau ini sangat berkesan dikehidupan cucunya,
oleh sebab itu tidak diragukan lagi beliau adalah " Syekh al-Fath "
cucunya ini.
Diriwayatkan
:
لولا المُربِّي ماعرفتُ ربِّي " jika seandainya tidak ada
murabbi (pembimbing) maka aku tidak akan kenal tuhanku " <r> Jalan
pendidikan sayyid Umar ini dimulai dari belajar al -Qur'an, membaca dan menulis
di salah satu madrasah favorit dikota tarim yaitu "Madrasah 'Ulmah
Bagharib" kemudian pindah ke madrasah "Jam'iyatul Haq" (yang
dirintis tahun 1334 H), madrasah ini mempunyai metode atau kurikulum pelajaran
yang sangat padat dalam konsentrasi keilmuan islam dan bahasa melebihi madrasah
lain.
Sebagai
ekstrakurikuler, ia berpindah-pindah antara Rubath dan Zawaya dalam rangka
mempelajari berbagai ilmu yang berbeda dari para ulama dan pakar terkemuka. Dan
demi sebuah penguasaan disipilin ilmu ia tidak jarang berusaha untuk
betul-betul Tahqiq dalam suatu pembahasan.
Di masa-masa
dahaga akan ilmu hampir seluruh waktunya hanya digunakan untuk ilmu, bergadang
adalah suatu rutinitas kesehariannya guna mengulang dan mempelajari kitab.
Disamping selalu berdiskusi dengan para ulama, sampai akhirnya beliau mahir
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti Nahwu (Gramatikal Arab),
Sharaf, Balaghah, Fiqh, Tafsir, Tarikh, ilmu Nasab sehingga melebihi
teman-temannya.
Guru-gurunya
Guru beliau
dapat dikatagorikan banyak, sebab sejak masa kecilnya sudah belajar dengan
ulama kaliber Tarim, juga dengan para ulama dari berbagai penjuru yang datang
ke Tarim untuk ziarah.
Diantara
guru-guru beliau:
• Al-Habib
Al-Allamah Ahmad bin Alwi as-Sari.
• Al-Habib
Al-Allamah Abu Bakar bin Muhammad bin Ahmad as-Sari Jamalullail.
• Syekhul
Islam Al-Habib Al-Allamah Abdullah bin Umar bin Ahmad as-Syatiri.
• Al-Habib
Al-Allamah Ahmad bin Umar bin Awad as-Syatiri.
• Al-Habib
Al-Allamah Alwi bin Abdullah bin Syihab.
• Al-Habib
Al-Allamah Alwi bin Abdurrahman al-Masyhur.
• Al-Habib
Al-Allamah Ali bin Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur.
• Al-Habib
Al-Allamah Abdullah bin Idrus Al-Aydrus.
• Al-Habib
Al-Allamah Abdul bari bin syekh Al-Aydrus.
• Al-Habib
Al-Allamah Salim bin Hafidz bin Syekh Abi Bakar.
• As-Syekh
Al-Allamah Abi Bakar bin Ahmad al-Khatib.
• As-Syekh
Al-Allamah Muhammad bin Ahmad al-Khatib.
• As-Syekh
Al-Allamah Taufiq Faraj Aman.
Beliau juga
mempunyai guru-guru tabarruk (ambil berkah) diantaranya :
• Al-Habib
Al-Allamah Ali bin Muhammad al-Habsyi ( shahib simthuddurrar ).
• Al-Habib
Al-Allamah Ahmad bin Hasan al-Attas.
• Al-Habib
Al-Allamah Muhammad bin Hadi as-Seqqaf.
• Al-Habib
Al-Allamah Ahmad bin Abdurrahman as-Seqqaf.
• Al-Habib
Al-Allamah Abdurrahman bin Ubaidillah as-Seqqaf dan lain-lain. Sedangkan
karirnya sebagai guru di Rubath Tarim di tahun 1340 H setelah Shubuh dan
Maghrib, dan tiap pagi di madrasah al-Kaff sampai madrasah ini digabung dengan
madrasah al-Ukhuwah Wal Mu'awanah.
Beliau juga
memimpin pelajaran di kubah keluarga besar Abdullah bin Syekh al-Aydrus pada
tahun 1376 H dalam fan nahwu, fiqih dan tafsir sampai wafat beliau.
Di tengah
kesibukan mengajar antara rubath dan madrasah, rumahnya juga selalu terbuka
untuk para pelajar, sehingga seluruh waktu digunakannya untuk ilmu dan mengajar
dari fajar sampai malam.
Gregetnya
yang luar biasa untuk menyebarkan ilmu sehingga tak ayal waktu bepergian pun
digunakan untuk mengajar. Tepatnya waktu beliau pergi untuk melaksanakan ibadah
haji pada tahun 1415 H (haji yang kedua kalinya), Sayyid Abdul Qadir bin Salim
bin Alwi al-Khirid meminta waktunya untuk mengajarkan sebagian pelajaran nahwu
dan fiqih kepada anak dan para muridnya, juga para pelajar yang ada di Jeddah,
maka dengan senang hati beliau kabulkan permintaan tersebut tanpa ragu-ragu.
Dan mereka berdatangan pada waktu pagi ke kediaman beliau, demikian itu
berlangsung selama tiga bulan lebih, sehingga banyaklah yang mereka ambil dari
beliau baik ilmu maupun adab.
Mereka yang
belajar kepada beliau di Saudi arabia ini sangat banyak, kalangan ulama Makkah
lebih khusus kalangan imigran Hadhramaut dan Jeddah yang berdomisili disana,
diantara mereka adalah menantunya yang juga putra dari gurunya yaitu As-Sayyid
Al-Allamah Muhammad bin Ahmad as-Syatiri (pengarang Syarh Yaqut an-Nafis),
Al-Imam Al-Allamah Ahmad bin Masyhur al-Haddad dan Imamnya ulama khalaf
pengganti ulama salaf Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Seqqaf.
Pada suatu
acara kumpulan ulama di Jeddah, para pemuka dan pemudanya dimana dalam acara
itu hadir Al-Habib umar al-Kaff ini, Habib Abu Bakar Aththas bin Abdullah
al-Habsyi berkata : Wahai para pemuda (pelajar)….bahwasanya ulama salafushalih
yang ada di Tarim telah mengutus sebagian dari mereka yaitu Al-Habib Umar bin
Alwi…kepada kalian supaya dapat menikmati dengan memandangnya bagi mereka yang
tidak pernah pergi ke Hadramaut, pandanglah beliau dan beliau akan memandang
kalian agar terjalin hubungan dengannya, sungguh ulama salaf telah mengirimnya
untuk hal yang penting ini bukan karena untuk haji sebab beliau sudah haji pada
tahun yang lewat ".
Ketika
beliau berada di Jeddah ini juga datang ziarah ke kediaman beliau, Al-Allamah
Habib Prof.DR Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani membaca kitab dihadapan
beliau juga mengijazahinya.
Cara beliau
dalam menyampaikan pelajaran sangat menyenangkan hati dan menarik jiwa
pendengarnya, memberikan penjelasan dengan ayat-ayat al-Qur'an dan
hadits-hadits nabawi serta dengan bait-bait sya'ir disamping itu juga diselingi
dengan ilmu yang langka dan kisah-kisah yang berkesan. Kepiawaian dalam
mentransfer maklumat kepada hati para pendengarnya, ini bisa dilihat ketika
beliau menerangkan "Alfiah ibn malik" dalam ilmu nahwu terlihat
beliau asyik tenggelam dalam menerangkannya hampir-hampir menetes air liur
beliau karena sangat asyiknya menerangkan kitab tersebut, beliau berbicara
(mengajar) beberapa jam lamanya tanpa memandang kitab, kiranya tidak ada yang
menyainginya dibidang ilmu ini, tidak heran bila beliau digelari
"Sibawaihi" pada masanya.
Sayyid
Husain bin Idrus Aided bercerita : "Sudah dikenal bahwa guru kami (Habib
Umar al-Kaff) menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebarkan ilmu dengan penuh
kemurahan sampai wafatnya, seluruh kegiatannya untuk kajian dan diskusi
keilmuan, benar-benar beliau telah menunaikan kewajibannya yang sangat sulit;
karena beliau termasuk orang yang berkompeten dalam bidang ilmu bahasa Arab
(ilmu alat), meski sangat dalam dan sulitnya ilmu itu beliau mampu menguasainya
dan menyajikan kepada murid-muridnya sesuai dengan selera sehingga beliau
digelari " Sibawahi " zamannya".
Ia telah
mempersembahkan sesuatu yang indah dan mahal harganya dalam menjalankan
kepentingan ilmu dengan jalan lebih utama, tidak menjadikan ilmu itu sebagai
usaha untuk mencari penghasilan alias sisi materi dunia belaka, bahkan ia
menjadikan para pelajar sebagai tamu kehormatan di rumahnya dan menyuguhkan
kepada mereka beberapa jamuan, sebagai motivator mereka dalam menuntut ilmu,
lebih lagi ketika dipadu dengan hikayat-hikayat serta dan diselingi humor,
untuk memberi semangat kepada mereka, metode ini merupakan metodologi
pendidikan yang benar dan tepat.
Ketika sudah
berusia lanjut ia mengadakan pelajaran nahwu, fiqh dan sejarah di kediamannya
pada tiap sore ahad, mayoritas (kebanyakan) ulama, pemuka dan pemuda tarim saat
itu ikut serta melahap hidangan intelektual itu.
Akhlak dan
Hidup bermasyarakat
Ia dikenal
begitu rendah diri, tidak suka pamer dan popularitas, bahkan beliau memandang
diri beliau sendiri paling rendahnya manusia dalam ilmu dan amal, tidak
menyukai perkataan yang sia sia dan berceloteh. Apabila berkata tidak lain
kecuali perkataan yang berfaedah dan dengan susunan kata yang menyenangkan para
pendengarnya.
Apabila
menegur suatu perbuatan yang jelek maka dengan teguran yang sopan, berbudi dan
mendidik. Maksudnya apabila beliau melihat seseorang berbuat sesuatu yang jelek
maka beliau tegur (biasanya kalau seorang ayah/guru melihat anak/muridnya
berbuat sesuatu kejelekan maka ia akan menegurnya dengan kasih tidak dengan
kasar), apabila menasehati maka dengan jalan yang meyakinkan, mempunyai sifat
yang terpuji serta lisan yang selalu basah dengan zikir baik di rumah ataupun
di jalan, sebagaimana dikatakan murid beliau sayyid Husain Idrus Aided : Habib
Umar memiliki akhlak yang tinggi, tidak pernah memberi tahu orang yang duduk
bersamanya bahwa ia berilmu yang tinggi atau mempunyai kemuliaan yaitu
kemuliaan yang menarik perhatian orang disekitarnya dan mengumpulkan pengikut
dibelakangnya (biasanya kalau orang itu mulia dan punya pengaruh ia banyak
punya pendukung/pengikut), inilah puncak daripada kerendahan hati.
Sopan santun
dan manisnya perkataannya juga diakui oleh para pribadi yang nota bene tidak
sepaham dengannya, diceritakan oleh putranya yaitu Sayyid Idrus Umar al-Kaff :
" Saat aku bersamanya (Habib Umar) dirumahnya tiba-tiba datang salah
seorang pegawai pemerintah dan bersamanya seorang orientalis asal Jerman yang
kebetulan seorang sejarawan, bertujuan ingin meminta keterangan tentang sejarah
hidup komunitas ibadhiyin di Tarim pra perkembangan golongan alawiyin, maka
beliau menjawab dengan jawaban yang ilmiah dan logis, dengan gaya bahasa yang
luar biasa dari sisi Nahwu, Sharaf dan Balagah. Sebagaimana beliau juga adalah
referensi dalam ilmu sejarah khususnya biografi para ulama salaf bani Alawi dan
lainnya".
Walhasil,
rendah diri dan kecintaan terhadap penuntut ilmu sekaligus selaku motivator
mereka dalam belajar merupakan "warisan" dari keluarga dan salafus
shalihnya, tidak heran bila tiap orang yang datang atau duduk bersama beliau
menjadi senang. Inilah karakteristiknya yang seyogyanya menjadi cermin teladan
bagi generasi sekarang lebih spesifiknya para ulama (jangan hanya karena
perbedaan pendapat lalu menjadi ajang perang hina ini bukan ulama sebenarnya,
Wallahua'alam)
Sayyid
al-Fadhil Abdul Qadir bin Abdurrahman al-Junaid - ketika menyebutkan biografi
guru-gurunya dalam kitabnya "Durr al'Uquud al Jahizah"
mengkategorikan Habib Umar al-Kaff ini sebagai guru utamanya, dalam kajian
kitab Minhaj (fiqh) dan Alfiah (nahwu) : Ketika para guru habib Umar wafat,
kepemimpinan ulama di Tarim jatuh ke tangannya dan jadilah beliau sebagai orang
yang diutamakan dalam majelis ilmu dan aktifitas relegius (keagamaan) lainnya.
Adapun
kegiatan sosialnya sangat banyak, seperti mendamaikan orang yang berseteru,
menikahkan orang, menuliskan wasiat, membagi harta warisan dan membantu
melepaskan segala kesusahan umat dsb. Beliau memimpin majelis fatwa di kota
Tarim dari tahun 1410 – 1411 H.
Beliau
mempunyai jangkauan yang luas dalam silaturrahim, membantu orang yang berhajat,
menolong orang yang memohon pertolongan, menjenguk orang yang sakit dan yang
lanjut usia, tidak pernah terlambat kalau diundang dalam suatu perkumpulan
ataupun acara penting, selalu aktif menghadiri majelis khusus atau umum
walaupun usia beliau sudah lanjut, dengan dibantu murid-murid beliau atau ulama
Tarim untuk menghadiri tersebut seperti al-Allamah Syekh Fadhl bin Abdurrahman
Bafadhal, Sayyid Abdullah bin Muhammad bin Syihab dan Sayyid Ali Masyhur bin
Muhammad bin Hafizh.
Karya-karyanya
Beliau
menguasai berbagai bidang ilmu sebagaimana telah tersebut sehingga banyak pula
karangan beliau diantaranya : Khulashat al Khabar, al-Faraid al Jauhariah,
Tuhfata al Ahbab, Assharhul Mumarrad Wafakhrul Muabbad, Mawahib al Quddus, al
Khabaya Fi az-Zawaya, Irsyad at-Thalib an-Nabiih, Atthib al Anbari, dan
Ta'liqat 'Ala Alfiah ibnu Malik.
Murid-muridnya
Muridnya
terhitung sangat banyak karena tidak ada dari ulama Tarim yang tidak pernah
belajar kepadanya, bahkan bukan dari Tarim saja yang belajar kepada beliau,
melainkan juga dari berbagai kota di Hadramaut khususnya dan Yaman pada umumnya
dan luar Yaman.
Diantara
mereka yang termasuk murid mutaqaddimin (terdahulu) adalah:
• Al-Allamah
Habib Salim bin Thalib al-'Athas.
• Al-Allamah
Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh.
• Al-Allamah
Habib Muhammad bin Alwi bin Syihab.
• Al-Allamah
Habib Salim bin Alwi al-Khirid.
• Al-Allamah
Habib Hamid bin Abdul Hadi al-Jailani dan lain-lain.
Diantara
murid beliau yang termasuk mutaakhirin (masanya dibelakang dari masa mereka
diatas) adalah :
• Habib
Abdullah bin Muhammad bin Syihab (sesepuh ulama Tarim).
• Anak
beliau sendiri as Sayyid al-Fadhil Idrus bin Umar al-Kaff (Ketua umum
administrasi fakultas Syari'ah Universitas al-Ahqaff Tarim).
• Almarhum
mufti Tarim Syekh Fadhl bin Abdurrahman Bafadhal (Guru di Rubath dan Dosen
fakultas Syari'ah Universitas al-Ahgaff).
• Al-Allamah
Habib Prof.DR.Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani Makkah.
• Al-Allamah
al-Mufti Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Hafizh (Ketua majelis fatwa Tarim
sekarang dan pendiri sekaligus pengasuh pesantren Darul Mustafa).
• Habib Umar
bin Muhammad bin Hafizh (Dekan Pondok Pesantren Darul Mustafa).
• Habib Zein
bin Ibrahim bin Smith (Pengasuh Rubath di Madinah Saudi Arabia).
• Habib
Salim bin Abdullah bin Umar as-Syatiri (Pengasuh Rubath Tarim).
• Habib
Abdul Qadir Jailani bin Salim al-Khirid Jeddah.
• Habib
Husain bin Idrus Aided (Dosen fakultas Syari'ah Universitas al-Ahqaff) dan
lain-lain.
Karamahnya
Bagi
tiap-tiap amaliah dan mujahadah itu ada buahnya, dan buahnya amal adalah
istiqamah dan nampaknya karamah. Sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf : الإستقامة أعظمُ الكرامة "Istiqamah adalah sepaling
besar karamah "
Mereka para
ulama seperti Habib Umar bin Alwi al-Kaff ini sejak lahirnya sampai wafatnya
sudah mencapai tingkatan pendidikan, ilmu, amal dan pergaulan dengan para ulama
yang saleh serta menjauhi kemewahan duniawi.
Karamah atau
sesuatu yang tidak sesuai dengan adat kebiasaan manusia bukanlah tuntutan juga
bukanlah puncak dari amal yang dikerjakan, akan tetapi sebagai tanda kebenaran
hubungan mereka dengan tuhannya. Sehingga jika seandainya tidak nampak pada
mereka suatu karamah, maka jalan hidup mereka menuju keridhaan Allah yang maha
kuasa dengan adab dan akhlak yang baik sudah merupakan kemulian yang besar
melebihi karamah.
Dalam
manaqib yang singkat ini tidak disebutkan karamahnya, karena tidaklah tujuan
kita dalam menulis manaqib ini untuk memasyhurkan atau memperkenalkan seorang
wali dengan karamahnya, melainkan untuk memperkenalkan kepada anak cucu kita
tentang pemeliharan dasar-dasar syari'at islamiyah dan menekankan tingkatan
edukatif (pengajaran atau pendidikan), sebagaimana yang dijalani oleh mereka
karena itulah tujuan dari syari'at Nabi Muhammad SAW.
Wafatnya
Pada hari
senin 26 Jumadil Awwal 1412 H, beliau berpulang ke rahmatullah dalam keadaan
sehat tanpa diawali sakit, karena waktu itu beliau mau bersiap-siap untuk
menyambut tamu dalam acara tasmiyah (pemberian nama) salah satu cucu beliau,
maka setelah bersuci, memakai pakaian dan harum-haruman, ruh beliau diambil
oleh yang Maha Kuasa dalam keadaan syahadah dan zikir.
Wafatnya
beliau merupakan suatu kesedihan yang amat mendalam bagi rakyat Yaman dan umat
islam umumnya. Surat dan telegram datang dari berbagai tempat sebagai ucapan
bela sungkawa. Jenazah beliau dishalatkan di Jabanah yang diimami oleh Habib
al-Quthb Abdul Qadir bin Ahmad as-Seqqaf, seluruh masyarakat Tarim ikut
menshalatinya dan juga masyarakat sekitarnya seperti Seiyun, Syibam dan
lain-lain. Kemudian jenazah beliau diantar keperistirahatan terakhir yaitu
maqbarah Zambal (pemakaman para sadah bani Alawi dan para wali) dengan
meninggalkan anak dua putra dan empat putri. Sebelumnya diceritakan bahwa Habib
Abdul Qadir bin Ahmad as-Seqqaf ingin berangkat ke Aden tatkala beliau berada
di Seiyun tapi selalu ada halangan tidak jadi berangkat, sehingga beliau
menerima berita duka wafatnya Habib Umar al Kaff, barulah setelah itu beliau
bisa berangkat ke Aden untuk kembali ke Jeddah Saudi Arabia setelah menghadiri
pemakaman habib Umar ini. Kemudian masyarakat Tarim mengadakan acara tahlilan
dan Ta'bin (kenang jasa) terhadap beliau setelah 40 hari dengan besar-besaran.
Sekian
sekapur sirih tentang biografi salah seorang ulama Tarim, semoga kita dapat
mengambil intisarinya dan bermanfaat untuk kehidupan kita. Aamiin ya Rabbal
'alamin.
Disarikan dari berbagai sumber.
Disarikan dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar