Nama, Kunyah, dan Nasab
Beliau adalah Al-Imam Al-Hafidz Al-Mutqin Ats-Tsiqah
Al-Faqih Al-Mujahid Syaikh Hanabilah sekaligus pemuka mereke pada masanya Abu
Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Khalaf Al-Barbahari, sebuah nama yang
dinisbahkan kepada Barbahar yaitu obat-obatan yang didatangkan dari India. [1]
Tempat Kelahiran dan Tanah Air
Berkata Syaikh ArRadadi: “Tidak ada satu pun sumber
(rujukan) yang berada di tangan kami yang menyebutkan tentang kelahiran dan
pertumbuhan beliau.
Hanya saja yang nampak bagi saya bahwa beliau dilahirkan dan
tumbuh di Baghdad. Yang demikian itu dikarenakan di tempat itulah tersiar
reputasi dan kemasyhuran beliau di kalangan masyarakat umum, terlebih lagi
orang-orang khusus diantara mereka. Selain itu Al-Imam Al-Barbahari juga
bersahabat erat dengan beberapa sahabat Imam AhlusSunnah wal Jama’ah yakni
Ahmad bin Hanbal rahimahullah serta menimba ilmu dari mereka, sedangkan
mayoritas mereka berasal dari Baghdad -sebagaimana yang akan datang penjelasannya-.
Inilah diantara hal-hal yang menunjukkan bahwa beliau tumbuh di tengah-tengah
alam yang penuh ilmu Sunnah yang sangat berpengaruh terhadap karakteristik
kepribadiannya.” [Lihat kitab Thabaqat Al-Hanabilah (2/64)].
Berkata syaikh Al-Qahthani: “Imam Al-Barbahari bersahabat
erat dengan beberapa sahabat Imam Ahmad rahimahullah diantaranya Imam Ahmad bin
Muhammad Abu Bakar Al-Mawarzi salah seorang murid utama Imam Ahmad. Selain itu
beliau juga bersahabat dengan Sahl bin ‘Abdillah At-Tustari, yang mana beliau
meriwayatkan perkataan darinya: “Sesungguhnya Allah ‘aza wa jalla telah
menciptakan dunia dan menjadikannya di dalamnya orang-orang bodoh dan para
ulama, seutama-utama ilmu adalah yang diamalkan, semua ilmu akan menjadi hujjah
kecuali yang diamalkan dan beramal dengannya adalah keindahan semata kecuali
yang benar, dan amalan yang benar aku tidak memastikannya kecuali dengan
istisna’ (pengecualian) masya Allah.” [Thabaqat Hanabilah (2/43)].
Kemuliaan, Keilmuan, dan Pujian Ulama terhadap Beliau
Berkata syaikh ArRadadi: “Imam Al-Barbahari adalah seorang
Imam yang disegani, senantiasa berbicara dan mengajak kepada kebenaran serta
seorang da’i yang senantiasa menyeru kepada Sunnah dan mengikuti atsar. Beliau
memiliki kewibawaan dan kemuliaan disisi para penguasa. Majelis beliau makmur
dengan halaqah hadits, atsar, dan fiqih serta dihadiri sebagian besar para Imam
AhlulHadits dan Fiqih.”
Berkata Abu ‘Abdillah Al-Faqih: “Apabila kamu melihat
seorang penduduk Baghdad mencintai Abul Hasan bin Basyar dan Abu Muhammad
Al-Barbahari maka ketahuilah bahwa ia Shahibu Sunnah (orang yang mengikuti
Sunnah)!” [Thabaqat Al-Hanabilah 2/58].
Berkata syaikh Al-Qahthani: “Para ulama ahli sejarah
menyebutkan sebuah kisah yang menerangkan akan agungnya kemuliaan Imam Al-Barbahari.
Pada suatu hari Qaramithah (salah satu sekte Syi’ah) merampok jamaah haji, maka
bangkitlah Imam Al-Barbahari seraya mengatakan: “Wahai saudara sekalian! Bagi
siapa saja yang membutuhkan bantuan sebesar seratus ribu dinar…(beliau ulangi 5
kali) datanglah kepadaku niscaya aku akan membantunya!
Berkata Ibnu Baththah: “Andaikata ada yang membutuhkan
bantuan tersebut niscya akan beliau bantu.”
Berkata syaikh Ar-Radadi: “Adapun pujian ulama terhadap
beliau banyak sekali, berkata Ibnu Abi Ya’la: “…Seorang syaikh, pemuka kaum
pada masanya dan orang yang paling depan dalam mengingkari Ahlul Bid’ah serta
menghadapi mereka dengan tangan dan lisan. Beliau terdepan di kalangan
sahabat-sahabatnya, salah satu imam yang bijaksana dan penuh dengan hikmah,
salah satu hufadz ilmu ushul yang mutqin serta salah satu orang yang tsiqah di
kalangan mukminin.”
Berkata Imam Adz-Dzahabi dalam “Al-`Ibar”: “….Al-Faqih
Al-Qudwah (panutan) syaikh Hanabilah di Irak baik ucapan, keadaan, maupun
hafalan. Beliau memiliki kedudukan terhormat dan kemuliaan yang sempurna.”
Berkata Ibnul Jauzi: “…pengumpul ilmu, zuhud, dan sangat
keras terhadap ahlul bid’ah.”
Berkata Ibnu Katsir: “Al-’Alim, Az-Zahid, Al-Faqih,
Al-Hanbali, Al-Wa’idh (pemberi nasehat)…, sangat keras terhadap ahlul bid’ah
dan maksiat. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi yang sangat disegani oleh
orang-orang khusus dan masyarakat umum.
Berkata Syaikh Al-Qahthani: “Diantara hal yang menunjukkan
ketinggian kedudukan beliau adalah tatkala Abu ‘Abdillah bin ‘arafah yang
terkenal dengan sebutan Nawthawaif meninggal pada bulan Shafar 313 H, yang mana
jenazahnya dihadiri oleh segenap anak-anak dunia dan dien, majulah Imam
AlBarbahari mengimani manusia. Pada tahun itulah bertambah harum nama dan
kewibawaan Al-Imam Al-Barbahari, menjadi tinggi kalimatnya dan mulailah muncul
sahabat-sahabat beliau sehingga mereka tersebar merata dalam mengingkari ahlul
bid’ah. Telah sampai berita kepada kami bahwa Imam Al-Barbahari pernah melewati
sisi barat kota, tiba-tiba saja beliau bersin. Maka dengan serempak para
sahabat beliau mengucapkan “Yarhamukallah…”(semoga Allah merahmatimu) sehingga
suara gemuruh mereka terdengar oleh Khalifah yang pada waktu itu sedang berada
didalam rumah/istana-nya, khalifah pun bertanya tentang apa yang terjadi?
Setelah diberitahukan khalifah memaklumi hal itu.” [Thabaqat Hanabilah 2/44]
Sifat Zuhud dan Wara’
Berkata syaikh Al-Qahthani: “Imam Al-Barbahari sangat
terkenal dengan sifat zuhudnya terhadap harta benda dan perhiasan dunia, zuhud
orang yang menguasai dunia, akan tetapi dunia tersebut beliau letakkan di
telapak tangan beliau. Adapun kecintaan terhadap Allah ‘aza wa jalla dan
Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wasallam serta meninggikan al-haq berada didalam
lubuk hati hatinya. Oleh karena itu ulama yang menulis biografi beliau
menyebutkan bahwa beliau melepaskan warisan ayahnya sejumlah 70.000 dirham
[Thabaqat Hanabilah 2/43]
Murid-Murid Beliau
Berkata syaikh ArRadadi: “Banyak sekali penuntut ilmu yang
menimba ilmu dan mengambil faedah dari Imam Al-Barbahari. Beliau rahimahullah
adalah seorang panutan baik dalam tingkah laku maupun perkataannya. Diantara
murid-murid beliau adalah:
- Al-Imam Al-Qudwah Al-Faqih Abu ‘Abdillah bin ‘Ubaidillah
bin Muhammad Al-‘Ukbari yang terkenal dengan Ibnu Baththah, meninggal pada
bulan Muharram 387 H. [Lihat biografinya dalam Al-`Ibar 2/171 dan As-Siyar
16/529]
- Al-Imam Al-Qudwah yang berbicara dengan penuh hikmah
Muhammad bin Ahmad bin Isma’il Al-Baghdadi Abul Husam bin Sam’un, pemberi
nasihat, pemilik berbagai ahwal dan maqam, meninggal pada pertengahan
Dzulqa’dah 387 H. [Lihat biografinya dalam Al-`Ibar 2/172 dan As-Siyar 16/505]
- Ahmad bin Kamil bin Khalaf bin Syajarah Abu Bakar perawi
kitab ini dari penulis.
- Muhammad bin Khalaf bin ‘Utsman Abu Bakar, berkata Al-Khatib
Al-Baghdadi: “Berita yang sampai kepadaku dia adalah orang yang menampakkan
kezuhudan dan kebagusan madzhab, hanya saja dia banyak sekali meriwayatkan
hadits-hadits munkar dan batil.” [Lihat biografinya dalam Tarikh Baghdad 3/225
dan Al-Mizan 4/28]
Beberapa Kutipan Ucapan Beliau
Berkata syaikh Al-Qahthani: Berkata Imam Al-Barbahari:
“Permisalan ahlul bid’ah adalah seperti Kalajengking, mereka sembunyikan kepala
dan tangan-tangan mereka didalam tanah dan mereka keluarkan ekor-ekor mereka.
Apabila mereka sudah merasa kuat, mulailah mereka menyengat. Demikian juga
halnya ahlul bid’ah mereka sembuyikan diri-diri mereka di tengah-tengah manusia
dan apabila mereka sudah kuat mulailah mereka meyebarkan (melancarkan aksi) apa
yang mereka inginkan. [Al-Minhaj Al-Ahmad 3/37]
Dan diantara ucapan beliau yang sangat bermanfaat adalah:
“Bermajelis untuk saling nasehat-menasehati membuka pintu-pintu faedah
sedangkan bermajelis untuk berdebat menutup pintu-pintu faedah.”
Diantara syair yang beliau ucapkan:
Barang siapa yang qona`ah (merasa cukup) dengan bekalnya
Niscaya dia akan menjadi kaya dan hidup dengan penuh
ketentraman
Aduhai, betapa indahnya sikap qona’ah. Betapa banyak orang
yang rendah terangkat karenanya
Jiwa seorang pemuda akan menjadi sempit apabila merasa butuh
Andai saja ia mau mencari kemuliaan dengan Rabb-nya niscaya
akan menjadi lapang
Tulisan-Tulisan Beliau
Berkata syaikh ArRadadi: “Para ulama yang menulis biografi
beliau menyebutkan bahwa beliau memiliki karya tulis yang sangat banyak hanya saja
tidak nampak bagi kami karya-karya beliau selain kitab ini.”
Ujian yang Beliau Alami dan Kisah Wafat Beliau
Berkata Syaikh Al-Qahthani: “Imam ini (Al-Barbahari)
mendapatkan ujian sebagaimana orang-orang shalih sebelumnya mendapat ujian.
Ahlul bid’ah senantiasa menghembus-hembuskan kebencian terhadap beliau kedalam
hati penguasa. Pada tahun 321 H, masa Khalifah Al-Qahir dan menterinya Ibnu
Muqillah berusaha menangkap Imam Al-Barbahari sehingga beliau bersembunyi.
Namun dia berhasil menangkap beberapa sahabat dekat Imam Al-Barbahari dan
membuang mereka ke Bashrah. Namun kemudian Allah ‘aza wa jalla menghukum Ibnu
Muqillah atas perbuatan yang telah ia lakukan, yaitu Allah ‘aza wa jalla
membuat Khalifah Al-Qahir Billah menjadi marah kepada Ibnu Muqillah sehingga
Ibnu Muqillah melarikan diri dan Al-Qahir memecat dia dari jabatan
kementriannya serta membakar habis rumahnya. Hingga akhirnya ia tertangkap oleh
Al-Qahir Billah pada tahun 322 H, kemudian ia diturunkan dari kekhalifahan dan
dicukil kedua matanya hingga mengucur darah dari kedua matanya yang akhirnya ia
buta.
Kemudian datanglah khalifah ArRadhi. Ahlul bid’ah pun
senantiasa menyusupkan kebencian kedalam hati khalifah sehinggah diserukan di
Baghdad: “Jangan sampai ada dua shahabat Al-Barbahari yang berkumpul!” Sehingga
mereka (Imam Al-Barbahari dan para shahabatnya) kembali bersembunyi. Ketika
itu, Imam Al-Barbahari singgah di arah barat kota di suatu tempat yang bernama
Babul Muhawwil. Kemudian beliau pindah ke arah timur kota untuk bersembunyi hingga
akhirnya beliau meninggal dalam persembunyiannya pada bulan Rajab 329 H, saat
itu beliau berumur 97 tahun. Ada yang mengatakan juga bahwa beliau hidup selama
77 tahun dan pada akhir hayatnya beliau sempat menikah dengan seorang budak
wanita.” [Thabaqat Hanabilah 2/44, Siyar A’lamin Nubala` 15/93, dan Al-Minhajul
Ahmad 2/38]
Berkata syaikh Ar-Radadi hafidzahullah ta’ala menukil
perkataan Ibnu Abi Ya’la dalam Thabaqat Al-Hanabilah, ia berkata: “Telah
menghikayatkan kepadaku kakekku dan nenekku, keduanya berkata: “Dahulu Abu
Muhammad Al Barbahari bersembunyi di tempat saudara wanita Tazun yang berada di
arah timur kota di suatu tempat yang bernama Darbul Hammam jalan Darbus
Silsilah. Beliau tinggal disana sekitar 1 bulan hingga beliau dijemput oleh
ajal di tempat tersebut. Maka berkatalah saudara wanita Tuzun tersebut kepada
pembantunya: “Al-Barbahari telah meninggal, carilah siapa kira-kira orang yang
bisa memandikannya?!” Tak lama kemudian pembantu tadi datang dengan orang yang
akan memandikannya. Kemudian beliau pun dimandikan. Setelah itu pembantu
tersebut mengunci seluruh pintu hingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya
lantas ia berdiri menshalatkan jenazah Al-Imam Al-Barbahari sendirian. Ketika
pemilik rumah tersebut mengintip, dia melihat ruangan tersebut telah dipenuhi
oleh laki-laki yang mengenakkan pakaian bewarna putih dan hijau. Tatkala telah
salan pembantu tadi tidak melihat seorangpun. Wanita pemilik rumah tersebut
lantas memanggilnya seraya mengatakan: “Ya Hijam, kamu telah membinasakanku dan
saudaraku!” Maka pembantu tadi menjawab: “Wahai nyonya bukankah nyonya melihat
sendiri (apa yang telah aku lakukan)?” “Ya!” jawab si pemilik rumah. Lalu
pembantu tadi berkata: “Ini semua kunci-kunci pintunya, semua tertutup.” Maka
tuan wanita berkata: “Kuburkan dia di rumahku, apabila aku mati kuburkanlah aku
disisinya…!”
Dengan demikian wahai saudara pembaca sekalian usai sudah
biografi Imam Al-Barbahari rahimahullah yang tidak lain semua itu menunjukkan
tingginya kemuliaan dan kedudukan beliau diantara ahlul ilmi. Untuk menambah
wawasan tentang kisah perjalanan beliau rahimahullah silahkan merujuk
sumber-sumber yang telah disebutkan oleh Syaikh ArRadadi hafidzahullah ta’ala
berikut ini yang semoga bisa membangkitkan semangat untuk meneladani tingkah dan
perilaku beliau baik yang berupa ilmu dan amal shalih maupun sikap zuhud
terhadap dunia yang diberikan oleh Allah kepadanya serta sikap beliau yang
mengedepankan sesuatu yang kekal daripada yang akan lenyap.
Akhirnya kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala
semoga melimpahkan keluasan karunia dan rahmatNya kepada beliau dan seluruh
ulama Muslimin yang masih hidup maupun yang sudah tiada serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan ihsan hingga tegaknya Hari Pembalasan.
Thabaqat AlHanabilah, Ibnu Abi Ya’la (2/18-45)
- Al-Muntadham, Ibnul Jauzi (14/14-15)
- Al-Kamil fit Tarikh, Ibnul Atsir (8/378)
- Al-`Ibar fi Khabari man Ghabar, Adz Dzahabi (2/33)
- Siyar A’lamin Nubala`, Adz-Dzahabi (15/90-93)
- Tarikhul Islam, Adz-Dzahabi (Hawadits wa wafyiat 321-330
H, hal 258-260)
- Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir (11/213-214)
- Al-Wafiy bil Wafiyat, Ash Shafadi (12/146-147)
- Mir’atul Janan, Al Yafi’i (2/286-287)
- Syidzaratu Adz Dzahab, Ibnul ‘Imad (2/319-323)
- Al-Minhajul Ahmad, Al-‘Alimi (2/26-39)
- Al-Maqashidul Arsyad, Ibnu Muflih (1/228-230)
- Al-Manaqib Al-Imam Ahmad, Ibnul Jauzi (hal 512-513)
- Jam’ul Juyusy wad Dasakir ‘ala Ibni ‘Asakir, Yusuf Ibnu
‘Abdil Hadi (Lam/81 Ba’)
- Al-A’lam, Az-Zarkali (2/201)
- Mu’jamul Mu’allifiin, Ridha Kahalah (3/253)
- Tarikh At-Turats Al-‘Arabi, Sazkin (1/234-235)
=========================================
[1] Berkata Syaikh ArRadadi: “Lihat dalam penisbahannya
“AlAnsab” karya AsSam’ani (1/307) dan “AlLubab” karya Ibnu Atsir (1/133)”
Sumber :
- Penjelasan Syarhus Sunnah Imam Al Barbahari Meniti Sunnah
ditengah badai fitnah karya Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi (buku 1), penerbit
Maktabah AlGhuroba` hal 25-33 dengan sedikit perubahan.
- http://mumtazanas.wordpress.com/
Diposkan oleh Asto
http://astocnc.blogspot.com/2011/06/imam-al-barbahari-wafat-329-h-nama.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar