Membicarakan karamah Habib Sholeh tidak bisa lepas dari
peristiwa yang mempertemukan dirinya dengan Nabi Khidir AS. Kala itu, layaknya
pemuda keturunan Arab lainnya, orang masih memanggilnya Yik, kependekan dari
kata Sayyid, yang artinya Tuan, sebuah gelar untuk keturunan Rasulullah.
Suatu ketika Yik Sholeh sedang menuju stasiun Kereta Api
Tanggul yang letaknya memang dekat dengan rumahnya. Tiba-tiba datang seorang
pengemis meminta uang. Yik Sholeh yang sebenarnya membawa uang sepuluh rupiah
menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki. Pengemis itupun pergi,
tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena dijawab tidak ada, ia pergi
lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya. Ketika didapati jawaban yang
sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di saku kamu?” seketika Yik
Sholeh merasakan ada yang aneh. Lalu ia menjabat tangan pengemis itu. Ketika
berjabat tangan, jempol si pengemis terasa lembut seperti tak bertulang.
Keadaan seperti itu, menurut beberapa kitab klasik, adalah cirri fisik nabi
Khidir. Tangannya pun dipegang erat-erat oleh Yek Sholeh, sambil berkata, “Anda
pasti Nabi Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang pengemis pun berdoa, lalu
pergi sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang seorang tamu.Tak lama
kemudian, turun dari kereta api seorang yang berpakaian serba hitam dan meminta
Yik Sholeh untuk menunjukkan rumah habib Sholeh. Karena di sekitar sana tidak
ada yang nama Habib Sholeh, dijawab tidak ada. Karena orang itu menekankan ada,
Yik Sholeh menjawab, “Di daerah sini tidak ada, tuan, nama Habib Sholeh, yang
ada Sholeh, saya sendiri, “Kalau begitu andalah yang saya cari,” jawab orang
itu lalu pergi, membuat Yik Sholeh tercengang.
Sejak itu, rumah Habib Sholeh selalu ramai dikunjungi
oraang, mulai sekedar silaturrahmi, sampai minta berkah doa. Tidak hanya dari
tanggul, tetapi juga luar Jawa bahkan luar negeri, seperti Belanda, Afrika,
Cina, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Mantan wakil Presiden Adam malik
adalah satu dari sekian pejabat yang sering sowan kerumahnya. Satu bukti
kemasyhuran beliau, jika Habib Sholeh ke Jakarta, menjemputnya bejibun,
melebihi penjemputan Presiden,” ujar KH. Abdillah yang mengenal dengan baik
Habib, menggambarkan.
KH.Ahmad Qusyairi bin Shiddiq adalah sahabat karib habib.
Dulunya Habib Sholeh sering mengikuti pengajian KH. Ahmad Qusyairi di Tanggul,
tetapi setelah tanda-tanda kewalian Habib mulai menampak, ganti KH. Qusyairi
yang mengaji kepada Habib.
Menjelang wafat, KH. Qusyairi sowan kepada Habib. Tidak
seperti biasa, kala itu sambutan Habib begitu hangat, sampai dipeluk erat-erat.
Habib pun mnyembelih seekor kambing khusus menjamu sang teman karib. Disela-sela
bercengkrama, Habib mengatakan bahwa itu terakhir kali yang ia lakukan.
Ternyata beberapa hari kemudian KH. Qusyairi wafat di kediamannya di Pasuruan.
Tersebutlah seorang jenderal yang konon pernah mendapat
hadiah pulpen dari Presiden AS D. Esenhower. Suatu ketika pulpen itu raib saat
dibawa ajudannya kepasar (kecopetan). Karuan saja sang ajudan kalang kabut,
sehingga disarankan oleh seorang kenalannya agar minta tolong ke Habib Sholeh.
Sampai di sana, Habib menyuruh mencari di Pasar Tanggul. Sekalipun
aneh, dituruti saja, dan ternyata pulpen itu tidak ditemukan. Habib menyuruh
lagi, lagi-lagi tidak ditemukan. Karena memaksa, Habib masuk kedalam kamarnya,
dan tak lama kemudian keluar dengan menjulurkan sebuah Pulpen. “Apa seperti ini
pulpen itu? Sang ajudan tertegun, karena ternyata itulah pulpen sang jenderal
yang sudah pindah ke genggaman pencopet.
Nama Habib Sholeh kian terkenal dan harum. Kisah-kisah yang
menuturkan karamah beliau tak terhitung. Tetapi perlu dicatat, karamah hanyalah
suatu indikasi kewalian seseorang. Kelebihan itu dapat dicapai setelah melalui
proses panjang yaitu pelaksanaan ajaran Islam secara Kaffah. Dan itu dilakukan
secara konsekwen dan terus menerus (istiqamah), sampai dikatakan bahwa
Istiqamah itu lebih mulia dari seribu karamah.
Tengok saja komitmen Habib terhadap nilai-nilai keislaman,
termasuk keperduliannya terhadap fakir miskin, janda dan anak yatim, menjadi
juru damai ketika ada perselisihan. Beliau dikenal karena akhlak mulianya,
tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan berusaha menyenangkan hati
mereka, sampai-sampai dikenal tidak pernah permintaan orang. Siapapun yang
bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Habib Sholeh sering menimba sendiri air
sumur untuk mandi dan wudu para tamunya.
Maka buah yang didapat, seperti ketika Habib Ahmad Al-Hamid
pernah berkata kepada baliau, kenapa Allah selalu mengabulkan doanya. Habib
Sholeh menjawab, “Bagaimana tidak? Sedangkan aku belum pernah melakukan hal
yang membuat-Nya Murka.”
Sumber : Pustaka Muhibbin Share this post to other.
Diposkan oleh Asto
http://astocnc.blogspot.com/2011/06/karomah-habib-soleh-bin-muhsin-al-hamid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar